SDG 14 : Ekosistem Lautan
Rangkaian acara Oceans Day 2024 terdiri dari dua bentuk kegiatan, yaitu bersih-bersih pantai dan forum kajian kelautan (FKK). Kedua rangkaian acara tersebut dilaksanakan selama dua hari pada hari Sabtu, 18 Mei 2024 (untuk acara Oceans Day) dan hari Minggu, 19 Mei 2024 (untuk acara forum kajian kelautan). Pada kegiatan acara pertama yaitu bersih-bersih pantai (Oceans Day) dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Mei 2024 yang dimulai pada pukul 11.05 WIB hingga pukul 12.05 WIB. Acara bersih-bersih pantai dimulai dengan pembukaan acara, menyanyikan lagu indonesia raya, dan mars KSK yang dipandu oleh Alisha Syavitri Ramadhani A (DXXIII) dan Muhammad Haidar Ali (DXXIV) selaku pembawa acara. Acara dimulai dengan pemberian sambutan oleh Jagad Wenang Suryoaji (DXXIII) selaku Ketua Pelaksana Oceans Day 2024 dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Mr. Parvez selaku partner dan donatur dalam acara ini. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan games yang dilangsungkan secara meriah oleh seluruh panitia KSK, peserta volunteer, anak anak panti Al Khusna, bahkan oleh Mr. Parvez Alam dan juga putrinya, Lilja Alam.
Setelah pelaksanaan games yang menyenangkan, kegiatan dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan pembagian titik lokasi bersih-bersih sesuai dengan arahan pendamping dari pihak Pantai Slili. Setelah pembagian kelompok, dilakukan briefing kepada seluruh kelompok untuk membawa dua kantong trash bag yang digunakan untuk memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Selanjutnya dilaksanakan bersih-bersih pantai, seluruh panitia dan peserta volunteer sangat bersemangat dan kooperatif dalam mengumpulkan sampah yang berserakan di wilayah Pantai Slili tidak lupa seluruh panitia memberikan arahan kepada volunteer dan anak-anak panti asuhan Al-Khusna untuk membedakan antara sampah organik dan sampah anorganik, serta pentingnya menjaga lingkungan pantai dengan tidak membuang sampah sembarangan. Pada saat bersih-bersih pantai, sampah yang telah terkumpul nantinya akan dikelola. Selanjutnya, seluruh peserta melaksanakan makan siang pada pukul 12.05. Tidak lupa, panitia memberikan arahan untuk memisahkan antara sampah plastik dan kertas dalam nasi kotak yang nantinya akan dimasukkan ke dalam dua kantong plastik berbeda. Setelah selesai makan, sholat Dzuhur dan istirahat dilaksanakan dari jam 12.25-12.50.
Setelah selesai istirahat, diadakan sesi pematerian dan pembuatan karya yang dipandu oleh Alisha Syavitri Ramadhani A (DXXIII) dan Muhammad Haidar Ali (DXXIV). Anak-anak panti Al-Khusna, volunteer, dan panitia yang ikut serta nantinya akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan waktu 1 jam untuk membuat karya dari botol plastik bekas. Para panitia membantu mengarahkan adik-adik panti dalam membuat karya. Setelah selesai pembuatan, dilakukan sesi presentasi karya yang dibimbing oleh beberapa panitia. Selanjutnya, bersama Mr.Parvez dan putrinya Lilja, diadakan aktivitas capoeira di Pantai Slili. Semuanya tampak antusias dan senang saat bermain bersama. Setelah selesai bermain games, diadakan pemberian kesan pesan dari dua perwakilan anak-anak panti asuhan Al-Khusna dan dua perwakilan dari volunteer untuk acara Oceans Day tahun 2024. Sebagai penutup seluruh rangkaian acara Oceans Day 2024 yang telah dilalui, Mr. Parvez memberikan closing speech kemudian seluruh peserta melakukan sesi dokumentasi bersama sebelum perjalanan pulang.
Pada hari Minggu, 19 Mei 2024, Kelompok Studi Kelautan (KSK) Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada sukses menyelenggarakan kegiatan Forum Kajian Kelautan (FKK) yang berujudul “Ekonomi Biru sebagai Jawaban Masifnya Mass Tourism: Kenyataan atau Angan-Angan?” sebagai rangkaian dari Oceans Day 2024. Kegiatan tersebut dilakukan secara offline di Auditorium Biologi Tropika Fakultas Biologi dan online melalui zoom meeting. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mengkaji isu-isu kelautan dari berbagai perspektif dengan metode sharing dan diskusi yang mengundang narasumber, yakni bapak Supriyanta, S.Sos., M.M. dari Dinas Pariwisata Gunungkidul dan bapak Dr. Imam Musthafa Zainuddin dari World Wildlife Fund (WWF).
Forum Kajian Kelautan (FKK) dipandu oleh Angga Firza Pratama dan Grace River Theofilia Putri Subadi dan dihadiri oleh 65 peserta dari anggota KSK, Volunteer, dan pihak Eksternal baik dari lingkup Fakultas Biologi maupun dari luar UGM. Forum ini diawali dengan pembukaan oleh MC dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Himne Universitas Gadjah Mada, dan Mars KSK. Kegiatan lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Muhammad Ariq Alfito selaku Ketua KSK Biogama dan Jagad Wenang Suryoaji selaku ketua panitia. Sesi Selanjutnya, dilakukan penayangan video introduction mengenai Ekonomi Biru dan Mass Tourism lalu dilakukan diskusi awal antara MC dengan Narasumber. Memasuki acara inti, yaitu Penanyangan Wawancara#1 mengenai pariwisata di Gunungkidul lalu dilanjutkan diskusi Narasumber dan Koor KK. Diskusi berjalan dengan tertib dan lancar. Setelah itu, dilakukan Penayangan video Wawancara#2 mengenai biota laut dan dilanjutkan kegiatan diskusi dengan Narasumber, Koor KK, dan pihak Eksternal. Setelah diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan pematerian dan pertanyaan kepada bapak Supriyanta, S.Sos., M.M. dari Dinas Pariwisata Gunungkidul serta penyerahan kenang-kenangan kepada narasumber pertama. Rangkaian acara dilajutkan dengan pematerian dan pertanyaan kepada Bapak Dr. Imam Musthafa Zainuddin dari World Wildlife Fund (WWF). Sesi pematerian dijeda sejenak untuk sesi istirahat dan sholat Ashar. Pematerian kemudian dilanjutkan dan dilaksanakan diskusi interaktif dari para peserta forum. Selanjutnya, dilakukan penyerahan kenang-kenangan kepada narasumber setelah pematerian dan sesi tanya jawab. Rangkaian Forum Kajian Kelautan ini lalu diakhiri dengan sesi pemberian kesan dan pesan dan sesi penutupan dan kesimpulan. [Penulis: KSK]
Sampai Jumpa di acara Open House Fakultas Biologi UGM berikutnya !!, See you Sobat Biologi
Biologi Open House dan Pengenalan Topik Riset 2024 (BIOENTRI) adalah acara pengenalan topik riset yang diselenggarakan oleh Fakultas Biologi UGM. Bioentri ini bertujuan untuk mengenalkan topik – topik riset yang diampu oleh para Fakultas Biologi kepada para mahasiswa. Harapannya, melalui pengenalan topik ini mahasiswa mendapatkan inspirasi untuk skripsi dan thesis mereka, dapat bertemu langsung dengan dosen pembimbing yang linear dengan topiknya, dan mendapatkan pemahaman tentang topik riset.
Acara ini dihadiri oleh para mahasiswa fakultas biologi dan dosen dari berbagai peminatan biologi sebagai narasumber. Acara ini diadakan pada hari Senin, 22 April 2024 s/d Kamis, 25 April 2024 pukul 13.00 – 15.00 di Ruang 1, 2, dan 3 (sesuai pembagian jadwal) Lobby 1 Gedung B Sinarmas Fakultas Biologi UGM. Kegiatan BIOENTRI 2024 ini dipandu oleh MC yaitu Alifiansyah Sutama. Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan dan doa, lalu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Gadjah Mada, serta Mars Fakultas Biologi secara bersama-sama. Kegiatan dilanjutkan merupakan sambutan dari Prof. Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc. selaku Dekan Fakultas Biologi UGM dan dilanjutkan dengan sesi dokumentasi bersama. Acara selanjutnya yaitu kegiatan presentasi masing-masing dosen pembimbing skripsi ataupun tesis.
Open House Fakultas Biologi UGM tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan beragam topik penelitian yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin nomor 4 tentang Pendidikan Bermutu (Quality Education). Melalui kegiatan ini, mahasiswa juga dapat memahami bagaimana penelitian yang dilakukan oleh para dosen fakultas ini memberikan dampak positif dalam mencapai berbagai target SDGs lainnya, seperti perlindungan biodiversitas, pemulihan ekosistem (13,14,15), dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi di bidang bioteknologi dan pengelolaan sumber daya alam (9, 11, 13).
Selasa, 26 Maret 2024 – Membicarakan perikanan Hiu skala kecil di Indonesia memang tidak pernah ada habisnya. Pada satu sisi secara Ekologi, Hiu memegang peranan penting di ekosistem. Namun, disisi lain menjadi sumber penghidupan banyak masyarakat pesisir. Sayangnya, generalisasi stigma negatif sudah menjadi santapan harian nelayan yang alternatif mata pencahariannya seringkali terbatas. Belum lagi, hal ini diperparah dengan minimnya data ilmiah terkait aspek Biologi, Ekologi Hiu, atau Sosio-ekonomi, yang padahal sangat krusial dalam menentukan arah kebijakan pengelolaan.
![](https://biologi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/11/2024/03/Gambar-1-780x414.jpg)
Hal ini menjadi landasan dari YAPEKA, menyelenggarakan Lokakarya yang mengangkat tema “Perikanan hiu skala kecil di Indonesia, akankah lestari?” bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, dan Fakultas Biologi UGM, serta dukungan penuh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, WWF Indonesia, Thresher Shark Indonesia, Mobula Project Indonesia, Elasmobranch Project Indonesia, Rekam Nusantara Foundation.
Lokakarya ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan diskusi dan diseminasi terkait penelitian perikanan hiu skala kecil di Desa Batuwingkung, Kab. Kep Sangihe yang dilakukan oleh YAPEKA selama 1 tahun terakhir, didanai oleh Save Our Seas Foundation (SOSF), Conservation Strategy Fund Indonesia (CSF), didukung oleh tim prototipe bekal pemimpin 3 dari United in Diversity (UID). Penelitian ini dimotori oleh Citra Septiani, M.Res (YAPEKA), Elisabeth Astari, S.Si (YAPEKA), dan Akbar Reza, M.Sc yang merupakan anggota ahli di bidang Ekologi sekaligus staff di Laboratorium Ekologi dan Konservasi Fakultas Biologi UGM. Penelitian dan Lokakarya ini juga bentuk perwujudan kerjasama antara YAPEKA dan Fakultas Biologi UGM. Lebih lanjut, penelitian ini juga dibantu oleh Asisten Riset YAPEKA yaitu Abiomi Ciptoning Bentali, S.Pi (UNPAD) dan Mega Senja Bramh, S.Pi (UB).
Kegiatan diawali dengan sesi utama yang dimoderatori Heri (Konsultan Perikanan Independen/Bekal Pemimpin). Pada sesi ini, Prof. Dr. Ir. Fredinan Yulianda (FPIK IPB University) dengan judul “Tantangan konservasi dan status pengelolaan” menekankan pentingnya manajemen adaptif. Hal senada juga disampaikan Dr. Fahmi (BRIN) saat membahas “Status konservasi spesies Hiu secara global” bahwa energi harus digunakan secara efektif untuk meregulasi perikanan hiu, misalnya mengawasi pengusaha secara ketat. Pada kesempatan yang sama, mewakili BPSPL Makassar, Permana Yudiarso, S.T.,M.T menekankan regulasi yang terus didorong seperti kuota, regulasi ukuran, pelaporan, dan perijinan serta update terkait spesies-spesies yang dimasukan ke dalam Appendix IIdalam paparannya berjudul “Implementasi konservasi sumberdaya Hiu di Wilayah Kab. Kepulauan Sangihe”, termasuk harapan kolaborasi berbagai pihak. Hal ini dilanjutkan oleh paparan Citra Septiani, M.Res (YAPEKA) yang mencoba mengungkap data terkait aspek ekologi dan sosio-ekonomi perikanan hiu di Desa Batuwingkung, Sangihe, termasuk potensi pengembangan ke depan sebagai alternatif mata pencaharian dari model bisnis lain. Paparan ini selanjutnya ditanggapi oleh Dr. Alin Halimatussadiah (Kepala Kajian Grup Penelitian Ekonomi Lingkungan FEB UI) terkait proses livelihood switching bagi nelayan dalam konteks ekonomi yang harus melibatkan proses panjang dan kolaboratif.
Kegiatan semakin interaktif karena berbagai LSM yang berkecimpung di dunia perikanan hiu di Indonesia berkenan membagikan pengalamannya di lapangan di sesi selanjutnya yang dimoderatori Widhya N. Satrioajie (Deputi Kebijakan Pembangunan BRIN/Bekal Pemimpin). Misalnya, Thresher Shark Indonesia memberikan insentif berupa dana pendidikan untuk merubah perilaku sekaligus memutus rantai kemiskinan di Alor, Mobula Project Indonesia yang memberikan pelatihan-pelatihan bagi ibu-ibu nelayan di Muncar, WWF berbagi soal inisiasi data ekologi jangka panjang untuk Hiu Tikus dan identifikasi habitat kritis di Bali, Elasmobranch Project Indonesia berbagi soal upaya pendataan komoditas tangkapan sampingan dan penelitian ekologi serta sosial lainnya di TN Karimunjawa, atau Rekam Nusantara yang berbagi soal komposisi tangkapan Pari di Rembang yang didominasi anakan. Selanjutnya, peserta Lokakarya dibagi menjadi 5 kelompok untuk berdiskusi secara intensif meskipun dengan keterbatasan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan panitia diantaranya “Apakah perikanan hiu lestari itu memungkinkan? Apa tantangan yang dialami berbagai pihak (nelayan/pengepul/pemerintah) dalam mengelola perikanan hiu?”. Lalu dilanjutkan dengan sharing singkat dari perwakilan kelompok, untuk selanjutnya disimpulkan dan ditutup dengan foto bersama.
Mengutip salah satu diskusi saat lokakarya “Jangan hanya bilang hentikan, beri solusi”. Harapannya, lokakarya nasional ini menjadi awal untuk mendorong kolaborasi berbagai pihak untuk pengelolaan perikanan hiu yang berkeadilan dan berkelanjutan, integrasi data sains jangka panjang sebagai dasar pengambilan kebijakan, termasuk mendorong secara konsisten aspek penegakan hukum. Salah satu kegiatan lanjutan dari kegiatan ini adalah diseminasi dan diskusi yang akan dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Sangihe bulan Mei mendatang. Seluruh rangkaian kegiatan ini diharapkan berkontribusi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals; SDGs) khususnya dukungan terhadap pengentasan kemiskinan, mendorong pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, melalui kemitraan yang berkelanjutan, khususnya di ekosistem pesisir dan laut (SDG 1, SDG 8, SDG 17, SDG 14).
![](https://biologi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/11/2024/03/Gambar-2-780x427.png)
Pada Jumat, 16 Februari 2024, Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan Workshop Pemanfaatan Kawasan Konservasi. Bertempat di Balai Kalurahan Srigading, Sanden, Bantul, Abdul Razaq Chasani, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Ketua Departemen Biologi Tropika menghadiri acara tersebut mewakili Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.
Topik workshop terkait pemanfaatan kawasan konservasi ini sangat mencerminkan komitmen Fakultas Biologi UGM dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) mengenai pelestarian kehidupan di bawah air, termasuk ekosistem laut dan perairan yang beragam (SDG 14). Meskipun tidak berkaitan secara langsung, topik tersebut juga berdampak baik pada tujuan pembangunan berkelanjutan di kota dan permukiman sesuai dengan SDG No. 11.
Acara workshop diawali dengan sambutan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY yang diwakili oleh Kasi Pengembangan Wilayah Pesisir DKP DIY, Ibu Veronica Vony R., A.pi., MMA. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa di Kabupaten Bantul sendiri telah terdapat Kawasan Konservasi penyu. Empat dari total tujuh spesies penyu dunia ditemukan di Bantul, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea).
Ibu Veronica juga menjelaskan bahwa kegiatan yang dijalankan kawasan konservasi sendiri meliputi konservasi penyu, ikan tangkap, wisata alam dan penelitian atau magang oleh mahasiswa. Selain itu, telah terlaksana pula kegiatan festival penyu pesisr dan pembuatan tugu penanda penyu di Pantai Pelangi. Kegiatan tersebut nantinya akan dilaksanakan pula dibeberpa pantai lain yang ada di Bantul.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP, yaitu Muh. Firdaus Agung Kunto Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D. mengenai Peraturan mengenai Perizinan Pemanfaatan di Kawasan Konservasi sesuai dengan PERMEN-KP No. 47 tahun 2016 tentang Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan.
Dalam penyampaiannya beliau menyoroti pentingnya konservasi dengan pendekatan perlindungan dan pelestarian dengan cara pengendalian melalui perizinan. Pak Firdaus menyampaikan pula terkait aktivitas di kawasan konservasi, seperti wisata, pendidikan dan penelitian perlu dilakukan pengendalian melalui mekanisme perizinan yang sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).
Materi selanjutnya disampaikan oleh Kepala Stasiun Penelitian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Cilacap, Bapak Joko Pramono, mengenai Pengawasan Terpadu Kawasan Konservasi. Beliau menyampaikan bahwa pengawasan kawasan konservasi sendiri telah terlaksana dilihat dari adanya peraturan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17 tahun 2022 tentang Kawasan Konservasi di Perairan di Wilayah Pantai Selatan Bantul D.I Yogyakarta.
Penulis: Anysa
Ditulis berdasarkan laporan penelitian “Back in the Office, with Some Good Omens: Recounting on Seeking the Eureka for Mercury Contamination in Obi” oleh Siti Nurleily Marliana, Ph.D.