Memiliki tingkat kenakeragaman hayati yang tinggi sudah sepatutnya Indonesia memanfaatkan segala aset sumber daya alamnya. Menyadari akan potensi tersebut, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada mengadakan kegiatan Summer Course berjudul “Central Java Field Intensive (CJFI-2018)”. Kegiatan yang dilaksanakan selama 10 hari dari 2-13 Juli 2018 diikuti oleh 2 mahasiswa dari Universitas Charles Darwin.
Beragam materi diberikan dalam kegiatan summer course tersebut, diantaranya adalah analisis vegetasi bakau, belajar memahami pengelolaan kawasan bakau berbasis masyarakat, serta menganalisis ancaman anthropogenik di kawasan sand dune yang dipaparkan oleh Prof. Tjut Sugandawaty Djohan, M.Sc., Ph.D., Laboratorium Ekologi dan Konservasi, Fakultas Biologi UGM. Selain itu mahasiswa dari Universitas Charles Darwin diajak untuk sampling herpetofauna di Taman Sungai Mudal Kulonprogo, identifikasi dan tabulasi data sampling herpetofauna Taman Sungai Mudal serta pelatihan pembuatan awetan tulang burung yang dipaparkan oleh Rury Eprilurahman, M.Sc. dan Donan Satria Yudha, M.Sc. dari Laboratorium Sistematika Hewan.
Pada saat penutupan summer course, Dekan Fakultas Biologi UGM: Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., yakin dari kegiatan ini akan memperkuat kerjasama antara Fakultas Biologi UGM dengan Fakultas Ilmu Lingkungan Universitas Charles Darwin, “Hubungan baik ini tetap harus dijaga”. Beliau juga berpesan kepada mahasiswa Universitas Charles Darwin untuk dapat kembali lagi ke Fakultas Biologi UGM untuk belajar banyak hal lagi.


Sementara pada tahun 2018 ini, tim Fakultas Biologi pada bulan Mei lalu yang terdiri dari Dr. Tri Rini Nuringtyas, M.Sc., Woro Anindito Sri Tunjung, Ph.D., Lisna Hidayati, M. Biotech., dan Aries Bagus Sasongko, M. Biotech menjelaskan mengenai jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan hidroponik dan bagaimana bercocok tanam dengan hidroponik sederhana. Para siswa, guru dan orang tua siswa sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Terbukti dari celotehan pertanyaan-pertanyaan ingin tahu dari para siswa. .“Kak ini sumbunya berfungsi untuk apa?”, Kak saya boleh bawa pulang hidroponiknya?”, “Kak kenapa botolnya harus diberi lubang?”, “Kak kalau dikasih ikan bisa tidak?” ujar Nehan salah satu siswa SD Tumbuh II. Beberapa hari sesudahnya pun orang tua siswa masih menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menanyakan cara pemeliharaan yang tepat pasca pembuatan hidroponik.
Setelah selesai melakukan pematerian, Bu Endang kemudian mengajak masyarakat Dusun Banyunganti melakukan praktek penanaman anggrek Vanda Douglas berderet di pagar rumah Bapak Sutarman Kepala Dusun Banyunganti, Kulon Progo. Di akhir pertemuan, Endang mengundang Kelompok Tani Dusun Banyunganti untuk menghadiri Festival Anggrek Vanda tricolor asal Merapi yang akan dilaksanakan di Taman Anggrek Titi Orchid Jl. Boyong Pakem, Sleman tanggal 1-5 Agustus 2018 untuk menunjukkan seperti apakah bunga anggrek yang bagus dari para pemenang lomba dan bagaimana menanam dan merawat anggrek dengan benar, termasuk Teknik Hydrophonic dan Aerophonic. Kegiatan pelatihan ditutup dengan penyerahan peralatan perawatan anggrek dan beberapa tanaman anggrek untuk dirawat sebagai tanaman induk di demplot yang telah dibuat secara swadana oleh pak Dukuh dan penduduk Dusun Banyunganti, terakhir dilakukan foto bersama masyarakat Dusun Banyunganti. Semoga impian masyarakat untuk menjadikan Dusun Banyunganti sebagai pusat wisata anggrek Kulon Progo dapat terwujud. (Ade Siti)







