Arsip:
SDG 13 : Penanganan Perubahan Iklim
Tiga mahasiswa Program Magister Biologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam Tim Tandur berhasil meraih medali perak (Silver Medal) dalam ajang bergengsi tingkat internasional, Jakarta International Science Fair (JISF) 2025. Kompetisi ini diselenggarakan pada 15–22 April 2025, diikuti oleh 386 tim dari 15 negara dan menjadi wadah kolaborasi ilmiah global yang berfokus pada inovasi sains berkelanjutan.Dalam kompetisi ini, Tim Tandur yang beranggotakan Fahima Ellya Wulandari, Syarafina Azzahra, dan Aryan Mustamin mempresentasikan inovasi mereka berupa TANDUR, sebuah aplikasi mobile berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk membantu petani dan masyarakat umum memperoleh pengetahuan pertanian, mempraktikkan teknik budidaya, serta memfasilitasi jual-beli hasil pertanian secara langsung melalui sistem peer-to-peer. Aplikasi ini tersedia dalam versi Android dan iOS, dan dikembangkan dengan visi mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Inovasi TANDUR dinilai unggul karena mampu menjawab berbagai tantangan di sektor pertanian, sekaligus berkontribusi terhadap beberapa poin utama SDGs seperti pengentasan kemiskinan (SDG 1), ketahanan pangan (SDG 2), akses terhadap pendidikan (SDG 4), konsumsi dan produksi berkelanjutan (SDG 12), serta aksi terhadap perubahan iklim (SDG 13). TANDUR hadir sebagai solusi nyata untuk mendorong transformasi pertanian yang lebih cerdas, inklusif, dan adaptif terhadap tantangan zaman.
“Petani adalah ujung tombak ketahanan pangan kita. Melalui TANDUR, kami ingin membawa teknologi lebih dekat kepada mereka—bukan hanya untuk bertahan, tetapi untuk berkembang bersama zaman,” ujar Fahima Ellya Wulandari, perwakilan tim. Syarafina Azzahra menambahkan, “Kami percaya bahwa pertanian modern tidak hanya soal alat canggih, tapi juga soal akses informasi dan koneksi antara sesama petani. TANDUR hadir untuk menjembatani hal itu.” “Ini bukan sekadar kompetisi. Ini adalah panggung pembuktian bahwa ilmu yang kami pelajari di bangku kuliah bisa benar-benar berdampak di lapangan,” tutur Aryan Mustamin.
Proses seleksi kompetisi ini dimulai dari pengumpulan extended abstract oleh seluruh peserta, dilanjutkan dengan tahapan final berupa presentasi daring di hadapan dewan juri internasional. Tim Tandur berhasil menyampaikan gagasan mereka secara komprehensif, berbasis data, dan menunjukkan dampak aplikatif dari inovasi mereka terhadap masyarakat.
Keberhasilan ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan Bapak Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc., yang telah mendampingi Tim Tandur dalam proses persiapan hingga pelaksanaan lomba. Dedikasi beliau sebagai pembimbing sangat berperan dalam mengarahkan tim untuk menyusun strategi presentasi yang kuat, berbasis ilmiah, dan relevan dengan kebutuhan nyata di lapangan. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa mahasiswa Indonesia, khususnya dari UGM, memiliki kemampuan dan daya saing global dalam menghadirkan solusi berbasis sains dan teknologi untuk menjawab isu-isu riil masyarakat, serta mendukung agenda pembangunan berkelanjutan di tingkat nasional dan internasional. [Penulis: Aryan Mustamin]
Fakultas Biologi UGM telah melaksanakan wisuda periode III TA. 2024/2025 di Auditorium Biologi Tropika pada Rabu, 23 April 2025. Wisuda kali ini dihadiri oleh 17 wisudawan/wisudawati serta orang tua/wali wisudawan. Acara dimulai pukul 13.00 WIB diawali dengan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Gadjah Mada, dan Mars Fakultas Biologi. Kemudian, upacara wisuda dibuka oleh Dekan Fakultas Biologi Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., dan dilanjutkan dengan Tarian Zapin oleh saudari Oliv Nurul Kanaya dan Azizah Innayah Putri.
Selanjutnya terdapat laporan wisudawan oleh Kepala Program Studi Magister Biologi oleh Prof. Dr. rer. nat. Andhika Puspito Nugroho, S. Si, M. Si. Dalam laporannya beliau menyampaikan bahwa terdapat 18 wisudawan/wisudawati yang diluluskan periode ini, dengan rincian 13 wisudawan program magister dan 5 wisudawan/wisudawati program doktor. Rerata IPK wisudawan program magister sebesar 3.69 dan rerata masa studi selama dua tahun delapan bulan. IPK tertinggi sebesar 3.93 diraih oleh saudara Alfian Primahesa, S. Pd., M. Sc. Sementara itu, rerata IPK wisudawan program doktor sebesar 4.00 dan rerata masa studi selama empat tahun tiga bulan. IPK tertinggi dari program doktor sebesar 4.00 diraih oleh saudari Dr. Ria amelia, S. Pd, M. Sc.
Acara berikutnya adalah pembacaan hasil kelulusan wisudawan/wati oleh Dekan Fakultas Biologi. Sambutan wakil wisudawan/wisudawati disampaikan oleh Alfian Primahesa, S. Pd., M. Sc. Beliau menyampaikan, bahwa beberapa tahun terakhir bukanlah perjalanan mudah, berbagai tantangan akademik, kondisi pasca pandemi, dan ketidakpastian akan dunia pekerjaan. Lulusan biologi tidak hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan tetapi juga cara kritis memandang kehidupan. Tantangan global yang ada bukan untuk ditakuti tetapi untuk dijawab, ilmu yang kita miliki hari ini adalah sebagai bekal kontribusi baik melalui riset, Pendidikan, kebijakan, maupun pengabdian kita kepada masyarakat. Beliau juga menyampaikan, kita tidak harus menjadi tokoh yang besar untuk membuat perubahan besar, cukup menjadi pribadi yang konsisten, berpikir jernih, dan peduli pada sekitar. Di akhir sambutannya, beliau mengucapkan terimakasih kepada semua dosen, dan staf yang telah menjadi bagian penting dalam proses ini, serta kepada orangtua, keluarga, dan teman-teman. Berikutnya, sambutan dari perwakilan orang tua wisudawan/wisudawati yang disampaikan oleh ayahanda dari wisudawan Alfian Primahesa, S. Pd., M. Sc yaitu Bapak Dwi Mardi Priyatno. Beliau turut menyampaikan ucapan terima kasih terhadap para dosen dan segenap civitas akademik yang telah membimbing dan mendampingi proses pembelajaran. Beliau berpesan bahwa masa depan bangsa berada dipundak kalian, gelar yang didapat hari ini adalah bekal untuk melangkah ke dunia yang lebih luas. Tetaplah rendah hati, terus belajar, dan jadilah pribadi yang bermanfaat, bawa semangat nilai integritas yang telah didapat selama menempuh pendidikan, karena keberhasilan bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi tentang kontribusi nyata terhadap lingkungan dan masyarakat.
Adapun acara berikutnya adalah penyematan pin tanda keanggotaan Keluarga Alumni Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (KABIOGAMA). Penyematan pin dipimpin oleh Wakil Dekan bidang P2MKSA Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc. kepada perwakilan wisudawan/wati, saudari Dr. Ria amelia, S. Pd, M. Sc., dan saudari Thesia Megi Kurniawati Rettob, S. Si, M. Sc., serta diikuti oleh wisudawan/wisudawati lainnya.
Acara berikutnya yaitu sambutan Dekan Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. Dalam sambutannya, beliau mengucapkan bahwa barang siapa yang pandai besyukur maka akan ditambahkan nikmatnya. Tidak semua anak bangsa dapat dapat menyelesaikan dan bergelar M. Sc. maupun Doktor. Setelah melalui perjuangan yang luar biasa, harus berhati-hati dalam betutur kata dan berperilaku, karena kampus ini adalah harapan bangsa, jangan sampai ada perilaku menyimpang didalam kampus. Beliau juga menyampaikan pesan manusia yang sukses yaitu manusia yang paling banyak manfaat untuk sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Beliau juga menyampaikan pesan kepada wisudawan/wati semoga semakin sukses kedepannya namun tetap berhati-hati jangan menjadi sombong karena ilmunya dan senantiasa memegang jati diri UGM. Pada periode ini, terdapat 18 wisudawan/wisudawati yang berasal dari 10 provinsi di Indonesia.
Menjelang akhir acara, terdapat penyerahan kenang-kenangan dari wisudawan/wisudawati yang diwakili oleh wisudawan Asti Widyastuti S. Pd, M. Sc, kepada Dekan. Sebelum acara berakhir, Dekan dan para dosen turut memberikan penampilan spesial dengan membawakan lagu ‘Manusia Kuat’ yang dipopulerkan oleh Tulus. selanjutnya, pembacaan doa oleh Bapak Sumarno, M. Sc. Acara kemudian ditutup oleh Dekan dan dilanjutkan dengan foto bersama wisudawan/wisudawati dengan pengurus fakultas.
Paramaribo, 15 April 2025 – Delegasi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) melanjutkan hari kedua kunjungan resmi ke Suriname dengan sejumlah agenda strategis untuk memperluas jejaring kerja sama internasional serta menjalin silaturahmi dengan diaspora Jawa di negara tersebut. Delegasi dipimpin oleh Dekan Fakultas Biologi, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, didampingi oleh Dr. Slamet Widiyanto (Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan SDM), serta Dr. Eko Agus Suyono (Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni).
Agenda kunjungan hari kedua diawali dengan pertemuan dengan Dr. Marciano Dasai, Menteri Tata Ruang dan Lingkungan Suriname yang juga merupakan alumni UGM. Pertemuan ini membahas potensi kerja sama dalam pengiriman staf Suriname untuk studi lanjut di Fakultas Biologi UGM. Selain itu, kedua pihak juga menjajaki kolaborasi riset dan pengembangan di berbagai bidang strategis seperti keamanan pangan, pengelolaan basis data biodiversitas, karbon kredit, bioprospeksi, energi terbarukan, pertanian, dan ketahanan iklim.
Pada siang harinya, delegasi bertemu dengan anggota parlemen Suriname, Evert Legiran Kerto, serta pengurus Partai Pertjaja Luhur, partai berbasis etnis Jawa terbesar di Suriname. Diskusi difokuskan pada peluang kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia dan transfer teknologi, sebagai bentuk sinergi antara institusi pendidikan tinggi Indonesia dengan elemen masyarakat keturunan Jawa di Suriname.
Kunjungan dilanjutkan ke Distrik Saramakka, sekitar 50 km dari ibu kota Paramaribo, untuk bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat Jawa, yaitu Pak H. Subari dan keluarganya: Pak David K. Karso dan Ibu Noer Latifah Laily. Pertemuan ini menjadi ajang penting untuk memperkenalkan program-program Sarjana dan Pascasarjana Fakultas Biologi UGM, sekaligus mempererat hubungan antara UGM dan komunitas diaspora Jawa.
Sebelumnya, delegasi juga didampingi oleh staf KBRI Suriname, Ibu Anissa dan Ibu Risa, dalam kunjungan ke Mrs. Carla Grossman, Direktur QSI International School of Suriname. Kunjungan ini bertujuan mempromosikan Program Internasional (IUP) Fakultas Biologi UGM kepada calon mahasiswa internasional.
Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya Fakultas Biologi UGM dalam mendorong internasionalisasi pendidikan tinggi dan memperkuat peran Indonesia di kancah global melalui kerja sama pendidikan dan penelitian lintas negara, khususnya dengan komunitas diaspora Indonesia.
Melalui inisiatif ini, diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Suriname, tidak hanya dalam konteks pendidikan, tetapi juga dalam sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Inisiasi ini turut mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi bagian dari komitmen bersama terhadap SDGs khususnya dukungan terhadap pendidikan yang inklusif bagi semua kalangan (SDG 4 dan 10), serta dukungan riset yang berkontribusi dalam konservasi lingkungan dan penanganan perubahan iklim (SDG 13).
Paramaribo, 14 April 2025 – Dalam upaya memperluas jejaring internasional dan mempererat hubungan pendidikan antarnegara, Delegasi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terdiri dari Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. selaku Dekan, Dr. Slamet Widiyanto, M.Sc. Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia (WD KASDM), serta Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc. selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni (WD P2MKSA), melakukan kunjungan resmi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paramaribo, Suriname.
Delegasi disambut hangat oleh Kuasa Utama KBRI Suriname, Bapak Sadikin, bersama para staf yaitu Bu Anisa dan Bu Risa. Dalam diskusi yang berlangsung produktif, dibahas sejumlah agenda penting, diantaranya promosi program beasiswa bagi siswa, mahasiswa, guru, dosen dan staf pemerintahan asal Suriname untuk menempuh studi sarjana dan pascasarjana di Fakultas Biologi UGM.
Suriname menyimpan ikatan sejarah yang kuat dengan Indonesia. Lebih dari 135 tahun lalu, masyarakat Jawa pertama kali merantau ke Suriname sebagai tenaga kerja kontrak. Kini, keturunan mereka menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial dan politik negara tersebut, meskipun banyak di antaranya tidak lagi fasih berbahasa Jawa.
Upaya menjalin kembali kerja sama di bidang pendidikan dan kebudayaan sesungguhnya telah dilakukan sejak era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Kini, semangat itu diperbarui dengan membuka ruang kolaborasi tidak hanya dalam bidang pendidikan dan budaya, tetapi juga diperluas ke sektor ekonomi, industri, dan lingkungan hidup.
Suriname juga dikenal sebagai negara dengan emisi karbon nol (zero CO₂ emission) dan sebagai negara paling berhutan (the most forested country in the world). Bahkan, terdapat satu provinsi yang seluruh wilayahnya merupakan hutan hingga tidak memiliki ibu kota sendiri, dan harus diwakili oleh ibu kota negara. Hal ini membuka potensi besar kerja sama di bidang biodiversitas dan konservasi serta perubahan iklim, termasuk CO₂ capture yang menjadi kekuatan utama Fakultas Biologi UGM.
Dalam kesempatan ini, delegasi UGM juga bertemu dengan anggota parlemen keturunan Jawa, Bapak Moertabat Wanica Sidik yang merupakan kakak kandung Duta Besar Suriname untuk Indonesia. Beliau menyatakan dukungan penuh atas upaya peningkatan kerja sama yang dapat membantu menyiapkan SDM Suriname, terutama generasi muda keturunan Indonesia, agar mampu mengisi posisi strategis di pemerintahan maupun sektor lainnya. Saat ini, setidaknya ada tiga menteri dan beberapa direktur yang merupakan keturunan Jawa dan diantaranya merupakan alumni UGM.
Melalui inisiatif ini, diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Suriname, tidak hanya dalam konteks pendidikan, tetapi juga dalam sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Inisiasi ini turut mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi bagian dari komitmen bersama terhadap SDGs khususnya dukungan terhadap pendidikan yang inklusif bagi semua kalangan (SDG 4 dan 10), serta dukungan riset yang berkontribusi dalam konservasi lingkungan dan penanganan perubahan iklim (SDG 13).
Yogyakarta, 17 Maret 2025 – Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT Pertamina Patra Niaga AFT Adi Sumarmo melaksanakan diskusi penjajakan kerja sama, dihadiri oleh perwakilan dari PT Pertamina Patra Niaga AFT Adi Sumarmo, yaitu Zaenal Abidin, Shoiful Amri, Siti Fatonah, dan Dewangga Cipt. Dari pihak Fakultas Biologi UGM, hadir Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc. selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, bersama dengan seluruh kepala laboratorium fakultas, serta Prof. Dr. Endang Semiarti, M.S., M.Sc., dan tim kerja sama dalam negeri serta pengabdian kepada masyarakat, yaitu Dwi Umi Siswanti, M.Sc., dan Dr. Wiko Arif Wibowo, S.Si.
Dr. Eko menyambut baik inisiasi kerja sama ini dan memaparkan profil Fakultas Biologi UGM, serta berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang telah berjalan dengan berbagai skema hibah internal dan eksternal. Beliau menekankan pentingnya kolaborasi dengan pihak luar untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan serta kontribusi yang lebih luas bagi masyarakat.
PT Pertamina Patra Niaga AFT Adi Sumarmo juga telah mengembangkan sejumlah program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan mereka, serta pelestarian keanekaragaman hayati. Program-program tersebut antara lain meliputi edukasi peternakan terintegrasi, pertanian terbarukan, pengelolaan eceng gondok di Waduk Cengkik, pengembangan bioabsorben dan biogas, serta pengelolaan sampah di desa sekitar kawasan. Selain itu, Pertamina juga aktif mendukung konservasi keanekaragaman hayati, termasuk upaya pelestarian hewan dan tumbuhan dilindungi di kawasan Gunung Lawu, seperti konservasi jalak bali, landak jawa, dan rusa totol.
Fakultas Biologi UGM sendiri telah melaksanakan berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, baik dengan dukungan hibah universitas, hibah fakultas, maupun CSR dari perusahaan. Program-program yang dijalankan, seperti Desa Binaan Kedungpoh yang dikelola bersama PT PLN, Sekolah Ekologi, pengembangan ayam lokal, pengelolaan sampah, serta pengembangan tanaman obat, menunjukkan komitmen fakultas dalam memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Fakultas Biologi UGM juga memiliki program desa mitra yang telah bermitra dengan 8 desa, mulai dari kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta hingga Wonosobo, Jawa Tengah.
Diskusi ini diharapkan dapat membuka peluang kolaborasi lebih lanjut antara Fakultas Biologi UGM dan PT Pertamina Patra Niaga AFT Adi Sumarmo, baik dalam hal kerja sama penelitian, program pengabdian masyarakat, maupun penyelenggaraan program magang mahasiswa. Dengan sinergi antara kedua institusi, diharapkan dapat tercipta inovasi dan kontribusi yang lebih besar dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam mendukung SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan SDG 15 (Ekosistem Daratan), dengan fokus pada pelestarian keanekaragaman hayati dan pemberdayaan masyarakat.
Pada hari Sabtu tanggal 22 Februari 2025 pukul 08.00 – 13.00 WIB telah dilaksanakan Grand Launching Keluarga Mahasiswa Fakultas Biologi (KMFB) Universitas Gadjah Mada. Grand Launching ini dilaksanakan secara luring di Ruang Auditorium Biologi Tropika Fakultas Biologi UGM. Kegiatan Grand Launching KMFB dihadiri oleh Dr. Slamet Widiyanto, S.Si., M.Sc. selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia Fakultas Biologi, Dr. Fajar Sofyantoro, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Pembina BEM Biologi, beberapa Dosen Pembina Kelompok Studi dan Lembaga diantaranya Dr. Biol.hum. Nastiti Wijayanti, S.Si., M.Si. selaku dosen Pembina Kelompok Studi Matalabiogama, Drs. Hari Purwanto, M.P., Ph. D selaku dosen Pembina Kelompok Studi Entomologi (KSE); dan Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc. selaku Pembina Kelompok Studi Herpetologi (KSH), serta 28 mahasiswa perwakilan Kelompok Studi dan Lembaga Fakultas Biologi UGM.
Kegiatan Grand Launching KMFB 2025 ini dipandu oleh MC yaitu Syarifathunnisa Iryanti dan Nelson Joseph Dharmawan. Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan dan doa, lalu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Gadjah Mada, serta Mars Fakultas Biologi secara bersama-sama. Kegiatan dilanjutkan dengan berbagai rangkaian sambutan diawali oleh sambutan dari Thasya Arini Salsabila selaku Koordinator Lapangan Grand Launching 2025, dilanjutkan oleh Muhammad Haidar Ali selaku Ketua BEM Biologi UGM 2025 serta dilanjutkan oleh Dr. Slamet Widiyanto, S.Si., M.Sc. Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia Fakultas Biologi. Kemudian dilanjutkan ke acara inti dari Grand Launching KMFB UGM dengan presentasi oleh masing-masing Kelompok Studi dan Lembaga. Acara ini dihadiri oleh perwakilan 13 KS/Lembaga yang ada di KMFB, yaitu Biology Orchid Study Club (BiOSC), Kelompok Studi Arsitektur Taman (KSAT), Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (Matalabiogama), Kelompok Studi Entomologi (KSE), Kelompok Studi Herpetologi (KSH), Kelompok Studi Kelautan (KSK), Forum Mahasiswa Peneliti Genetika(Formasigen), Jamaah Mahasiswa Muslim Biologi (JMMB), Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Biologi, Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Biologi, Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP), Senat Mahasiswa (SEMA), dan ditutup presentasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Biologi UGM. Presentasi yang dilakukan oleh Kelompok Studi dan Lembaga ini berisi pengenalan nama dan makna dari kabinet baru, visi dan misi, arah gerak, struktur kepengurusan kabinet yang baru, serta berbagai program kerja yang akan dilaksanakan oleh masing-masing Kelompok Studi dan Lembaga. Kegiatan Grand Launching KMFB juga menampilkan penampilan tari tradisional oleh Kheysa Alvina Handayani, paradisea serta game yang dipandu oleh MC. Kegiatan Grand Launching berakhir pada pukul 13.00 WIB dan diakhiri dengan penyampaian kesan pesan dari perwakilan Kelompok Studi yaitu Biology Orchid Study Club (BiOSC), Matalabiogama, Kelompok Studi Arsitektur Taman (KSAT), dokumentasi dan penutupan oleh MC. [Penulis: BEM]
Yogyakarta, 19 Februari 2025 – Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi UGM menyelenggarakan Guest Lecture bertajuk Hunting for Novel Extremophilic Actinomycetota from Their Natural Habitats: From Biodiversity Exploration to Bioprospecting Opportunities. Acara ini menghadirkan Ali Budi Kusuma, Ph.D., perwakilan dari International Biodiversity & Bioprospecting Specialist UNEP for ABS Project Timor Leste, sebagai pembicara utama.
Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Biologi Tropika ini dihadiri oleh seluruh civitas akademika Fakultas Biologi UGM, terutama mahasiswa program S1, S2, dan S3. Dalam kuliah tamu ini, Dr. Ali Budi Kusuma membahas eksplorasi keanekaragaman hayati khususnya Actinomycetota ekstremofilik serta potensi bioprospeksi yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, termasuk industri farmasi, pertanian dan bioteknologi.
Kepala Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi UGM menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya laboratorium sebagai salah satu ujung tombak pengembangan keilmuan dan mendukung misi Fakultas Biologi UGM dalam memperluas wawasan akademik serta memperkenalkan pentingnya eksplorasi mikroorganisme dari lingkungan ekstrem sebagai sumber inovasi baru. “Kami berharap mahasiswa dan peneliti mendapatkan wawasan lebih dalam mengenai pendekatan eksplorasi biodiversitas dan aplikasinya dalam pengembangan produk hayati,” ujar Dr. Abdul Rahman Siregar.
Guest Lecture ini juga selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), seperti SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan SDG 15 (Ekosistem Daratan). Eksplorasi biodiversitas mikroba ekstremofilik dapat berkontribusi dalam pengelolaan sumber daya hayati secara berkelanjutan dan mendukung upaya konservasi lingkungan.
Fakultas Biologi UGM terus berkomitmen untuk mengadakan kegiatan akademik yang memperkaya wawasan mahasiswa serta mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak dalam bidang biodiversitas dan bioprospeksi.
Yogyakarta, 21 Februari 2025 – Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menerima kunjungan delegasi dari Nanyang Technological University (NTU), Singapore, dalam rangka kolaborasi penelitian yang dinaungi oleh program NTU Singapore Institute of Research for Sustainability and Innovation (INSPIRASI) CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage). Proyek kolaborasi penelitian ini telah berlangsung sejak tahun 2024.
Pertemuan yang berlangsung di Ruang Sidang KPTU Fakultas Biologi UGM ini dihadiri oleh Assoc. Prof. Marcos beserta mahasiswa bimbingannya, Tan Pei Ru, dari School of Mechanical & Aerospace Engineering, College of Engineering NTU. Selain itu, turut hadir Prof. Dr.Eng. Ir. Arief Budiman, M.S., IPU., dan Dr. Nugroho Dewayanto, S.T., M.Eng., dari Fakultas Teknik UGM. Sementara itu, dari Fakultas Biologi UGM, pertemuan ini dihadiri oleh Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc., selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, beserta mahasiswa S2 dan S3 bimbingannya.
Dalam pertemuan ini, dibahas mengenai progres penelitian terkait aplikasi local strain microalgae dalam penyerapan CO2 serta pemanfaatannya untuk produk biorefinery. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan solusi inovatif dalam menangani emisi karbon yang berkelanjutan menuju net zero emission menggunakan mikroalga.
Selain sesi diskusi, delegasi NTU juga melakukan kunjungan lapangan ke beberapa fasilitas penelitian yang mendukung proyek ini, salah satunya Integrated Genome Factory (IGF), yang merupakan pusat layanan sekuensing DNA/RNA di Fakultas Biologi UGM.
Kunjungan ini tidak hanya membahas perkembangan penelitian, tetapi juga menghasilkan kesepakatan bahwa Fakultas Biologi UGM dan NTU akan melaksanakan program student exchange sebagai bagian dari penguatan kerja sama akademik dan riset.
Penelitian ini sejalan dengan beberapa Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, SDG 14: Ekosistem Lautan, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Fakultas Biologi UGM berharap kerja sama ini dapat memberikan dampak signifikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui inovasi berbasis bioteknologi mikroalga.
Pada hari Kamis, 13 Februari 2025, pukul 15.30-16.30 WIB, telah dilaksanakan Pelantikan Pengurus KS dan Lembaga Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Pelantikan dilaksanakan secara luring di Gedung Auditorium Biologi Tropika Fakultas Biologi UGM. Kegiatan dihadiri oleh Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. selaku Dekan Fakultas Biologi, para Wakil Dekan, para Ketua Program Studi, Koordinator Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen Pembina Kelompok Studi dan Lembaga, Ketua Kelompok Studi dan Lembaga, serta beberapa perwakilan Pengurus Kelompok Studi dan Lembaga.
Kegiatan dipandu oleh Master of Ceremony (MC) Alifa Tafrinjiyah dan Angga Firza. Acara dimulai dengan pembukaan oleh MC yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Universitas Gadjah Mada, dan Mars Fakultas Biologi dipimpin oleh Rachel Aleya. Acara selanjutnya yaitu pembacaan Ikrar Pelantikan Pengurus Kelompok Studi atau Lembaga yang dipimpin oleh Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., dan diikuti oleh seluruh Ketua Kelompok Studi atau Lembaga Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.
Adapun penandatanganan Ikrar yang dilaksanakan oleh Dekan Fakultas Biologi UGM dan seluruh Ketua KS/Lembaga secara bergantian. Setelah itu, dilanjutkan dengan arahan oleh Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. kepada pengurus KS/L diantaranya harapan kepada seluruh KS/L untuk fokus pada program yang sudah disusun dan dapat meningkat kemampuannya. Beliau yakin bahwa dosen-dosen pembina akan mendukung kegiatan KS/L dengan sepenuhnya, jadi diharapkan pada tahun ini menjadi tahun peningkatan kualitas. [Penulis: BEM]
Mengapa Wacana Konsesi Tambang untuk Kampus Harus Ditolak?
JAKARTA – Wacana konsesi tambang untuk kampus melalui revisi UU 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba) mesti ditolak. Lewat wacana itu, pemegang otoritas berupaya menggerus independensi kampus sebagai institusi pendidikan yang berorientasi pada tridharma.
“Saya melihat upaya untuk membuat kampus terintegrasi dalam sistem pasar semakin telanjang. Independensi kampus sebagai institusi yang bekerja untuk ilmu pengetahuan bisa tercerabut,” kata Ilham Majid, dosen Fakultas Hukum Universitas Musamus, saat Diskusi Publik “Timang Tambang Kampusku Sayang” yang digelar Bakul Pemimpi secara virtual, Sabtu, 8/2/2025.
Ilham mengatakan, rencana perguruan tinggi mendapat wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) memperlihatkan semangat liberalisasi ekonomi dalam sistem pendidikan tinggi. Kebijakan ini mendorong kampus melakukan aktivitas tambang kendati melahirkan dampak negatif. Artinya, kepentingan ekonomi menjadi prioritas, sedangkan dampak tambang urusan belakang.
“Kampus seyogianya menjadi benteng moral dan intelektualitas, bukan jadi alat negara untuk mencuci praktik-praktik buruk industri ekstraktif,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Tata Kasmiati, dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Sulawesi Barat. Menurutnya, pengelolaan tambang oleh kampus melenceng dari tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tata menyatakan, saat ini, akademisi menghadapi beban administratif yang cukup besar. Jika kampus menambah beban kerja baru berupa aktivitas tambang, maka ini bukan hanya di luar kewajaran, tetapi dapat menciptakan ketimpangan dan ketidakadilan dalam struktur akademik. Beban kerja akademisi yang meningkat akan mengurangi fokus pada tugas utama, yakni mendidik dan meneliti.
Selain itu, bisa melahirkan ketimpangan gender dalam dunia akademik. Sebab, sektor pertambangan merupakan industri yang didominasi oleh laki-laki. Kemudian, peran sebagai pengawas independen akan hilang bila kampus menjadi bagian dari pelaku tambang. “Kewajiban kampus bukan mengapitalisasi pendidikan, tapi bagaimana membuat pendidikan menjadi acceptable bagi semua orang,” kata Tata.
Suka atau tidak, lanjut Tata, tambang adalah bisnis yang tidak bersih. Posisi kampus adalah bagaimana memproduksi pengetahuan dan teknologi untuk mereduksi efek negatif dari aktivitas tambang. Bukan sebaliknya, menjadi agen baru untuk memperluas perusakan. “Kalau kampus mengelola tambang berarti ia pelaku. Padahal, kalau terjadi sesuatu, yang menjadi ahli untuk menilai adalah orang-orang di universitas,” ujarnya.
Zulfatun Mahmudah, komunikasi publik perusahaan tambang, mengatakan, sektor pertambangan membutuhkan modal awal yang sangat besar. Sebagai gambaran, PT Kaltim Prima Coal menghabiskan USD 570 juta dalam tahap konstruksi awalnya, atau sekitar Rp10 triliun dengan kurs saat ini. Bila kampus mengelola tambang, maka hanya ada dua pilihan. Pertama, melibatkan pihak ketiga, berarti memberi hak konsesi kepada investor dan kampus menerima fee, namun hilang kendali penuh atas tambang. Kedua, kampus harus mencari pinjaman, yang berarti harus ada aset sebagai jaminan. Risiko lain yang akan dihadapi kampus adalah kehancuran reputasi. Kampus bisa dianggap tidak independen karena tersandera kepentingan bisnis. Kampus akan kehilangan kredibilitas akademik akibat konflik kepentingan.
“Kampus bisa dianggap menyimpang dari tujuan awalnya sebagai institusi pendidikan dan penelitian. Apakah kampus benar-benar akan mendapatkan keuntungan dari tambang? Atau justru akan merusak reputasinya?” ucap Zulfatun.
Pelemahan Perlawanan
Dalam pandangan Ilham, polemik soal izin tambang untuk kampus merupakan perang posisi atau perang wacana. Mengutip Gramsci, perang posisi untuk pencapaian hegemoni. Perang ini dilakukan pada tingkat masyarakat sipil. “Pada satu sisi, ada wacana konsesi tambang yang harus disukseskan. Pada sisi lain, banyak resistensi terhadap praktik-praktik tambang yang memang terbukti merusak lingkungan. Lalu, dimunculkanlah wacana tandingan bahwa mereka yang punya tradisi moralitas dan intelektualitas terlibat pengelolaan tambang. Ini kan meredam kritik dan perlawanan masyarakat,” ujarnya.
Menurut Ilham, isu mengenai izin tambang bagi kampus merupakan bentuk desentralisasi pengelolaan tambang. Pengelolaan tambang yang semula terpusat kini diserahkan kepada aktor-aktor subnasional, seperti ormas dan perguruan tinggi. Secara psikologis, upaya itu agar isu tambang bisa diterima oleh khalayak. Sebab, dalam banyak kasus, persoalan tambang cenderung diwarnai konflik, baik vertikal maupun horizontal. “Kelas penguasa melihat bahwa gerakan sosial dimotori kelas menengah. Untuk mengurangi resistensi itu, maka dibangunlah wacana tandingan bahwa kampus mengelola tambang,” kata dia.
Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Akbar Reza sepakat dengan pandangan Ilham. Bila diperhatikan, isu soal izin kelola tambang untuk kampus seperti tes ombak. Lempar dahulu wacananya untuk melihat respons masyarakat sipil, lalu pemerintah akan mengambil sikap. “Ini disebut viral-based policy, kebijakan yang berbasis sifatnya viral. Itulah mengapa diskusi-diskusi seperti ini sangat penting untuk menjaga kompas diri bahwa ruang ini bukan sekadar intelektual, tapi juga spiritual,” ujarnya.
Hal lain yang meresahkan, sambung Reza, sivitas akademika menjadi tameng untuk legitimasi moral atau intelektual. Ketika kampus terlibat pengelolaan tambang, maka yang dibutukan bukan hanya kapital, tapi juga kompetensi. Kenyataannya, tidak semua akademisi memiliki kompetensi mengelola tambang.
“Akhirnya, hanya kampus yang punya kapital dan jaringan yang akan mendapat WIUP. Lalu, bagaimana dengan kampus-kampus yang punya akses terbatas? Ya, tetap diadu antara sipil dengan sipil,” kata Reza.
Sejalan dengan pandangan Ilham dan Reza, ahli Hukum Tata Negara Universitas Andalas Feri Amsari menyatakan, izin tambang bagi perguruan tinggi bukan sekadar bisnis, tetapi mencerminkan nafsu manusia yang berupaya memecah belah kampus. Kampus yang seharusnya menjadi ruang pengkritik terhadap perilaku negara, kini dijadikan target untuk dipecah belah. Fenomena ini mirip dengan upaya membelah ormas, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Awalnya berbasis keadaban, tetapi kemudian terdorong ke arah perhitungan ekonomi. Kampus kini berada dalam ancaman serupa, di mana berbagai kepentingan berupaya mengarahkan institusi akademik ke ranah keuntungan bisnis tambang yang berimplikasi pada fragmentasi internal.
Saat ini, wacana yang berkembang di dalam kampus bukan lagi soal bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi bagaimana cara mengekstraksi kekayaan alam. Hal ini mengubah esensi kampus sebagai tempat pembelajaran menjadi sekadar alat untuk meraup keuntungan. “Kampus-kampus dan organisasi akademik harus bersatu. Gerakan ini perlu dikonsolidasikan agar lebih efektif dalam menekan penguasa untuk mencabut kebijakan terkait konsesi tambang bagi kampus,” ujar Feri.(*)
Informasi lebih lanjut maupun pertanyaan seputar siaran sila menghubungi bakulpemimpi@gmail.com.
——————————
Bakul Pemimpi adalah forum pegiat sosial dengan latar belakang beragam. Berisi anak-anak muda dari Aceh sampai Merauke, Bakul Pemimpi ingin menjadi katalisator bagi perubahan positif di masyarakat. Kami percaya bahwa mimpi adalah langkah awal mencapai tujuan.