“Mulanya saya ragu mengikuti ajang ini karena ekonomi dan manajemen bukanlah bidang yang saya tekuni di kampus,” ungkapnya. Namun karena temanya yang cukup menggugah hasrat keingintahuannya, yaitu Green Entrepreneur, akhirnya Lisa bersemangat mengikuti ajang ini dengan dibersamai kedua temannya yang merupakan mahasiswa Teknik Industri UGM, V. Reza Bayu K. dan Ana Yunita Masura. Dari beberapa kali curah gagasan yang dilakukan akhirnya muncullah ide untuk menggunakan eceng gondok sebagai bahan baku pembuatan tisu.
Hal yang mendasari ide tersebut adalah karena eceng gondok ditemukan dalam jumlah melimpah di alam sekaligus berkembang biak sangat cepat, serta merupakan polutan air. Tisu sendiri dibuat dari serat pohon yang semakin banyak konsumsi tisu maka semakin banyak penebangan hutan. Diharapkan penggunakan eceng gondok sebagai bahan baku tisu dapat mengurangi penebangan pohon dan memanfaatkan biomassa eceng gondok yang banyak tumbuh tidak terkendali. Selain itu bisnis ini juga dapat memberdayakan masyarakat sekitar daerah tempat tumbuhnya eceng gondok.
Selanjutnya pembuatan proposal dilakukan dengan pembagian tugas. Bagian aspek lingkungan dikerjakan oleh Lisa, sedangkan bagian analisis keuangan dan produksi ditangani oleh kedua temannya. Proposal kemudian dikirim untuk diseleksi hingga tingkat 20 besar nasional dan 5 besar nasional. Setelah melalui seleksi presentasi secara bertahap akhirnya tim Lisa dkk lolos dalam babak lima besar nasional bersama Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, Prasetya Business School, Universitas Trisakti, dan Universitas Katolik Widya Mandala. Dari presentasi babak final selanjutnya tim Lisa dkk meraih juara ke-2 dari kompetisi ini. Ini merupakan prestasi yang membanggakan dari mahasiswa biologi, mengingat rival yang bersaing hingga babak final hampir seluruhnya adalah dari ilmu ekonomi dan manajemen.
Prestasi ini seiring dengan target Universitas Gadjah Mada dimana 15% dari keseluruhan mahasiswanya dapat menjadi wirausahawan yang sukses dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Bahkan target itu akan terus ditingkatkan dari tahun ke tahun mengingat prestasi ajang kewirausahaan yang banyak diraih institusi ini. Ke depannya muatan kewirausahaan juga akan lebih diinternalisasikan kepada mahasiswa melalui hidden curriculum di Biologi sehingga diharapkan setidaknya seluruh mahasiswa kita dapat memiliki wacana kewirausahaan. Dan lebih dalam lagi, tidak hanya sekedar wacana dan berhenti di business plan saja, namun juga aksi memulai wirausaha itu sendiri. Ini sangat penting mengingat imej Fakultas Biologi dengan ilmu murninya yang kebanyakan masih dinilai sulit bagi alumninya untuk mendapatkan pekerjaan yang sejalan dengan keilmuannya. Maka, kalau imejnya masih seperti itu, mengapa kita tidak menciptakan lapangan pekerjaan saja?