Rabu, 11 Maret 2020 adalah hari bersejarah di Fakultas Biologi UGM karena fakultas ini menjadi tuan rumah kegiatan internasional yaitu Seminar dan Focus Group Discussion tentang Biodiversitas antara Indonesia dan Netherland. Kegiatan ini berlangsung di auditorium biologi tropika dan diikuti oleh sekitar 80 orang peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan juga dari perwakilan peserta dari Netherland. Acara bergengsi ini dibuka oleh Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., selanjutnya Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama, Fakultas Biologi UGM, Dr. Eko Agus Suyono, M.App. memberikan paparan dengan judul “Current Collaboration And Expected Output Of The Program”. Dalam paparannya Dr. Eko Agus Suyono, M.App. menjelaskan tentang kegiatan penelitian bersama apa saja yang berpotensi dapat dilakukan oleh kedua negara.
Melanjutkan paparan dari Wakil Dekan Fakultas Biologi, 2 orang dosen senior dari Fakultas Biologi UGM, yaitu Dr. Endang Semiarti, M.S., dari Lab. Kultur Jaringan Tumbuhan dan Dr. Bambang Retno Aji, M.S. dari lab. Struktur Perkembangan Hewan (SPH) berkesempatan mempresentasikan penelitian yang saat ini sedang berlangsung di lab masing-masing. Dr. Endang Semiarti, M.S., memaparkan tentang penelitiannya tentang anggrek, tentang pembudidayaan anggrek dan tentang penyilangan anggrek, dalam kesempatan tersebut beliau juga menayangkan video tentang proses perkawinan anggrek secara manual. Pemaparan kedua disampaikan oleh Dr. Bambang Retno Aji, M.S. dalam paparannya beliau menjelaskan tentang penggunaan ikan zebra (Danio rerio) sebagai hewan coba untuk berbagai penelitian, yaitu tentang percobaan obat baru, tentang penyakit, dan tentang pembuatan ikan zebra mutant untuk percobaan lab lainnya. Dalam kesempatan tersebut beliau juga menayangkan video proses pemijahan ikan zebra (Danio rerio) di laboratorium SPH.
Sesi berikutnya dari seminar Biodiversity ini adalah Focus Group Discussion (FGD) yang dipandu oleh Dr. Miftahul Ilmi, S.Si, M.Si. FGD. Ada 3 pertanyaan utama yang dibahas dalam FGD ini yaitu 1). Apakah kita setuju bahwa kita perlu menghubungkan antara biodiversitas dengan masyarakat (melalui layanan ekosistem) untuk melestarikan keanekaragaman biologi? 2). Apa saja yang merupakan kunci utama untuk menghubungkan antara biodiversitas dengan masyarakat? 3). Bagaimana kita dapat memperkuat penelitian antara Indonesia – Belanda yang sejalan dengan pertanyaan kunci utama tersebut di atas?
Untuk menjawab 3 pertanyaan tersebut, peserta dibagi menjadi 4 kelompok untuk mendiskusikannya selama 60 menit. Kesimpulan dari FGD tersebut adalah: 1). Setuju, kita perlu mendidik masyarakat dari semua kelas dan menghubungkan antara komunitas yang satu dengan yang lain untuk menyadarkan mengenai pentingnya biodiversitas, kita juga dapat menggunakan sosial media dan menjelaskan lebih dalam mengenai potensi ekonomi dari biodiversitas jika kita terus melestarikannya 2). Biodiversitas tidak hanya mengenai tanaman, hewan dan ekologi namun juga tentang medis dan hal hal terkait lainnya. Untuk melakukan konservasi kita dapat melakukan langkah kecil dengan mengajak semua masyarakat ikut serta termasuk generasi muda 3). Kita dapat melakukan penelitian bersama terutama terkait penelitian mendasar, pelatihan bersama, pemberian beasiswa dan hibah penelitian.
Pertemuan setengah hari tersebut, dihadiri oleh banyak orang penting dari kedua negara seperti dari Naturalis Biodiversity Centre; Leiden University, Hortus Botanicus, IBL Plant Science, Instituut Biologie Leiden, University of Groningen, University of Amsterdam, Utrecht University, juga dari Royal Netherland Instituut. Perwakilan indonesia ada dari UGM, Wildlife Conservation Society, UI, Unpad, WWF Indonesia, IPB, Unhas makasar, UAD Jogja, UII, Sekolah vokasi UGM, UNS, UNY, UIN Raden Fatah Palembang, Perhimpunan Anggrek Indonesia, Kebun Raya Bali-LIPI dan dari beberapa instansi lainnya. Setelah acara Seminar dan FGD Biodiversitas di Auditorium Biologi Tropika Fakultas Biologi selesai, kegiatan ditutup dengan ramah tamah dan makan siang bersama. (Anita Raharjeng)