Permasalahan limbah merupakan isu yang tak pernah habis dibahas karena dampaknya yang signifikan terhadap lingkungan. Berbagai kegiatan sehari-hari seperti konsumsi makanan dan kegiatan produksi berpotensi menghasilkan limbah. Indonesia menjadi salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di dunia, dengan ubi kayu sebagai salah satu bahan makanan yang bisa terbuang. Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang memiliki produktivitas pertanian ubi kayu yang termasuk tinggi. Dalam hal ini, limbah ubi kayu dapat meningkat seiring dengan tingginya hasil panen.
Kegiatan produksi lainnya juga banyak menghasilkan limbah, salah satunya dari industri kulit. Produk industri kulit umumnya terbuat dari kulit sintetis atau kulit hewani. Namun, produk kulit sintetis yang tidak awet dapat memperparah masalah limbah fesyen di Indonesia. Industri kulit hewani juga tidak lepas dari dampak terhadap lingkungan, karena proses penyamakan kulit dapat menghasilkan limbah berbahaya seperti krom yang mencemari lingkungan.
Melihat permasalahan ini, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) yang diketuai oleh Marcella Devina Handoko (Fisipol 2023) serta beranggotakan Laura Silka (Biologi 2021), Nasywa Ramadhisa (Geografi 2021), Husna ‘Ainun R. (Biologi 2022), dan Muhammad Daffa (Ekonomika dan Bisnis 2023) membuat alternatif produk bernama “Macteria”, sebuah produk kerajinan kulit yang dibuat dari ubi kayu yang difermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum. Proses fermentasi ini menghasilkan selulosa yang kemudian digunakan sebagai bahan baku kulit untuk berbagai aksesori multifungsi seperti lanyard dan card holder. Oleh karena itu, Macteria tidak hanya mengatasi masalah limbah fesyen tetapi juga memanfaatkan limbah pangan berupa ubi kayu yang melimpah.
Berdasarkan uji yang telah dilakukan yaitu uji tekan dan uji tarik, Marcella, menyatakan bahwa produk buatan tim PKM ini mampu memiliki kualitas yang tidak kalah bila dibandingkan dengan kulit sintetis maupun hewani. Selain itu, proses pembuatan materialnya juga relatif mudah, cepat, dan bisa diproduksi dalam skala besar maupun kecil sehingga sangat potensial.
“Kami berharap mampu membawa inovasi ini supaya lebih dikenal oleh masyarakat. Terlebih, produk kami cukup unik dan belum banyak dikenal masyarakat.” Husna menambahkan. “Kami menggunakan bakteri yang mampu membantu menghasilkan selulosa sebagai material yang ramah lingkungan.” [Penulis: Husna ‘Ainun R.]