Konsorsium Biologi Indonesia – Indeks Biodiversitas Indonesia (KOBI-IBI) bersama dengan Bappenas dan World Resources Institute (WRI) mengadakan pertemuan membahas mengenai pembaruan laporan kemajuan keterkaitan antara isu Biodiversitas dan Perubahan Iklim sebagai bahan penyusunan dokumen Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) Post 2020. Rapat koordinasi tersebut dilangsungkan pada Selasa, 13 Juli 2021 pukul 08.00-10.00 WIB melalui aplikasi Zoom.
Ir. Medrilzam, M.Prof. Econ, Ph.D. (Bappenas) membuka kegiatan diskusi kali ini. Dilanjutkan dengan penyampaian presentasi hasil kerja IBI kepada WRI oleh Barano Siswa Sulistyawan, M.Si. yang sebelumnya telah ditunjuk oleh ketua KOBI mewakili KOBI-IBI. “Tujuan besarnya adalah mengenai cara pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Dilihat dari sisi ketersediaan dengan permintaan terhadap bodiversitas dan jasa lingkungan yang ada. Sehingga nantinya dapat tersusun Indikator pengukuran biodiversitas Indonesia sebagai aset pembangunan berkelanjutan yang terukur dan terkelola secara tepat.”
Prof. Suwarno Hadisusanto menambahkan bahwa masih diperlukan penambahan jumlah data dengan perbaruan data paling tidak setiap 6 bulan sekali. Hal ini bisa dicapai dengan mengulas berbagai jurnal penelitian, terutama spesies dan ekosistem di Indonesia. Prof. Harini Muntasib menuturkan juga bahwa yang paling penting yaitu mengenai tatakelola database yang telah dimiliki oleh setiap pihak terkait. Dengan saling berkomunikasi dan aktif bertukar data atau informasi perihal keanekaragaman hayati Indonesia dari setiap pakar, tentu akan menunjang pembentukan suatu sistem database yang kuat dan rapi serta dapat dipertanggungjawabkan.
Ir.Ign Pramana Yuda, M.Si., Ph.D. berpendapat bahwa pendekatan citizen science juga sangat penting. Dimana para pecinta satwa dan fotografer di lapangan dapat terlibat dalam pemantauan (monitoring) data spesies. Sehingga data yang dimiliki dapat diperbaharui secara berkala. Selain untuk kepentingan pembaharuan data, kegiatan pemantauan lapangan tersebut juga mampu memberikan pendidikan konservasi lingkungan bagi masyarakat.
Selanjutnya, Dr.Irman Firmansyah, M.Si. dari System Dinamycs Center menyampaikan paparan dari tim sistem dinamik yang telah mengintegrasikan berbagai variabel lingkungan dan spesies dengan kebijakan yang ada. “Akan sangat baik jika saja kita bisa saling terlibat langsung dalam pengumpulan data ini. Kelengkapan data yang diperlukan terutama ekosistem dan spesies di Indonesia. Untuk ekosistem sementara ini tidak ke arah laut melainkan hanya di terestrial dahulu. Namun tidak mustahil juga untuk mulai mengeksplorasi spesies di laut Indonesia. Tetapi perlu diperhatikan penyesuaian dengan waktu yang tersedia, dimana juga untuk mengaitkan antar beberapa variabel.”
Data yang disampaikan oleh KOBI-IBI memang masih belum sempurna, dibutuhkan penjelasan lebih detail mengenai metode dan penjabaran spesies yang terdapat pada database KOBI-IBI. Namun, disamping itu semua, IBI memiliki modal yang kuat dari jejaring akademisi dan peneliti, yang mampu menjadi pondasi pengetahuan terutama untuk memenuhi penyusunan indikator biodiversitas yang baik untuk Indonesia. Sebagai infrastruktur awal, data KOBI-IBI dirasa sudah cukup baik untuk tetap dikembangkan dan dipantau kedepannya.