Mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menemukan khasiat neuroprotektif dari kombucha cabai jawa sebagai minuman fungsional penderita Diabetes Melitus (DM) dengan risiko komplikasi Alzheimer’s Disease (AD). Penelitian ini diketuai oleh Eri Dwi Suyanti dengan melibatkan rekan-rekannya, yaitu Salma Mutiara Tsani, Fithratun Nastiti, Wafiq Hanifah, dan Marcellino Maatita. Para peneliti berasal dari lintas jurusan di UGM, meliputi kedokteran, biologi, dan farmasi, yang berkolaborasi untuk mengungkap khasiat kombucha cabai jawa dalam bidang kedokteran. Penelitian ini dilaksanakan di bawah dampingan dr. Arta Farmawati, Ph.D.
Penelitian yang bertema cabai jawa ini diajukan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dan telah berhasil memperoleh dukungan pendanaan untuk kelangsungan penelitian secara keseluruhan mulai dari pengurusan ethical clearance, hingga pembiayaan eksperimen. Dukungan diperoleh dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
DM Tipe 2 (DMT2) dan AD merupakan penyakit dengan prevalensi yang meningkat seiring bertambahnya usia. Diprediksi penderita AD di Indonesia pada tahun 2050 menjadi 3.999.285 orang. Sayangnya, terapi pengidap DMT2 terkini menimbulkan efek samping gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah. Cabai jawa mengandung senyawa bioaktif piperin yang memiliki efek antidiabetes, dan dapat dikembangkan dalam bentuk minuman fungsional kombucha. Kombucha merupakan minuman fermentasi yang memiliki efek antihiperglikemik.
Hasil penelitian mengungkap bahwa senyawa bioaktif kombucha cabai jawa menunjukkan khasiatnya yang bernilai tinggi. Kombucha cabai jawa dapat memberikan khasiat neuroprotektif dengan menghambat suatu aktivitas enzim penyebab AD pada penderita DMT2. Selain itu, uji pada hewan coba membuktikan bahwa kombucha cabai jawa mampu mempertahankan memori spasial tikus hewan coba.
Penelitian ini membawa harapan baru dalam pengobatan AD melalui manfaat kekayaan alam Indonesia. Besar harapan peneliti, pengetahuan ini dapat dilanjutkan ke fase uji klinis hingga suatu saat kelak, penelitian ini dapat secara aktif memberikan proteksi bagi penderita DMT2 dengan risiko komplikasi AD. [Penulis: Marcellino Maatita]