Harimau Sumatera, atau Phantera tigris sumatrae, diklasifikasikan sebagai terancam punah di kategori International Union for Conservation of Nature (IUCN). Populasi harimau sumatera dilaporkan terus menurun. Menurut data populasi dan habitat tahun 2015 yang digunakan oleh WWF, sejauh ini tercatat hanya 371 ekor harimau sumatera yang tersebar dari Aceh hingga Lampung. Berbagai pihak terutama pemerintah melalui Ditjen KSDAE telah berupaya untuk meningkatkan populasi harimau sumatera. Direktur Jenderal KSDAE dalam hal ini telah melakukan banyak hal bersama dengan mitra. Salah satunya adalah Sumatera-Wide Tiger Survey (SWTS).
Berbagai inisiatif dan inovasi telah dilakukan sejak tahun 2010 untuk memperkuat konservasi populasi harimau sumatera dan habitatnya. Untuk mengetahui efektivitas tindakan konservasi selama periode ini, perlu dilakukan pemutakhiran informasi distribusi tingkat pulau dan penggunaan lahan melalui operasi SWTS kedua yang dilakukan antara tahun 2008 dan 2019.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan tujuan untuk menggandakan populasi harimau sumatera pada tahun 2022. Tujuan tersebut telah disebutkan dalam National Tiger Recovery Program (NTRP) 2010-2022. Untuk memantau efektivitas konservasi harimau sumatera, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama mitra meluncurkan Survei Harimau Sumatera (SWTS), survei satwa liar terbesar di dunia dalam hal kemitraan, staf dan cakupan wilayah.
Hariyo T. Wibisono, Koordinator Pelaksana SWTS menyatakan bahwa SWTS kedua ini adalah kegiatan survei satwa liar terbesar di dunia, baik dalam hal kemitraan, sumber daya manusia yang terlibat, maupun luasan wilayah. Sebanyak 74 tim survei (354 anggota tim) dari 30 lembaga diturunkan untuk melaksanakan survei di 23 wilayah sebaran harimau seluas 12,9 juta hektar, yang 6.4 juta hektar di antaranya adalah habitat yang disurvei pada SWTS pertama.” Tercatat 15 unit pelaksana teknis (UPT) KLHK, lebih dari 10 KPH, 21 LSM nasional dan internasional, dua universitas, dua perusahaan, dan 13 lembaga donor yang telah bergabung mendukung kegiatan SWTS.
Pada 7 Februari 2023, diadakan FGD untuk untuk memperbaharui data di tingkat nasional sebagai laporan kepada pemerintah dalam hal ini Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik. Selain itu, kegiatan FGD kali ini diharapkan mampu merumuskan tindak lanjut dari pelaksanaan SWTS serta pengelolaan data yang diperlukan. Dr. Dwi Sendi Priyono, telah terlibat di dalam survei ini sebagai peneliti yang menggunakan pendekatan genetic dari sampel feses yang ditemukan selama survei. Informasi genetic ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetika populasi di masing-masing kantong habitat, mengetahui level inbreeding, estimasi ukuran populasi (Ne), estimasi mangsa dari feses, serta mengetahui rasio jenis kelamin tiap-tiap landskap.