Dosen Fakultas Biologi UGM yaitu Prof. Dr. Purnomo dan Dra. Tuty Arisuryanti, M.Sc., Ph.D. pada tanggal 9 Maret 2020 diundang oleh Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pembicara pada Temu Ilmiah Rutin 2020.
Prof. Dr. Purnomo memaparkan materi mengenai “Paleo-Etnobotani dalam Riset Arkeologi”. Beliau mengulas tentang hubungan Paleo-Etnobotani dan riset Arkeologi yang sedang dilakukan di Balai Arkeologi DIY dengan bukti-bukti kajian botanis yang digunakan dalam kajian arkeologis. Bukti fosil yang dapat diamati meliputi untuk kajian tersebut antara lain kayu, pollen, spora, buah, biji, dan fitolith dari daun dan lain-lain. Dari kegiatan manusia jaman dahulu juga dapat dimanfaatkan untuk analisis bukti fosil tanaman budidaya, coprolite (faecal), analisis lambung, tulang, gigi, demikian pula artefak atau relief dari pahatan manusia pada dinding candi dan pemukiman goa pada jaman dahulu. Buku-buku kunopun dapat menjadi sumber inormasi dalam identifikasi tetumbuhan. Melalui bukti-bukti tersebut di atas, maka rekonstruksi vegetasi jaman lampau dapat dilakukan dengan riset yang seksama. Berdasarkan pada identifikasi flora saat ini, fisik dan kimia tanah, serta fosil tumbuhan alam dan budidaya, maka semua akan memperjelas sejarah vegetasi masa lampau. Pada fosil tumbuhan, diskusi dilakukan terfokus berkisar pada bukti polen dan fitolith.
Sementara Dra. Tuty Arisuryanti, M.Sc., Ph.D. membahas “DNA barcode untuk identifikasi spesies”. Metode DNA barcode berbasis Teknik PCR adalah suatu kajian molekuler pada suatu fragmen DNA pendek dari suatu target gen yang telah ditentukan sebagai barcode, contohnya yaitu gen mitokondria COI pada hewan dan beberapa gen kloroplas (MatK dan Rbcl) pada tumbuhan. Metode DNA barcode merupakan metode cepat untuk identifikasi suatu spesies terutama pada spesies-spesies kompleks. Namun demikian kajian morfologis dan anatomis tetap tidak boleh diabaikan dalam identifikasi suatu spesies, sehingga saat ini integrasi dan sinergi antara kajian morfologis-anatomis dan molekuler merupakan hal yang seharusnya dilakukan dalam identifikasi suatu spesies. Berkaitan dengan kegiatan penelitian arkeologi terutama pada identifikasi hewan fosil dengan tulang atau gigi sebagian besar masih dalam kajian karena DNA pada matriks tulang sangat resistan terhadap perubahan lingkungan apalagi yang sudah berumur lebih dari ribuan tahun bahkan yang sudah menjadi fosil.