Donan Satria Yudha, M.Sc., adalah staf pengajar di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM. Donan merupakan salah satu pengampu mata kuliah Herpetologi, yaitu studi mengenai amfibi dan reptil. Terkait dengan hal tersebut, pada tanggal 5 Juni 2025, Donan diundang Rapat Penanganan Buaya di Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. Rapat tersebut membahas beberapa hal, yaitu: bagaimana buaya dapat berada di area tersebut; bagaimana menangani secara aman (rescue) dan merelokasi buaya, karena membuat takut warga yang beraktivitas di sungai; kemudian setelah ditangani secara aman buaya akan direlokasi kemana; dan membentuk tim jejaring penanganan (rescue) dan relokasi buaya. Rapat tersebut dihadiri oleh perwakilan dari DKP DIY, DKP Bantul, DKP Kulon Progo, LPSPL Serang, Donan Satria Yudha (Fakultas Biologi UGM), BKSDA Yogyakarta, Polairud Polda DIY, Gembira Loka Zoo, Suraloka Zoo, dan Relawan Mitigasi Satwa yaitu Mas Saliyo (Animal Keeper Jogja), Mas Suhermanto (Penggiat Konservasi Kulon Progo) dan Susilo Irwanjasmoro (Relawan Satwa Biologi UGM).
Hasil rapat disepakati beberapa hal, yaitu: (a) keberadaan buaya di Sungai Progo kemungkinan besar bukan merupakan hewan asli penghuni Sungai Progo sejak awal (ada yang melepaskan atau tidak sengaja lepas); (b) Sungai Progo berpotensi sebagai habitat buaya, tetapi sudah sekitar 30 tahun lebih, area Sungai Progo tidak ada buaya yang meninggali area tersebut secara alami; dan (c) pembentukan Tim Jejaring Penanganan Buaya Jogja. Anggota Tim Jejaring adalah semua yang hadir rapat. Rapat tersebut juga meminta Donan Satria untuk menjadi koordinator dalam usaha menangani buaya yang muncul di Sungai Progo wilayah Triharjo, Pandak, Bantul.
Pada tanggal 8 Juni 2025, Donan Satria bersama Mas Saliyo, Mas Herman, Mas Irwanjasmoro, dibantu oleh Mas Harits Surakhman dan Pak Waryoto (BKSDA DIY), Pak Kasihartadi (LPSPL Serang) dan Pak Aris Kristiyawan (DKP DIY) mulai observasi di lokasi buaya sering muncul dan berjemur. Selama beberapa hari di lapangan, tampak buaya pada beberapa titik pengamatan. Buaya yang tampak oleh tim jejaring penanganan buaya, diidentifikasi sebagai buaya muara (Crocodylus porosus), usia anakan (juvenile) dengan panjang total (TL = Total Length) antara 50 sd 70 cm. Selama 3 minggu kegiatan, buaya tersebut beberapa kali akan didekati untuk diamankan, tetapi langsung masuk ke sungai yang dalam dan berarus deras. Pada kegiatan minggu berikutnya dipasang jerat guna menangkap buaya menggunakan umpan hidup yaitu burung perkutut. Tetapi metode jerat ini tidak berhasil.
Pada kegiatan penanganan selanjutnya ada bantuan peralatan dan personil dari Kekandhangan yang dikoordinir oleh Pak Aryo Tejo. Tim Relawan Mitigasi Konflik Satwa Kekandhangan pada hari Minggu, 29 Juni 2025, melakukan observasi dan tampak buaya menyeberangi sungai dan bersembunyi di rimbunnya rumput kerbau atau kolonjono (Brachiaria mutica), sehingga sulit diamankan. Selanjutnya, Donan Satria dan Tim Jejaring Penanganan berkoordinasi dengan Tim Kekandhangan, sehingga disepakati kegiatan penanganan buaya dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu: (a) Rabu, 2 Juli 2025 = pemasangan dua buah jerat pada titik dijumpainya buaya dengan umpan anak bebek; (b) Kamis, 3 Juli 2025 = melihat hasil jerat, jika tidak terjerat, maka buaya akan diamankan dengan menyisir lokasi dengan 10 orang personil atau lebih; dan (c) Jika giat penyisiran hari Kamis 3 Juli tersebut tidak berhasil, maka akan dilanjutkan penyisiran dan penanganan di hari Minggu 6 Juli 2025. Pada Rabu, 2 Juli 2025 dilakukan pemasangan dua buah jerat oleh Donan Satria, Saliyo, Mas Suhermanto, Susilo Irwanjasmoro, Mas Akhmad Jauhari Siregar (Yayasan Sioux Ular Indonesia) dan Mas Almo (Febrianto dari Kekandhangan dan Sioux).
Kamis, 3 Juli 2025, Donan Satria selain bersama Saliyo, Mas Suhermanto dan Susilo Irwanjasmoro, juga mengajak mahasiswa Biologi UGM yaitu: Ananto Puradi Nainggolan, Maula Haqul Dafa, Adian Dwi Sulistio, dan Afif Fatah Rizki; serta Mas Almo (Febrianto dari Kekandhangan dan Sioux). Pada hari kamis itu, saat berjalan menuju lokasi jerat guna memeriksa hasilnya, Donan Satria melihat buaya sedang berjemur di tepi kubangan air dekat sungai. Donan kemudian memanggil Mas Herman dan anggota tim lain untuk mendekat dan mengepung. Buaya terkepung di kubangan air tersebut, dan untungnya kubangan air itu terisolasi alias tidak menyatu dengan air sungai, sehingga mudah untuk dikepung. Kami menunggu bantuan dari Tim Relawan Kekandhangan dan DKP DIY guna dukungan personil dan peralatan karena kubangan air dalam dengan substrat berlumpur. Setelah menunggu beberapa waktu, air dalam kubangan dapat disedot keluar dengan mesin. Setelah air dalam kubangan tinggal sedikit, kami mulai mencebur ke dalam kubangan dan mulai menangkap buaya tersebut dengan menyisir kubangan menggunakan jala. Buaya akhirnya tertangkap. Setelah diidentifikasi dan diukur, maka dapat dipastikan bahwa: individu tersebut merupakan buaya muara (Crocodylus porosus), usia anakan (juvenile) dengan panjang total (TL = Total Length) 80 cm.
Kegiatan penanganan buaya ini dapat berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs), terutama di poin ke lima belas (Life on Lands: Ekosistem Daratan) serta poin ke tujuh belas (Partnerships for the Goals: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).