Minggu, 02 September 2018 Tim Pelaksana Hibah Teknologi Tepat Guna dari Fakultas Biologi UGM memperkenalkan teknik kastrasi dan polinasi pada semangka. Pada kegiatan ini dihadiri oleh beberapa orang petani dan petani mitra. Kegiatan ini bertujuan untuk sharing ilmu pengetahuan kepada petani lokal yang harapannya melalui kegiatan ini tranfer ilmu dapat berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan di kebun pertanian semangka yang telah ditanam pada 02 Agustus 2018 lalu, saat ini umur tanaman telah mencapai 30 HST (Hari Setelah Tanam).

Kegiatan pelatihan ini diawali dengan pembukaan, dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai teknik kastrasi dan polinasi semangka serta diakhiri dengan praktek di lapangan. Kastrasi merupakan pembuangan alat kelamin jantan pada bunga semangka sedangkan polinasi merupakan penyerbukan kelamin jantan (benang sari ) ke atas kepala putik (kelamin betina). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyilangkan antara bunga jantan semangka merah “Putri Delima” dengan bunga betina semangka kuning “Maduri”. Harapan kedepannya dari kegiatan ini yaitu diperoleh buah semangka berwarna orange yang merupakan sifat intermediet dari hasil penyilangan kedua indukan tersebut.

Dalam prakteknya, alat dan bahan yang perlu dipersiapkan adalah kertas minyak wajik, tali rafia, dan gunting. Kertas minyak wajik berfungsi untuk menutup bakal buah setelah dipolinasi tetap terjaga baik dan terhindar dari polinasi bunga jantan yang lain. Tali rafia berfungsi untuk mengikat kertas minyak dengan bakal buah yang telah dipolinasi sementara gunting berfungsi untuk memotong mahkota bunga jantan maupun bunga betina. Selanjutnya dilakukan pengambilan benang sari bunga jantan dari semangka merah dan dibubuhi ke atas kepala putik bunga betina setelah itu ditutup menggunakan kertas minyak dan diikat pada tangkai daun menggunakan tali rafia untuk menjaga agar hasil polinasi terhindar dari lalat buah.
Menurut Titur yang merupakan salah seorang petani yang hadir, “teknik penyilangan seperti ini baru pertama kali dilakukan untuk menyilangkan dua individu yang berbeda jenis. Selain itu metode yang diterapkan juga menarik, disebabkan karena pengenalan metode ini menjadi salah satu referensi baru dalam menjaga buah agar terhindar dari lalat buah”. Mereka berharap setelah kegiatan ini dapat menerapkan metode kastrasi dan polinasi ke lahannya masing-masing. Mereka juga berharap semoga buah semangka yang telah dikastrasi dan polinasi hasil praktek tersebut dapat berhasil dengan kualitas panen yang baik.







Pemilihan lokasi kegiatan sebagai tempat dilaksanakan pengabdian masyarakat, bukan tanpa alasan dikarenakan kawasan tersebut sedang dikembangkan menjadi kawasan Sentra Wisata Anggrek Kabupaten Kulon Progo. Kawasan Banyunganti sendiri merupakan daerah yang memiliki jenis tanaman anggrek lokal khas Kulon Progo. Anggrek lokal menjadi salah satu potensi besar daerah yang harus dikembangkan agar dapat menjadi pendapatan lebih bagi masyarakat. Perlu adanya fokus dari masyarakat dalam berbisnis untuk menambah pendapatan bagi masyarakat. Hal itulah yang menjadi topik yang disampaikan oleh narasumber dalam kegiatan ini yaitu Dr. Ir. Aziz Purwantoro, M.Sc. dari Fakultas Pertanian UGM. Beliau selaku penggiat bisnis, memberikan tips dan trik dalam membangun usaha bisnis dengan melihat potensi kawasan Banyunganti yang dapat diangkat. Dapat berupa membuat souvenir khas daerah tersebut atau makanan khas yang dapat menarik minat wisatawan. Beliau juga menekankan tentang pentingnya berinovasi dalam membangun suatu usaha.









Pelatihan dimulai pukul 09.00 WIB, acara dibuka oleh Dr. Endang Semiarti, M.S., M.Sc. dilanjutkan dengan pematerian oleh Ir. Kadarso, M.S.. Materi yang disampaikan meliputi cara budidaya anggrek dengan sistem aeroponik dan hidroponik yang dapat dilakukan pada jenis tanaman anggrek Dendrobium, Grammatophyllum, Cattleya dan Phalaenopsis. Kemudian dijelaskan mengenai alat dan bahan yang diperlukan, yaitu bibit tanaman anggrek, arang kayu, larutan pupuk, talang air plastik, lem paralon, kain flanel, pot plastik ukuran 10 cm dan lain-lain. Masyarakat juga dijelaskan mengenai cara pengenceran pupuk, penanaman tanaman anggrek dan prosedur pemeliharaan anggrek terkait penempatan tanaman pada lingkungan tumbuh yang benar, pengkabutan air dan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit pada tanaman anggrek. Setelah pematerian selesai, masyarakat diajak untuk mempraktikkan secara langsung pembuatan instalasi penanaman anggrek secara aeroponik dan hidroponik yang dipandu langsung oleh Ir. Kadarso, M.S. Selain itu masyarakat juga diberikan pemahaman bahwa dengan menggunakan teknik ini akan mempermudah dalam perawatan anggrek, lebih efisien dan juga lebih murah sehingga diharapkan masyarakat mampu merawat anggrek dengan lebih baik.





















