Museum Biologi UGM turut diundang untuk mengisi acara Talk Show “Museum di Hatiku”. Acara ini diselenggarakan oleh Ikatan Duta Museum DIY 2016 bekerjasama dengan Galeria Mall Yogyakarta. Bersama dengan dua museum yang lain, yaitu Museum Geoteknologi Mineral UPN dan Rumah Garuda, dikampanyekan gerakan mencintai dan mengunjungi museum. “Nanti pembicara bisa mempromosikan museumnya,” jelas Kuncoro Sejati, penanggung jawab acara. Talk show berlangsung pada hari Minggu, 9 Oktober 2016, di selasar utama Galeria Mall sejak pukul 18.00 WIB.
Talk show dimulai dengan dua narasumber dari Rumah Garuda yaitu Bung Nanang R. Hidayat dan Bung Sila, dimoderatori oleh Nurkotimah. Rumah Garuda ditunjuk untuk mengkampanyekan museum mewakili kluster sejarah. Mereka menjelaskan tokoh-tokoh pencipta lambang negara Republik Indonesia dengan wayang. Dijelaskan pula bahwa inspirasi dari lambang tersebut, yaitu burung Garuda Indonesia, adalah elang jawa. Sehubungan dengan informasi tersebut, Museum Biologi UGM memiliki koleksi taksidermi elang jawa (Nisaetus bartelsi). Masyarakat dapat mengamati seperti apa kesamaan Garuda Indonesia dan elang jawa di Museum Biologi UGM.
Acara talk show diselingi dengan monolog, tari tradisional, dan launching aplikasi Arutala. Ketiganya merupakan persembahan Ikatan Duta Museum DIY 2016. Setelahnya, talk show dilanjutkan untuk museum kluster sains yang di moderatori oleh Edwin Daru Anggara. Kepala Museum Biologi UGM, Donan Satria Yudha, dan Kepala Museum Geoteknologi Mineral UPN, Premonowati, menjadi narasumbernya.
Dalam kesempatan ini, Pak Donan menjelaskan bahwa Museum Biologi UGM sebagai pusat informasi hayati untuk pengembangan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Banyak informasi-informasi mengenai flora dan fauna dapat digali di Museum Biologi dengan tepat. “Intinya kita memberikan informasi yang kuat, yang benar di museum. Ada pemandu/ edukatornya. Pengunjung juga bisa membaca keterangan pada label. Contohnya duyung, paus, dan lumba-lumba itu bukan ikan. Mereka mammal. Kalau dibilang ikan, salah kaprah. Katak dan kodok itu berbeda. Beda pada tungkai belakangnya. Penyu dan kura-kura juga beda. Penyu hidup di laut, sedangkan kura-kura di air tawar,” jelas Pak Donan.
Di Museum Biologi UGM kita bisa juga bisa mengetahui jenis-jenis satwa dan flora fauna endemik Indonesia. Tidak asal satwa eksotik atau aneh dipajang di Museum Biologi UGM. Masing-masing daerah di Indonesia memiliki flora dan fauna dengan keunikan dan ciri khas sendiri. Pengunjung dapat melihatnya dengan seksama. Memamerkan awetan hewan endemik Indonesia diharapkan dapat memupuk rasa senang, rasa cinta, dan rasa bangga terhadap Indonesia. “Harapannya, terlebih untuk anak-anak dan pemuda, timbul keinginan untuk melakukan konservasi, tidak hanya mengambil dari alam,” terang Pak Donan.
Pada akhir acara, Narasumber menjelaskan jam layanan museum untuk masyarakat yang ingin berkunjung. Museum Biologi UGM buka pada hari Senin-Jumat. Hari Senin-Kamis museum menerima kunjungan pada jam 07.30-16.00 WIB. Hari Jumat museum menerima kunjungan pada jam 07.30-15.00 WIB. Hari Sabtu dan Minggu museum libur, namun ada pertimbangan khusus bagi rombongan sekolah yang telah mengajukan surat permohonan kunjungan. Hari libur nasional, Museum Biologi UGM tutup. Selain pemberitahuan secara langsung di panggung, pengunjung Galeria Mall juga mendapatkan informasi ini melalui brosur yang dibagikan saat talk show berlangsung. Masyarakat juga dapat mengakses informasi pada website www.biologi.museumjogja.org via internet.
Ayo wisata edukasi ke museum. Salam sahabat museum, museum di hatiku. (Scholastika)