• UGM
  • Portal Simaster
  • IT Center
  • Webmail
  • KOBI
  • Bahasa Indonesia
    • English
  • Informasi Publik
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Biologi
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi, Misi & Tujuan
    • Organisasi
    • Staff
      • Tenaga Pendidik
      • Tenaga Kependidikan
      • Kepakaran dan Topik Riset Dosen
    • Fasilitas
      • Laboratorium
      • Kebun Biologi
      • Perpustakaan
      • Museum Biologi
      • Konsultasi Kesehatan Mental
    • Galeri
      • Gedung Fakultas
      • Museum Biologi
      • Penelitian
      • Gama Melon
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Visi, Misi, dan Tujuan
      • Matakuliah S1
      • Pendaftaran Skripsi
      • Pendaftaran Ujian Skripsi
      • Pendaftaran Yudisium
      • Pendaftaran Wisuda
      • Klaim MK Ekstrakurikuler
    • IUP
    • Program Profesi
      • Apa itu PKKH ?
      • Sejarah Pendirian Program Studi PKKH
      • Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Program Studi PKKH
      • Kompetensi Lulusan Program Studi PKKH
      • Bahan Kajian dan Profil Lulusan Program Studi PKKH
      • Kurikulum Program Studi PKKH
      • Pendaftaran Mahasiswa Baru PKKH
      • Informasi dan FAQ Program Studi PKKH
    • Program Magister
      • Deskripsi Program Magister Biologi
      • Mata Kuliah S2
      • Struktur Kurikulum Program Magister
      • Info Pendaftaran
      • PENDAFTARAN UJIAN KOMPREHENSIF
      • Pendaftaran Ujian Tesis
      • pendaftaran yudisium
      • Pendaftaran Wisuda
      • Tracer Study
    • Program Doktor
      • Visi, Misi, Tujuan, & Sasaran Program Doktor Biologi
      • Kurikulum Program Doktor
      • Info Pendaftaran
      • Pendaftaran Ujian Komprehensif
    • Akreditasi dan Jaminan Mutu
  • PENELITIAN & PENGGABDIAN
    • Pengelolaan Sampah
  • Kerja Sama
  • Alumni
    • Berita Alumni
    • BCADC (Web Alumni)
    • Data Kabiogama Pascasarjana
    • Data Kabiogama Sarjana
  • Beranda
  • Penelitian
  • hal. 4
Arsip:

Penelitian

Gama Melon Berhasil Daftarkan 7 Varietas Melon Baru Hasil Riset Fak. Biologi UGM

Penelitian Jumat, 17 November 2017

Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini berlangsung cepat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, tidak hanya dari segi teknologi dan komunikasi yang saat ini menjadi tren, namun dari segi diet dan kebutuhan makanan pun menjadi fokus gaya hidup manusia masa kini. Kehidupan manusia saat ini dalam kebutuhan makanan menuntut aspek keamanan pangan dan kandungan senyawa yang berkualitas untuk memelihara kondisi tubuh.

Gama Melon sebagai tim riset dari Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Biologi saat ini tengah berhasil merilis dan mendaftarkan varietas melon baru hasil riset yang memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri pada setiap varietasnya. Dr. Budi Daryono selaku ketua tim peneliti dan juga Dekan Fakultas Biologi menuturkan bahwa melon yang dihasilkan dari Gama Melon merupakan produk hibridisasi dan seleksi gen unggul tanpa menyisipkan gen asing di dalamnya, sehingga bukanlah sebuah produk GMO (Genetically Modified Organism). “ Kami melakukan riset persilangan genetik dan melihat pewarisan gen unggul antar generasi, dari hal tersebut kami menciptakan berbagai macam melon yang unggul dengan tujuannya masing-masing tanpa menjadikannya sebagai produk GMO” ujar Dr. Budi Daryono.

MG-1, Melona, Gama Melon Parfum, Merona, Hikanet, Hikapel Aromatis, Tacapa Gold merupakan 7 varietas baru yang berhasil di daftarkan ke Kementerian Pertanian RI. Varietas baru ini diharapkan dapat turut bersaing mengisi persaingan di perdagangan buah Indonesia yang menghadirkan produk berkualitas untuk memenuhi tuntutan gaya hidup manusia masa kini. Memiliki kualitas yang baik dan kandungan senyawa kimia yang dibutuhkan untuk memelihara kondisi tubuh menjadi fokus Gama Melon dalam perakitan buah, serta ketahanan terhadap penyakit, keamanan penggunaan pupuk dan pestisida serta cuaca ekstrem dalam budidaya juga merupakan hal yang berusaha diatasi agar budidaya melon dapat dilakukan sepanjang tahun.

Masing-masing dari setiap varietas yang telah didaftarkan ini telah dibuktikan dengan uji molekular sebagai varietas yang baru sekaligus memperkaya keragaman genetik melon di Indonesia dengan berbagai macam keunggulan dan keunikan tersendiri, contohnya Melona, merupakan melon yang memiliki lobus dan manis yang kaya akan B-karoten ataupun Gama Melon Parfum (GMP) yang tidak dapat dikonsumsi namun metabolit sekunderdar  ekstrak buah ini berpotensi sebagai anti repellent, anti kanker, dan diabetes mellitus.

MicroLabMeet#5: Identifikasi Bakteri Asam Laktat Penghasil Bakteriosin dari Fermentasi Ikan 'Chao' Sulawesi Selatan

Penelitian Senin, 13 November 2017

Pangan sebagai sebagai sumber energi sangat berperan penting bagi manusia, akan tetapi sifatnya yang mudah rusak oleh kontaminasi mikroba menyebabkan kualitas pangan tersebut menjadi menurun. Berbagai usaha pengawetan dengan penambahan bahan pengawet sintesis dinilai tidak cukup aman untuk digunakan sehingga mendorong para peneliti untuk mencari agen biopreservatif lainnya. Salah satu agen tersebut adalah bakteri asam laktat yang menghasilkan bakteriosin.

Penelitian ini dilakukan oleh Risky Nurhikmayani yang merupakan mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Biologi UGM di bawah bimbingan Ibu Dr. Endah Retnaningrum,M.Eng. Risky yang ditemui saat mempresentasikan penelitiannya pada tanggal 2 November 2017 lalu di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi UGM memaparkan bahwa bakteri asam laktat dapat ditemukan pada makanan fermentasi dan di daerah Sulawesi Selatan terdapat makanan khas lokal yang telah difermentasi yang disebut ‘Chao’. Sehingga ia tertarik untuk mendapatkan isolat bakteri asam laktat penghasil bakteriosin, menguji kemampuan bakteri asam laktat dalam menghasilkan bakteriosin serta melakukan karakterisasi dan identifikasi bakteri asam laktat penghasil bakteriosin asal chao secara molekuler.

Tahapan penelitian yang dilakukan oleh Risky (2017) meliputi isolasi bakteri asam laktat, seleksi kemampuan isolat bakteri asam laktat dalam menghasilkan bakteriosin, pengujian aktivitas tertinggi dan uji kemampuan bakteriosin terhadap bakteri patogen Eschericia coli FNCC 0091, Staphylococcus aureus FNCC 0047 serta bakteri pembusuk Pseudomonas fluorescens FNCC 0070. Selanjutnya ekstrak kasar bakteriosin dengan kemampuan menghambat bakteri patogen dan pembusuk diuji aktivitasnya terhadap enzim proteolitik, suhu, pH, detergen dan kloroform. Tahapan terakhir isolat bakteri penghasil bakteriosin kemudian diidentifikasi berdasarkan sifat fenotipik dan molekulernya menggunakan gen penanda 16S rRNA dengan primer 27F (5’-AGAGTTTAGTCCTGGCTCAG-3’) dan 1492R (5- GGTTACCTTGTTACGA CCT-3’).

Saat ini penelitian yang sedang dilaksanakan oleh Risky ini baru di tahap pengujian kemampuan isolat bakteri asam laktat dalam menghasilkan bakteriosin, harapannya penelitian ini dapat menghasilkan informasi ilmiah terbaru mengenai makanan fermentasi “chao” yang dapat menetralisir bakteri patogen Eschericia coli , Staphylococcus aureus dan Pseudomonas fluorescens, sehingga kedepannya penelitian ini tidak hanya dapat diidentifikasi secara fenotipik namun juga secara molekuler, untuk pengembangan ilmu mikrobiologi dan mengembalikan potensi makanan lokal sebagai upaya melestarikan kearifan lokal setempat yang aman dikonsumsi dan kaya nutrisi.** (Hanifahanini).

MicroLabMeet#4: Optimalisasi Potensi Medium Ekstrak Tauge Sebagai Medium Alternatif untuk Pertumbuhan Strain Khamir dan Kapang

Penelitian Senin, 13 November 2017

Kamis,(19/10/17) Laboratorium Mikrobiologi kembali melakukan agenda rutin yang mempresentasikan hasil-hasil penelitian dibidang mikrobiologi. Kali ini presentasi di sampaikan oleh Larasati Kirana Putri, Syamsul Arif Ardhiansyah dan Akhowarizmi Avisienna Kindi Muhamad yang merupakan mahasiswa S1 Fakultas Biologi UGM. penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Miftahul Ilmi, M.Sc dan penelitian ini  merupakan karya yang akan dipresentasikan pula pada mata kuliah Seminar di Fakultas Biologi UGM pada November mendatang.

Topik yang dibawakan oleh Laras yaitu mengenai “Profil pertumbuhan Aspergillus oryzae pada medium tauge ekstrak agar”. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada pengujian potensi medium alami sebagai medium alternatif pengganti medium komersil. Pasalnya, saat ini medium komersil yang biasa digunakan untuk pertumbuhan kapang seperti medium PDA dan MEA harganya sangatlah mahal. Sehingga perlu adanya pengembangan potensi medium lain sebagai solusi alternatif untuk pertumbuhan kapang. Hasil dari peneltian ini adalah adalah jamur Aspergillus oryzae mampu tumbuh dengan baik dalam medium tauge ekstrak agar sehingga ini dapat menjadi solusi medium alternatif untuk pertumbuhan jamur Aspergillus oryzae untuk penelitian berikutnya.

Sementara pada sesi kedua, presentasi dibawakan oleh Akhowarizmi Avisienna Kindi Muhamad yang mengangkat topik mengenai“Profil Pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae dan Kluyveromyces marxianus pada Medium Tauge Extract Broth”. Kindi (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dalam mempelajari suatu mikroorganisme maka harus menumbuhkan mikroorganisme tersebut terlebih dahulu. Akan tetapi saat ini medium yang sering digunakan  antara lain  medium Potato Dextrose Broth dan Malt Extract Broth yang juga memiliki harga yang relatif mahal. Sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut maka digunakanlah Tauge Extract Broth sebagai media alternative. Hal ini juga senada dengan alasan penelitian yang dilakukan oleh Syamsul Arif Ardhiansyah yang mengangkat topik mengenai “Optimasi Medium Touge (Vigna radiata) Untuk  Pertumbuhan Khamir Saccharmyces cerevisiae”.

Kindi menyebutkan bahwa saat ini belum diketahui bagaimana laju pertumbuhan yang dihasilkan oleh strain khamir yang ditumbuhkan pada medium tauge bila dibandingkan dengan medium komersial. Pengujian ini menggunakan metode spektrofotometri. Profil pertumbuhan masing-masing kultur diuji pada media TEB, MEB, dan PDB. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu laju pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae pada medium TEA sebesar 0,44 sedangkan pada Kluyveromyces marxianus sebesar 0,24. Pada masing-masing medium, baik medium TEB, MEB, dan PDB diketahui bahwa  laju pertumbuhan kedua spesies tersebut berbeda nyata. Sementara Syamsul (2017) menyebutkan bahwa pengukuran optimasi pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae pada 13 kombinasi ekstrak tauge dan sukrosa didapatkan hasil kombinasi yang paling optimal adalah 9,49 % tauge dan 6,7 % sukrosa.

Adanya penelitian ini membuktikan bahwa banyak peluang yang dihasilkan oleh plasma nutfah Indonesia untuk dikembangkan menjadi sesuatu hal yang lebih bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Dimulai dari hal yang sederhana hingga memperoleh hasil yang menggembirakan merupakan kunci dari berhasilnya proses tranformasi pembelajaran. Semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberi ruang munculnya inovasi–inovasi baru lainnya demi pengembangan ilmu pengetahuan kedepannya, khususnya ilmu mikrobiologi**(Hanifahanini)

Memahami mekanisme molekular genetik pada lalat yang melandasi keanekaragaman hayati

Penelitian Kamis, 9 November 2017

Dalam penelitian bidang genetika, penggunaan lalat buah sebagai organisme model sangatlah umum. Serangga dengan nama ilmiah Drosophila melanogaster ini banyak digunakan untuk mempelajari genetika evolusi karena siklus hidupnya yang singkat yaitu sekitar 2 minggu untuk satu generasi, berukuran kecil sehingga tidak membutuhkan ruang terlalu besar, dan telah banyak diteliti oleh para pakar. Mempertimbangkan hal tersebut, salah satu akademisi dari Taiwan,  Dr. Shu-Dan Yeh, melakukan beberapa penelitian terkait mekanisme molekular genetik pada lalat yang melandasi keanekaragaman hayati. Keanekaragaman kehidupan di bumi yang menakjubkan dapat berasal dari evolusi sifat-sifat biologis di berbagai tingkatan, termasuk dalam tingkat gen.

Pakar Genetika Evolusi ini memaparkan terkait penelitian yang telah, sedang dan akan dilakukan di laboratoriumnya dalam General Lecture yang diadakan oleh Fakultas Biologi UGM pada Selasa, 7 November 2017. Kegiatan yang dihadiri oleh mahasiswa S1, S2 dan dosen Fakultas Biologi ini dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama Fakultas Biologi UGM, Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc. di Ruang Sidang Bawah, Fakultas Biologi UGM.

Asisten Profesor dari Department of Life Sciences, National Central University, Taiwan ini telah melakukan penelitian terkait bagaimana mekanisme evolusi co-option dari bintik pada sayap lalat buah terhadap perilaku lalat jantan terhadap lalat betina. Selain itu, masih dengan lalat buah, Dr. Yeh juga melakukan penelitian terkait evolusi dan fungsi ekspresi microRNA (miR) selama proses metamorfosis lalat buah. Dari penelitiannya, diketahui bahwa MiRNA sangat dilestarikan ke antar generasi dan memainkan peran penting dalam berbagai fungsi biologis. Uniknya, tingkat ekspresi dari MiRNA sangat dinamis secara evolusioner dan mengalami tekanan seleksi yang berbeda selama transisi perkembangannya.

Dalam General Lecture yang dimoderatori oleh Drs. Ignatius Sudaryadi, M.Kes., Dr. Yeh menyampaikan terkait rencana penelitiannya di masa yang akan datang terkait asal usul dan perkembangan dari organ pemendar cahaya pada kunang-kunang. Di akhir presentasinya, beliau juga memaparkan terkait kehidupan akademik dan fasilitas riset yang dapat diakses di National Central University, Taiwan.

MicroLabMeet #2: Leuco Indigo, Solusi Alternatif Pewarna Alami

Penelitian Jumat, 15 September 2017

Akhir-akhir ini permintaan akan bahan pewarna tekstil semakin meningkat. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh tingginya angka produksi bahan tekstil yang membutuhkan berbagai macam warna, khususnya pewarna pada pakaian. Menurut API (2013), kebutuhan pakaian orang Indonesia rata-rata per kapita/tahun sebesar 7,5 Kg termasuk di dalamnya ada batik. Produksi kain batik per tahun itu adalah 20 juta meter. Jadi menurut perhitungan, khusus pakaian batik hampir 15 meter/kapita/tahun, dan untuk memproduksi ini membutuhkan pewarna sintetis. Akan tetapi saat ini pewarna sintetis yang digunakan umumnya tidak memenuhi kaidah lingkungan sehingga limbah buangan pewarna pun kini menjadi masalah yang cukup serius dari segi ekologi.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka salah satu peneliti dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi UGM yaitu Rizka Wardani Subrata yang dibimbing oleh Ibu Dr. Endah Retnaningrum,M.Eng meneliti mengenai Leuco Indigo sebagai salah satu solusi alternatif  sebagai pewarna yang bersifat alami dan soluble terhadap air. Pewarna indigo adalah pewarna alami yang memerlukan reduksi menjadi leuco indigo melalui proses fermentasi oleh mikrobia.

MicroLabMeet#2_gb1Penelitian yang berjudul “Isolasi Mikrobia Potensial Pereduksi Indigo Menjadi Leuco Indigo dari Habitat Pantai dan Cairan Fermentasi Indigenous Daun Indigo (Indigofera tinctoria)” ini bertujuan untuk mengetahui mikrobia potensial pereduksi indigo dari habitat pantai dan cairan fermentasi indigo, mengetahui aktifitas isolat dari habitat pantai dan cairan fermentasi, serta mengetahui karakteristik mikrobia potensial pereduksi indigo menjadi leuco indigo.

Menurut Rizka, penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi mikrobia dari pasir pantai, air pantai, batuan pantai serta cairan fermentasi daun Indigofera tinctoria pada medium PYB. Isolat yang diperoleh dari hasil isolasi diseleksi untuk memperoleh isolat potensial pereduksi indigo. Isolat terbaik hasil seleksi, diuji aktifitasnya dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 620 nm untuk mengetahui pertumbuhan mikrobia dan 390 nm untuk mengetahui konsentrasi leuco indigo. Isolat yang memiliki aktifitas terbaik diidentifikasi dan diinspeksi lalu dikarakterisasi dengan pengujian biokimiawi berupa pewarnaan gram, pewarnaan endospora, uji fermentasi karbohidrat, uji reduksi nitrat dan hidrolisis indol.

MicroLabMeet#2_gb2Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh 37 isolat yang terdiri dari 8 isolat dari air pantai; 8 isolat dari batuan pantai; 11 isolat dari pasir pantai dan 10 isolat dari cairan fermentasi cairan indigo. Hasil seleksi mikrobia pereduksi indigo diperoleh 8 isolat yang memiliki kemampuan terbaik antara lain AL1-K1, AL3-K1, AB3-K5, AB3-K1R, AP3-K3, AP4-K6, LI2-K3 dan LI4-K4.

Berdasarkan hasil pengujian aktifitas diperoleh isolat terbaik adalah AP3-K3 yang terdiri dari strain AP3-K31 dan AP3-K32 dan AP4-K6 yang terdiri dari strain AP4-K61 dan AP4-K62. Hasil pewarnaan gram menunjukkan empat strain tersebut merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang, hanya memfermentasi glukosa, tidak membentuk endospora, tidak memiliki kemampuan menghidrolisis cincin indol, negatif mereduksi nitrat kecuali pada strain AP3-K31.

Harapannya penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan industri tekstil di Indonesia yang ramah lingkungan. Sehingga dengan demikian Indonesia dapat mandiri dan berdikari dengan produk yang berbasis ramah lingkungan sebagai salah satu usaha mewujudkan semboyan dunia yang Eco-Green.**(Hanifa Hanini)

Mahasiswa UGM Fakultas Biologi Memanfaatkan Labu Siam (Scheum edule) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Salep untuk Biokontrol Efek Panjang Melanoma maligna

Penelitian Jumat, 14 Juli 2017

Melanoma maligna adalah jenis kanker yang menyerang kulit dan bisa menyebar ke organ lain dalam tubuh. Melanoma terbentuk ketika terjadi sesutau yang salah pada sel yang memproduksi melanin (melanocytes) yang memberikan warna pada kulit. Melanoma adalah salah satu efek negatif yang disebabkan karena sinar UV. Melanoma dapat muncul pada kulit yang normal, atau dapat berawal sebagai tahi lalat atau daerah lain pada kulit yang mengalami perubahan wujud. Beberapa tahi lalat yang timbul saat lahir dapat berkembang menjadi melanoma. Tahi lalat pada dasarnya tidak berbahaya, tetapi ada kemungkinan berubah menjadi melanoma, bentuk kanker kulit paling serius karena kemampuannya untuk menyebar.

Perubahan tahi lalat normal menjadi bentuk melanoma terkadang tidak disadari oleh kebanyakan masyarakat. Kanker kulit melanoma ini termasuk dalam jenis kanker kulit paing umum ke-19 di dunia. Menurut WHO, ada sekitar 3300 kasus melanoma baru yang terjadi di Indonesia tiap tahunnya. Walaupun terbilang jarang, tetapi kanker kulit jenis ini bisa bersifat fatal dan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani dan didiagnosis sejak awal.

Melihat resiko fatal yang disebabkan oleh kanker kulit melanoma ini, sejumlah mahasiswa UGM dari Fakultas Biologi berusaha mencari alternatif solusi. Dwi Jami Indah Nurhasanah, Bening Larasati, Dea Febiansi dan Dhella Apriliandha Roshitafandi mencoba memanfaatkan labu siam untuk dijadikan bahan dasar pembuatan salep sebagai langkah alternatif pengobatan Melanoma maligna. Penelitian dilaksanakan dibawah bimbingan Dr. Budi Setyadi Daryono M.Agr.Sc Ph.D, melalui program Kreativitas Mahasiswa UGM tahun 2017.

Berdasarkan pengamatan, pada umumnya buah labu siam atau biasa disapa dengan sebutan waluh jipang dikalangan masyarakat dimanfaatkan untuk diolah sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi. Labu siam merupakan salah satu hasil pertanian Indonesia yang setiap tahun meningkat produksinya. Selain itu, labu siam dapat hidup subur di lingkungan tropis. Labu siam memiliki khasiat yang baik untuk menunjang kondisi tubuh. Namun pemanfaatan labu siam untuk konsumsi menghasilkan limbah kulitnya yang mengandung getah.

Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata dalam buah labu siam mengandung senyawa flavonoid dan saponin yang merupakan senyawa metabolit sekunder dan diketahui memiliki sifat aktif sebagai anti-kanker.

Penelitian mereka untuk menguji adanya kedua metabolit sekunder anti-kanker tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan. Uji yang dilakukan oleh Indah dan tim terdiri dari uji kualitatif dan uji kuantitatif serta uji antiproliferasi menggunakan sel line yang memiliki sifat proliferasi yang sama dengan sel kanker. Sampel yang diuji berupa ekstrak labu siam dalam bentuk pasta.

Uji kualitatif yang dilakukan adalah uji Kromatografi Lapis Tipis sedangkan Uji Kuantitatif yang dilakukan adalah Uji Spektrofotometri.

“Labu siam yang kami uji dibagi menjadi tiga parameter berdasarkan ukuran buahnya dengan asumsi semakin besar ukuran buah maka umur dari buah tersebut semakin tua” Jelas Indah Kamis (13/7) di UGM

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa dari ketiga parameter umur labu siam yang digunakan, ketiganya mengandung senyawa saponin dan flavonoid. Kamudian tahap penelitian dilanjutkan dengan pembuatan salep dan untuk pengujian antiproliferatif didapatkan hasil positif bahwa ekstrak labu siam yang diujikan dapat menghambat pertumbuhan sel.

Pembuatan “Selasih Lalat (Salep Labu Siam untuk Tahi Lalat)” ini merupakan salah satu trobosan unik produk mahasiswa UGM Fakultas Biologi yang memanfaatkan Labu siam untuk mengobati kanker kulit Melanoma maligna serta mendukung pemanfaatan bahan alam sebagai alternatif obat yang masih jarang diketahui oleh masyarakat.

Presentasi Hasil Studi Doktoral Drs. Hari Purwanto, M.P., Ph.D. dan Dr. Miftahul Ilmi, S.Si., M.Sc.

Penelitian Senin, 19 Juni 2017

Dua staf Fakultas Biologi, baru saja menyelesaikan studi doktoralnya. Masing – masing adalah drs. Hari Purwanto, M.P., Ph.D. dari lab Entomologi, dan Dr. Miftahul Ilmi, S.Si., M.Sc. Keduanya menyampaikan hasil penelitiannya selama menempuh studi doktoral kepada civitas akademika Fakultas Biologi UGM yang terdiri dari dosen dan mahasiswa paskasarjana.

Drs. Hari Purwanto, M.P., Ph.D. telah menyelesaikan studinya di Cardiff University, UK dengan fokus riset pada kajian penanggulangan vektor penyakit yang disebabkan oleh beberapa serangga seperti nyamuk, ngengat dan serangga hama lainnya. Beliau meneliti biokontrol terhadap vektor, yakni bakteri yang dapat menyebabkan toxin pada serangga, dan fokusan beliau pada spesies Lysinibacillus sphaericus.

Penanggulangan vektor penyakit selama ini masih lebih dominan dengan menggunakan senyawa kimia, yang justru merupakan solusi yang cukup mahal dan dapat memberikan dampak kerusakan lingkungan. Alternatif yang dapat menjadi prospek yang cukup baik terhadap penanggulangan vektor penyakit ini salah satunya dengan menggunakan organisme yang dapat mengganggu metabolisme terhadap serangga yang menjadi hama ataupun vektor penyakit. Organisme yang menjadi agen penghambat tersebut kita kenal dengan istilah organisme biokontrol, juga dapat digunakan sebagai biopestisida.

Lysinibacillus sphaericus memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa toxin yang spesifik terhadap beberapa jenis nyamuk. Dr. Hari pada penelitiannya berupaya memetakan gen yang berperan untuk menghasilkan toxin dan juga mempelajari mekanisme toxin yang terjadi.

Pematerian kedua disampaikan oleh Dr. Miftahul Ilmi, S.Si., M.Si. yang baru saja menyelesaikan studi doktoralnya di Faculty of Science and Engineering, University of Groningen, Belanda. Pada kesempatan ini, beliau menyampaikan hasil penelitian beliau yang mengenai, “Enzymatic Biodiesel Synthesis Using Novel Process Intensification Principles”. Penelitian tersebut merupakan bagian dari proyek kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan beberapa institusi di Belanda untuk menjawab tantangan energi dunia melalui pengembangan energi terbarukan dari biodiesel.

Dr. Ilmi mencoba untuk meningkatkan proses efisiensi pengolahan biofuel dari bahan hayati dengan penggunaan enzim lipase pada reaktor yang sedang dikembangkan di Groningen. Reaktor yang digunakan, Continuous Centrifugal Contractor Separator (CCCS), merupakan modifikasi alat sentrifugator yang digunakan untuk memisahkan dua fase cairan. Reaktor ini cukup kecil dan diharapkan di masa depan dapat menjadi reaktor portable yang mudah dibawa ke daerah-daerah terpencil. Meskipun demikian, dikarenakan kecepatan sentrifugasi dari reaktor tersebut, perlu diketahui apakah sheer stress yang dihasilkan akan mempengaruhi kinerja dari enzim lipase dalam mengubah substrat menjadi biodiesel. Selain itu, dengan menerapkan konsep zero waste technology, Dr. Ilmi juga mencoba untuk mengolah limbah hasil proses ekstraksi biodiesel menjadi media untuk memproduksi enzim lipase dari fungi.

Penelitian Dr. Ilmi menunjukkan sistem bioreaktor portable yang dikembangakan mampu mengolah minyak dari tumbuhan menjadi biodiesel dengan efisiensi yang tinggi melalui penggunaan enzim lipase. Penggunaan enzim lipase yang di-immobilisasi dapat meningkatkan daya tahan dari enzim, sehingga mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk membeli enzim yang fresh pada setiap prosesnya. Selain itu, limbah dari tanaman yang digunakan dalam proses pembuatan biodiesel dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur untuk produksi lipase.

Diharapkan, hasil dari penelitian Dr. Ilmi dapat diaplikasikan menjadi “Mobile Biodiesel Production Unit” untuk memfasilitasi produksi biodiesel dari bahan alam yang tersedia di pelosok Indonesia.

Fakultas Biologi UGM launching melon Hikapel sebagai produk riset yang siap diindustrialisasi

Penelitian Senin, 29 Mei 2017

Tim riset Gama Melon melalui penelitiannya yang dimotori oleh Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. meluncurkan melon kultivar Hikapel yang siap masuk dunia industri pada hari sabtu lalu (20/5) dalam kegiatan Gama Melon Expo: Produk Melon Istimewa Indonesia. Melon Hikapel sebagai kultivar baru di Indonesia telah memperoleh SK Pendaftaran dari Kementerian Pertanian RI dengan Nomor: 469/PVHP/2017 dan saat ini tengah diajukan Pelepasan serta Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Melalui legalitas ini, maka melon Hikapel telah resmi ikut bersaing dalam perdagangan komoditas melon di Indonesia.

Melon Hikapel mengusung inovasi baru dari segi ukuran, yaitu handy melon sehingga mudah untuk dibawa kemana saja. Selain itu, melon Hikapel juga memiliki aroma wangi yang khas serta tingkat kemanisan yang tinggi, mengandung vitamin dan mineral khususnya B-karoten yang lebih besar dibandingkan melon lainnya. Disamping itu, dari segi keamanan pangan melon Hikapel tidak terkontaminasi oleh senyawa ethrel yang berbahaya serta les pesticide.

Dalam kegiatan Gama Melon Expo juga mengundang Kementerian Pertanian RI yang diwakili oleh Bpk Tony Kurniadi untuk memberi penjelasan terkait regulasi pendaftaran kultivar baru tanaman serta para praktisi bisnis di dunia industri, diantaranya yaitu PT. Gama Multi Usaha Mandiri, PT Raja Pilar Agrotama, dan Segar Jaya dalam kerjasama pemasaran melon Hikapel. Selain itu, turut hadir Bpk H. Sudjari selaku praktisi budidaya melon di daerah Blitar yang juga mengembangkan desa wisata “Kampung Melon” di Desa Modangan, Kabupaten Blitar. Dalam kesempatan lain di acara ini juga melaunching buku Potensi dan Keanekaragaman Genetik Melon yang dihasilkan melalui riset dan penelitian melon yang dilaksanakan oleh tim Gama Melon.

Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. menekankan bahwa ada banyak hasil riset di Indonesia yang hanya berakhir dalam laporan penelitian dan jurnal publikasi tapi tidak dapat dirasakan langsung oleh masyarakat maupun praktisi bisnis, melalui expo ini diharapkan menjadi trigger bagi peneliti lainnya untuk turut serta melaunching hasil risetnya ke masyarakat. Hal ini juga diamini oleh Eko Priyanto selaku direktur Segar Jaya, perusahaan yang bergerak di bidang produksi komoditas buah dan sayuran di wilayah Jabodetabek. “Melon Hikapel ini sangat potensial, dan saya sangat mengharapkan hasil-hasil riset yang penuh inovasi seperti ini untuk bisa mewarnai industri dan bisnis di Indoensia” ujarnya.

Acara Gama Melon Expo beserta penelitian terkait melon Hikapel ini didanai oleh Hibah Rispro LPDP Kemenkeu tahun kedua dari pelaksanaan durasi penelitian dua tahun. Acara ini merupakan bagian terakhir dari pelaksanaan riset yang akan berakhir pada bulan juli nanti. “Semoga acara ini akan menjadi bagian sejarah dari pemasaran melon Hikapel untuk masuk pada tahap diseminasi, tidak lagi berada pada tahap penelitian” ujar Ganies Riza Aristya, S.Si.,M.Sc. selaku ketua panitia acara.

Fakultas Biologi Mengembangkan Melon Sebagai Bahan Anti Nyamuk

Penelitian Kamis, 8 Desember 2016

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalahan utama kesehatan di Indonesia dengan tingginya kasus kematian dan jumlah penderitanya. Kementerian Kesehatan  mencatat jumlah penderita demam berdarah pada Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 dengan jumlah kematian 108 orang. Berbagai upaya untuk mengurangi kasus demam berdarah sudah dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat melalui program pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Namun begitu,angka kasus demam berdarah di Indonesia masih tergolong tinggi.

Prihatin terhadap kondisi ini, sejumlah peneliti yang tergabung di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Biologi UGM mencoba mencari terobosan dalam memberantas demam berdarah.  Mereka meneliti dan mengembangkan tanaman yang berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku obat, termasuk sebagai bahan baku obat anti nyamuk.

“Fakultas Biologi UGM berhasil mengembangkan tanaman melon yang berpotensi digunakan sebagai bahan obat anti nyamuk yaitu Gama Melon Parfum,” jelas Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiyadi Daryono,M.Agr.Sc., Rabu (7/12) di Fakultas Biologi UGM.

Gama Melon Parfum ini merupakan kultivar melon baru yang berhasil dikembangkan Fakultas Biologi UGM. Penelitian kultivar melon baru ini berlangsung sejak tahun 2011diketuai oleh Budi Daryono. Gama Melon Parfum memiliki ukuran kecil dengan berat rata-rata 200-350 gram. Melon ini memiliki ornamen kulit buah yang unik menyerupai batik, menghasilkan aroma harum, hanya saja rasa buahnya pahit.

Gama Melon Parfum mengandung flavonoid dan terpenoid yang tinggi. Kedua senyawa tersebut terbukti ampuh untuk membunuh jentik nyamuk. Selain itu, dengan kandungan volatile yang tinggi menjadikan melon tersebut memiliki aroma yang wangi. Aroma ini tidak disukai oleh nyamuk sehingga bisa dimanfaatkan untuk obat anti nyamuk.

Dari hasil uji efektivitas ekstrak buah Gama Melon Parfum terhadap nyamuk demam berdarah diketahui persentase rata-rata daya proteksi terhadap nyamuk dari ekstrak kulit dan dan daging buah sebesar 95,61 persen dan 99, 35 persen.

“Ini membuktikan bahwa Gama Melon Parfum sangat potensial dikembangkan menjadi lotion anti nyamuk maupun dijadikan serbuk pengganti abate,” kata Budi Daryono.

Gama Melon Parfum ini tidak hanya terbukti ampuh untuk digunakan sebagai anti nyamuk. Namun, penggunaan melon ini dapat menjadi alternatif obat anti nyamuk yang ramah lingkungan.

Budi Daryono menegaskan bahwa Fakultas Biologi UGM terus mendorong penelitian dan penciptaan berbagai inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat, industri, dan kepentingan nasional, termasuk dalam bidang biomedis.

“Riset terus kita perkuat dan mendorong Fakultas Biologi menjadi Innovative Faculty serta menjadi pusat unggulan dalam pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati tropika,”pungkasnya. (Humas UGM/Ika)

Mahasiwa Biologi UGM Meneliti Kualitas Kuda Kavaleri Milik TNI

PenelitianRilis Berita Selasa, 21 Juni 2016

Mahasiwa Biologi UGM Meneliti Kualitas Kuda Kavaleri Milik TNI
Mahasiwa Biologi UGM Meneliti Kualitas Kuda Kavaleri Milik TNI

Tiga orang mahasiswa Fakultas Biologi UGM melakukan identifikasi karakteristik morfogenetik kuda sebagai dasar pembuatan Buku Registrasi Kuda (BRK) di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI AD, Bandung, Jawa Barat. Karakter morfogenetik tercantum dalam BRK dapat digunakan sebagai identitas kuda militer seperti jenis kelamin, warna, ras, ukuran tubuh, serta ciri khusus (marking). Pengetahuan dari karakter tersebut diharapkan akan membantu meningkatkan sistem pengelolaan perkembangbiakan kuda untuk menghasilkan generasi kuda kavaleri yang berkualitas.

Seperti diketahui, Denkavkud merupakan satuan operasional di bawah Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) Kodiklat TNI AD dengan tugas pokok melaksanakan tugas operasi khususnya patroli pengamanan yang tidak dibatasi oleh medan, menyelenggarakan pembinaan dan pendidikan kuda militer dan personel, menyiapkan satuan kavaleri berkuda untuk kodam-kodam, serta tugas protokoler dan pengembangan olahraga berkuda.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan tiga orang mahasiswa Biologi UGM, yakni Abdurrahman Rasyid, Vindi Noveriella, dan Yuliana Purnamasari diketahui jumlah kuda pada populasi Denkavkud berjumlah sekitar 217 ekor kuda yang dikelola oleh dua Kompi, yaitu Kompi Kavaleri Kuda (Kikavkud) 78 ekor dan 139 ekor dikelola oleh Kompi Peternakan Kuda (Kikavkud) yang juga bertugas dalam pembuatan BRK Denkavkud. “Total 217 ekor kuda pada populasi Denkavkud terdiri dari 114 kuda betina, 86 ekor kuda kebiri, dan 17 ekor kuda jantan,” kata Rasyid dalam keterangan yang dikirim ke wartawan, Selasa (21/6).

Ia menambahkan frekuensi keanekaragaman warna pada populasi kuda Denkavkud adalah bay (0,44), grey (0,16), seal brown (0,13), chestnut (0,1), sooty (0,08),  buckskin (0,07),  black (0,02), palomino (0,01) dan red dun (0,01). Kuda Denkavkud terdiri dari lima macam ras, yaitu Crossbreed, Thoroughbred, Andalussia, Kerdil, dan Akhal-teke. Rata-rata tinggi kuda operasional kavaleri adalah 147 ± 5.54 cm, dan berat tubuh 336 ± 38.96 kg. Macam-macam marking pada bagian wajah berupa stripe, interrupted stripe, blaze, white face, dan star. Sementara itu, marking pada bagian kaki antara lain, crown, coronet, pastern, half pastern, dan white to knee.

Menurut Rasyid penelitian morfogenetik kuda kavaleri ini memetakan kualitas dan kuantitas kuda-kuda dari aspek ilmu biologi sebagai kendaraan perang atau kavaleri. Ia menerangkan di Indonesia kuda sudah populer sejak zaman Hindia-Belanda sebagai kendaraan perang. Sejak resmi dibentuk pada tahun 1953 hingga saat ini, penggunaan kuda sebagai pasukan kavaleri terus digunakan dan dikembangkan oleh TNI AD menjadi Detasemen Kavaleri yang pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara. “Penerapan aspek biologi ini dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas kuda kavaleri,” ujarnya.

Dosen pembimbing mahasiswa, Dr. Budi Setiadi Daryono, M. Agr. Sc., mengatakan riset yang dilakukan mahasiswa menjadi pengalaman awal bagi Fakultas Biologi UGM yang melakukan kegiatan Kerja Praktik di instansi kemiliteran. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi salah satu bentuk kontribusi biologi dalam sistem pertahanan negara. Menurutnya masih banyak peluang dan potensi bidang biologi-kemiliteran yang perlu dipelajari lebih lanjut. “Kerja sama ini diharapkan akan terus berlangsung untuk menambah wawasan ruang lingkup Biologi, menciptakan dan mengembangkan riset sebagai bentuk kontribusi Biologi di bidang kemiliteran,” terangnya. (Gusti)

123456…8

Akreditasi

Berita Terakhir

  • Edukasi dan Aksi: Tim PKM MBKM Biologi UGM 2025 Kenalkan Manfaat Tanaman Herbal di Dusun Pajangan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
  • Talk Show Bedah Buku Dinamika Golongan Darah Sistem ABO dan Donor Darah dalam Rangka Lustrum XIV Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
  • Pemaparan Hasil Penelitian dan Kelanjutan Kemitraan Fakultas Biologi UGM dengan CV Madana Central Cosmetics
  • Perancangan Program MBKM Membangun Desa: Optimalisasi Kebun Buah Tlatar sebagai Sentra Buah dan Desa Wisata
  • MAHASISWA PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA FAKULTAS BIOLOGI UGM MENGIKUTI WORKSHOP PENGKAYAAN MATERI UNTUK KEGIATAN MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM) DAN PENELITIAN DI BBLABKESLING-SALATIGA
Universitas Gadjah Mada

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS BIOLOGI
Jalan Teknika Selatan, Sekip Utara,
Yogyakarta 55281
biologi-ugm@ugm.ac.id
Telepon/Fax: +62 (274) 580839

Tentang Kami

  • Sejarah
  • Organisasi
  • Staff
  • VISI, MISI & TUJUAN
  • Biodiversitas
  • Informasi Publik

KEMAHASISWAAN

  • Pelayanan Mahasiswa
  • Organisasi Mahasiswa
  • Pengajuan Kerja Praktik Lapangan
  • Izin Penelitian Lapangan

Akademik

  • Peraturan Akademik
  • Pengumuman Akademik

Survei Kepuasan Layanan

  • Survei Layanan Akademik
  • Survei Layanan KASDM
  • Survei Layanan P2MKSA
  • Survei Layanan Laboratiorum
  • Survei Layanan K5L dan Driver

Akreditasi

  • Image 1
  • Image 2
  • Image 3

© 2024 FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY