“Kami tidak menyangka akan kembali meraih juara pertama”, ungkap Zuliyati Rohmah, M.Si selaku koordinator pameran dari Fakultas Biologi UGM tahun ini. Tahun lalu, penilaian stan terbaik didasarkan pada polling kepuasan pengunjung. Namun tahun ini dasar penilaiannya tidak lagi berdasarkan polling tersebut.
Pada tahun ini Fakultas Biologi menampilkan beberapa karya hasil penelitian baik penelitian dosen maupun mahasiswa. “Karena banyaknya poster yang ingin ditampilkan, kami berusaha menggilir poster-poster tersebut untuk dipasang, sehingga tidak sekaligus”, demikian ungkap Ludmilla Fitri Untari, M.Si. selaku penanggungjawab isi pameran. Selain itu dilakukan pula penggiliran penampilan preparat, baik preparat basah maupun kering. Mahasiswa yang bertugas sebagai customer service (CS) yang terdiri dari mahasiswa anggota kelompok studi juga berusaha menggilir hewan yang dijadikan model dalam stan pameran. Contohnya Kelompok Studi Herpetologi yang menampilkan reptil dan amfibi seperti ular, kura-kura, kadal, dan lain-lain. Pengunjung terutama remaja cukup banyak yang ingin ikut berfoto dengan ular dan kadal. Ini merupakan daya tarik tersendiri bagi stan Fakultas Biologi.
Fakultas Biologi juga menampilkan beberapa produk penelitian. GAMA Melon yang merupakan hasil penelitian tim Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. dengan KP4 juga mendapat tanggapan yang sangat antusias dari pengunjung pameran. Sebanyak seribu buah melon berhasil terjual dalam waktu 3 hari di stand Fakultas Biologi. Selain GAMA Melon, tampil pula Kripik Ulva, sebagai hasil karya penelitian mahasiswa dalam ajang PKM 2010. Kripik Ulva juga terjual laris dan cukup mendapat apresiasi yang baik dari pengunjung. Kripik Ulva banyak terjual karena keunikannya dan kebaruannya sehingga banyak pengunjung yang tertarik untuk tidak sekedar mencicipi, namun juga membelinya.
Selain beberapa unsur penarik minat pengunjung tadi, stan Fakultas Biologi juga menyediakan buku tamu berhadiah. Lembar pesan dan kesan yang telah diisi oleh pengunjung akan dikumpulkan di kotak tertentu dan diundi di akhir pameran. Pengunjung yang beruntung akan memperoleh hadiah menarik, mulai dari souvenir UGM, bibit anggrek, tanaman hias dalam pot, hingga kumpulan VCD ilmu pengetahuan.
Selain itu, keramahan dan penyambutan yang baik dari para customer service stan Fakultas Biologi juga mendukung para pengunjung untuk mampir ke stan terbaik ini. “Walaupun letih, kami cukup gembira menjaga stan. Hal itu karena stan kita jarang sekali sepi dan bahkan pada jam-jam tertentu kami kesulitan menangani karena terlalu ramai”, ungkap Aswi, salah satu mahasiswa customer service yang setia menjaga stan Fakultas Biologi.
Kali ini, Fakultas Biologi kembali mengukir prestasi dalam Research Week 2010. Prestasi ini adalah prestasi bersama yang diraih oleh para dosen dan mahasiswa yang mempersembahkan penelitian, baik penelitian dasar maupun terapan, sebagai dasar pengabdian kepada masyarakat dan dedikasi bagi almamater tercinta. Semoga satu keberhasilan kecil ini dapat menjadi penyulut api semangat bagi civitas akademika Fakultas Biologi untuk mengukir prestasi berikutnya. Jayalah Fakultas Biologi, berkembanglah, buktikan dan baktikan…
Pelatihan yang terselenggara sebagai salah satu aktivitas Proyek I-MHERE tersebut telah diikuti oleh 77 peserta yang terdiri dari perwakilan instansi akademik maupun pemerintah dalam lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelatihan dilaksanakan di Ruang Sidang Bawah Gedung KPTU Fakultas Biologi UGM untuk sesi klasikal dan di Wanagama, Gunung Kidul untuk sesi kuliah lapangan.
Pada hari pertama, peserta mendapatkan sambutan hangat dari Dekan Fakultas Biologi dan Ketua Program Pascasarjana Fakultas Biologi, Dr. Suwarno Hadisusanto. Selanjutnya pada dua hari pertama pelatihan, 77 peserta yang hadir mendapatkan enam materi klasikal mulai dari biokimia, biologi sel dan genetika molekular, mikrobiologi, struktur perkembangan hewan dan tumbuhan, ekologi dan konservasi, serta biosistematik hewan dan tumbuhan. Peserta yang mayoritas guru biologi tersebut merasa mendapatkan refresh keilmuan dan beberapa diantaranya merasa tertantang untuk meng-update keilmuannya karena merasa tertinggal dengan sebagian materi yang disampaikan, terutama dari kajian biologi sel dan genetika molekular.
“ Saya merasa senang mengikuti pelatihan ini”, demikian tanggapan Ibu Asta Puji Utama, guru SMA 1 Piyungan Bantul mengenai pelatihan yang telah diikuti. “Kalau di UNY dulu kan saya lebih banyak mendapatkan mengenai teknik-teknik penyamapaian materi biologi, namun kalau di sini saya mendapatkan lebih banyak refresh mengenai ilmu biologi itu sendiri, juga update ilmu, terutama mengenai bioteknologi. Pelatihan ini sangat bagus untuk meng-upgrade kemampuan guru biologi”, demikian lanjutnya. Lain halnya dengan Bapak Tugur Wiranto, seorang guru SMA Bambanglipuro. Bapak Tugur juga merasa senang bisa mengikuti pelatihan tersebut dan berharap pelatihan-pelatihan semacam bisa terus diselenggarakan untuk membantu memantapkan pilihan dan keputusan seseorang untuk melakukan studi lanjut (pascasarjana). Namun beliau juga memberikan masukan agar ke depannya pelatihan serupa dapat lebih ditekankan mengenai guna dari keilmuan biologi itu sendiri, atau contoh-contoh di tataran praksisnya sehingga dapat lebih mendukung program-program pemerintah yang ada.
Pada hari ketiga pagi, peserta diajak untuk menjelajahi hutan Wanagama sembari berdiskusi mengenai potensi sumber daya alam hutan Wanagama. Lalu pada siang harinya peserta mengunjungi Pantai Krakal dan Pantai Sundak sebagai bagian dari kuliah lapangan yang diselenggarakan.
Dari pelatihan yang telah dilaksanakan diharapkan peserta lebih mendapatkan gambaran mengenai pemilihan minat, topik penelitian dan beban yang akan ditempuh selama masa studi di Fakultas Biologi UGM. Dari gambaran tersebut peserta diharapkan selanjutnya bisa mulai merencanakan studi lanjutnya di Pascasarjana Biologi UGM.
Tumbuhan ini sering dijumpai di pantai selatan Jawa. Bentuknya berupa lembaran yang berwarna hijau. Di Yogyakarta, ganggang ulva cukup melimpah dan banyak dijumapai di pantai Kukup, Grono, Sundak, Krakal dan Wediombo.
Berawal dari kegiatan program kreativitas mahasiswa, Shinta bersama teman-temannya meneliti ganggang ini. Mereka kemudian mengajak masyarakat nelayan yang hidup di sekitar pantai Kukup untuk mengolah gangang ulva menjadi kripik. Sesuai dengan namanya, kripik olahan ini pun dinamakan ‘kripik Ulva’.
“Kripik Ulva sebagai inovasi olahan makanan berupa kripik dengan bahan dasar ulva. Hal ini dilatar belakangi dari fakta inovasi yang telah dikembangkan oleh Negara Jepang, yang telah mengolah Ulva sebagai pembungkus makanan sejenis lemper,” kata Shinta ditemui di sela-sela pameran penelitian “Research Week” di Grha Sabha Pramana, Rabu (14/7).
Berdasarkan hasil penelitian Shinta, kandungan gizi dari keripik ulva berupal mineral 2,59 persen, serat 11,5 persen, dan protein 4, 88 persen.
Pengolahan ganggang ulva jadi keripik dengan menggandeng kelompok usaha bersama masyarakat Forum Mitra Bahari yang berlokasi di areal pantai Kukup, kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul. Pemanfaatan ganggan ulva tentunya memberikan tambahan kesejahteraan bagi masyarakat nelayan yang tinggal di sekitar pantai. Saat ini, untuk ganggang ulva mentah dijual Rp 20.000,00 per kg, sedangkan dalam bentuk keripik dijual Rp 60.000,00 per kg.
“Untuk ukuran bungkusan kecil 40 gram, kita jual Rp 3.000,00,” katanya.
Dihubungi secara terpisah, Dosen biologi UGM Ludmila Fitri Untari, M.Sc, menuturkan makanan ganggang ulva memang berkhasiat untuk anti kanker dan bio anti helmintika (obat cacing alami). “Selama ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan alernatif. Di Negara lain seperti di Jepang , China dan Filipina sudah digunakan sebagai salad sayur,” kata Untari.
Meski sudah mengajak masyarakat untuk membudidayakan ganggang ulva, menurut Untari masih menyisakan sedikit masalah. Salah satunya, masyarakat yang belum tahu cara memanen ganggang ini dengan cara mencungkil. “Mereka memanen seperti mencabut tanaman kacang saja, cabut hingga ke akarnya, akibatnya ganggang tidak tumbuh lagi. Seharusnya dipotong saja untuk disisakan beberapa cm saja agar bisa tumbuh lagi,” kata pakar Fikologi ini.
Target yang diharapkan dari kegiatan internship ini adalah tersusunnya kerangka kerjasama khususnya untuk bidang akademik, antara UGM dengan perguruan tinggi mitra. Dengan Institute of Biology Leiden University, telah direncanakan kerjasama dalam pengembangan matakuliah di Fakultas Biologi yang membekali mahasiswa dengan kemampuan dan ketrampilan untuk merancang dan menjalankan riset di bidang biologi (General Research Skill), seperti halnya yang sudah diterapkan di sana. Selain itu juga dirancang rencana kunjungan technical assistance (TA) dalam rangka berbagi pengalaman pembelajaran dan riset pada pengembangan kurikulum semi-blok untuk program sarjana dan efisiensi dan reorganisasi laboratorium.
Indonesia tidak memiliki kerjasama diplomatik dengan Taiwan, sehingga kekhawatiran ketika mahasiswa Indonesia bersekolah di sana adalah sulitnya prosedur perijinan masuk ke negara tersebut. Namun dari perbincangan yang dilakukan para dosen yang melaksanakan internship ke College of Bioresources and Agriculture National Taiwan University (NTU) jelas menunjukkan hal tersebut bukanlah masalah. Salah satu kelebihan dari studi di NTU dibandingkan dengan di negara lain adalah lokasinya yang relatif dekat dengan Indonesia dan biayanya yang cukup terjangkau. Sehingga bahkan saat ini di NTU dapat dijumpai banyak pelajar yang datang dari Indonesia. Dalam kunjungan dosen fakultas Biologi UGM ke NTU juga dibahas lebih lanjut mengenai rencana kerjasama yang akan dilaksanakan.
Pada intership ke School of Environment and Life Sciences Charles Darwin University, dilaksanakan Four Party Strategic Planning Workshop yang diikuti oleh empat universitas yaitu Charles Darwin University, Universitas Gadjah Mada, Universitas Nusa Cendana (UNDANA), dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Mula-mula masing-masing universitas saling memperkenalkan diri dan mempresentasikan visi misi serta fasilitas yang dimiliki, sehingga dapat dibuat peta potensi masing-masing universitas yang dapat dikembangkan menjadi peluang kerjasama.
Kerjasama dengan SELS CDU untuk bidang akademik telah terwujud dengan adanya technical and financial support terhadap dua orang staf Fakultas Biologi UGM yang pada bulan Desember 2009 berangkat ke SELS CDU untuk memulai studi master (untuk Rury Eprilurahman, S.Si.) dan doctor (Dra. Tuty Arisuryanti, M.Sc.). Sedangkan untuk bidang riset, UGM dan CDU akan mengadakan fieldwork berupa riset dengan tema inventarisasi dan penggalian potensi keanekaragaman hayati di wilayah Indonesia timur. Fieldwork ini direncanakan untuk dapat memfasilitasi mahasiswa Fakultas Biologi UGm dalam menempuh skripsi.
Diseminasi kegiatan internship dosen ke perguruan tinggi mitra di luar negeri ini diharapkan menjadi pintu gerbang awal kerjasama Fakulltas Biologi UGM dengan perguruan tinggi mitra, sehingga daapt mendukung keberlanjutan pengembangan program studi menuju kelas internasional.
Topik tersebut dibahas dalam Workshop on International Publication Writing yang diselenggarakan 9 Juni 2010 di Ruang Sidang Bawah Fakultas Biologi UGM tersebut. Workshop tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian I-MHERE Project Sub Aktivitas 1.1.2 dan diikuti oleh para dosen dan mahasiswa Pascasarjana Biologi UGM sebagai peserta. Hadir sebagai pembicara pada acara tersebut, Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM) dan Dr. Ir. Intan Ahmad (Dekan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung). Kedua pembicara tersebut berusaha memotivasi hingga membagi trik-trik berdasarkan teori dan pengalamannya agar peserta dapat menulis dan mencoba memublikasikan hasil penelitiannya ke jurnal internasional.
“Satu hal yang terpenting dalam menulis jurnal adalah menghilangkan dahulu mental barrier dalam diri kita, yang menyebabkan kita selalu merasa sulit untuk melakukannya, bahkan sebelum mencoba”, demikian papar Dr. Ir. Intan Ahmad, yang biasa menjadi reviewer jurnal internasional, memotivasi peserta. Menurut beliau, menulis jurnal penelitian merupakan tanggung jawab pribadi seorang peneliti dalam berkontribusi pada ilmu pengetahuan, yang secara efek juga akan mengangkat nama institusi terkait selain berkontribusi pada pergaulan masyarakat ilmiah internasional. Menulis jurnal internasional tentunya juga akan menunjang karir kerja seorang akademisi, namun hendaknya hal itu lebih baik dianggap sebagai side positive effect saja, dan bukan motivasi utama dalam menulis jurnal internasional. Sedangkan kesadaran akan tanggung jawab diri dan peer pressure, atau tekanan / motivasi dari kolega atau teman kerja yang sebidang adalah faktor yang dapat sangat memengaruhi semangat seseorang untuk mem-publish penelitiannya. “Menulis adalah skill, sehingga tidak semua orang dapat melakukannya dengan baik tanpa latihan yang keras”, demikian Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. memaparkan. Mengemas hasil penelitian kita dalam bahasa Inggris dengan sistematis, rapi, ilmiah, dan mudah dipahami terkadang memerlukan sentuhan seni tersendiri. Kedua pembicara workshop juga sangat menekankan agar peserta berani mencoba terlebih dahulu untuk menulis dan men-submit tulisannya, serta mengesampingkan dahulu rasa “takut ditolak”. Seseorang taakan pernah tau kemampuannya sebelum mencoba. Sedangkan menulis adalah skill sehingga merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan dapat berhasil dengan latihan yang keras dan semangat untuk berani mencoba.
Workshop penulisan publikasi internasional ini ternyata cukup memotivasi dan menggairahkan peserta untuk menulis dan merancang rencana publikasi. Hal tersebut disampaikan oleh beberapa peserta seusai berlangsungnya acara. Semoga workshop kali ini akan menghasilkan ledakan semangat positif bagi seluruh peserta yang hadir. Dan dengan banyaknya publikasi jurnal internasional kita juga dapat lebih mengangkat nama UGM dalam pergaulan masyarakat ilmiah internasional.
Seminar proposal yang digelar di Ruang Sidang Bawah Fakultas Biologi UGM, Kamis (3 Juni 2010) siang ini merupakan salah satu dari rangkaian Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency Project (I-MHERE Project). Seminar ini menghadirkan enam kelompok peneliti yang telah diumumkan sebelumnya sebagai pemenang dari hibah penelitian I-MHERE tahun 2010. Keenam kelompok peneliti tersebut merupakan kolaborasi dari pihak akademisi (UGM, UNHAS, UNLAM, UNCEN, Instiper Yogyakarta), Taman Nasional Purwodadi, Taman Nasional Bali Barat, serta pihak BKSDA (Kalsel, Papua, dan Sulsel). Dalam rangkaian acara seminar proposal ini dilaksanakan pula agenda penandatanganan kontrak, sebagai pertanda telah dimulainya periode penelitian. Keenam penelitian yang akan dilaksanakan ini mengambil obyek utama berupa tanaman anggrek, mulai dari eksplorasi jenis, studi mengenai fenotip dan genotip, bioteknologi, faktor fisiologis,desain konservasi, hingga studi mengenai virus penyebab penyakit tanaman anggrek.
Sekelompok anak muda tersebut yang diprakarsai oleh Rio Winanda Tandjung (Alumnus Teknik Nuklir UGM), Ida Bagus Gede Dwidasmara (Alumnus Ilmu Komputer UGM), Saevul Amri (Mahasiswa Biologi UGM), Hanni Puspita (Mahasiswa MIPA UGM), Sutarman (Alumnus Kedokteran Umum UGM), Agung Baskoro (Mahasiswa Fisipol UGM), dan Aspian Noor (Mahasiswa Geografi UGM) berkomitmen akan selalu mengup-date isi pelajaran tersebut setiap bulan disertai dengan informasi pendidikan, seperti informasi beasiswa dan lomba. Hampir semua jenis handphone dapat digunakan, termasuk berbagai merk handphone China. Inovasi dan up-date-an materi pelajaran tersebut juga diberikan gratis kepada seluruh siswa dan guru se-Indonesia sebagai sumbangsih kepada kemajuan pendidikan Indonesia.
Dengan adanya inovasi pembelajaran mobile (mobile learning) tersebut, siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan handphone kesayangannya sehingga jam belajar siswa dapat ditingkatkan. Bagi guru, inovasi tersebut dapat membantu guru untuk menjalankan peran sejati seorang guru yaitu mendidik siswa menjadi seseorang yang cerdas dan berakhlak mulia karena dengan adanya inovasi tersebut, maka waktu untuk catat mencatat pelajaran dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan untuk penyampaian pemahaman, value-value pelajaran, dan nilai-nilai moral. Selain itu, Inovasi tersebut juga dapat membantu upaya pemerintah dalam menciptakan pendidikan berkualitas dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Dalam karya tulis ini dibahas mengenai upaya pembenahan bidang pertanian Indonesia untuk menghadapi perdagangan bebas ( China-ASEAN Free Trade Agreement ).Konsekuensi keberadaan CAFTA tidak bisa dipungkiri memiliki efek penting. Indonesia akan dibanjiri barang dagang dari ASEAN dan China, terjadi kompetisi produk lokal dan impor yang akan berefek terhadap iklim ekonomi para pengusaha Indonesia. Banyak pengusaha Indonesia yang belum siap menghadapi konsekuensi tersebut, sehingga diperlukan pembenahan berbagai sektor untuk menunjang perdagangan Indonesia, salah satunya pertanian. Saat ini, kondisi pertanian Indonesia menunjukkan bahwa negeri ini belum memiliki kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan produk pertanian. Terjadi kesenjangan, peningkatan konsumsi yang tidak diimbangi peningkatan produksi. Terutama dalam pemenuhan tanaman holtikultura seperti kedelai, cabai, melon dan berbagai jenis holtikultur lain sebagai bahan pangan pokok. Sedangkan, negara ASEAN dan China sudah mulai menggeliat untuk meningkatkan bidang pertaniannya, bahkan telah sukses mengekspor produknya ke Indonesia. Indonesia akan selalu menjadi negara konsumtif dan sangat bergantung pada benih impor bila tidak segera melakukan langkah strategis dan konkret untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi solutif dengan meningkatkan tingkat keberhasilan produktivitas pertanian. Salah satunya dengan menyediakan benih bermutu sebagai subsistem praproduksi. Usaha agribisnis benih perlu ditingkatkan dan dioptimalkan, karena nilai produksi dan panen tanaman sangat bergantung pada harga dan ketersediaan benih.
Dengan cara mengimplementasikan dan mengoptimalkan upaya pemuliaan tanaman dengan tepat, terencana, sistematis dan sustainable yang didukung dan dilaksanakan oleh berbagai elemen masyarakat(pemerintah, peneliti dan petani) secara sinergis diyakini mampu meningkatkan usaha agribisnis benih. Pemuliaan tanaman merupakan upaya perbaikan genetika tanaman untuk mendapatkan varietas unggul baru atau mempertahankan keunggulan suatu varietas yang sudah ada. Setelah didapatkan calon benih unggul atau pun benih yang telah ada, kemudian dilepas kepada masyarakat (khususnya petani) untuk dapat diproduksi dan dikembangkan dengan dukungan dan pembinaan penuh dari pemulia/peneliti dan pemerintah. Konsistensi dan kerja keras upaya dari hulu ke hilir dalam usaha agribisnis benih sangat perlu untuk mencegah penurunan nilai produktivitasnya.
Bentuk pemuliaan tanaman yang terdiri dari persilangan, kultur jaringan, dan ploipodisasi dapat diterapkan, namun untuk tahapnya diperlukan sebuah siklus yang harus dilakukan secara tepat guna dan sustainable. Siklus tersebut terdiri dari koleksi, karakterisasi, perakitan ( seleksi dan persilangan), pelepasan varietas dan perlindungan varietas tanaman. Tahap pertama, koleksi dapat dikatakan sebagai penyedia bank plasma nutfah. Koleksi berupa data varietas lokal maupun impor yang dituang dalam database berisi karakter fenotip maupun genotip varietas tanaman. Data tersebut dapat diakses melalui internet sebagai ketersediaan sumber gen. Perlu penerapan ilmu bioinformatika dalam hal ini. Kemudian dilakukan karakterisasi untuk mengidentifikasi karakteristik genotip maupun fenotip varietas tanaman yang dikoleksi sehingga dapat diketahui sifat unggul. Koleksi dan karakterisasi memiliki hubungan timbal balik karena dengan proses karakterisasi dapat didapatkan deskripsi untuk pendataan selanjutnya dalam plasma nutfah (koleksi). Istilahnya, dilakukan pengecekan gen di dalam varietas tanaman yang dikoleksi. Kemudian dilakukan proses perakitan yang terdiri dari 2 komponen yang terdiri dari seleksi dan persilangan. Seleksi merupakan pemilihan varietas tanaman yang nantinya dijadikan parental untuk persilangan tanaman. Varietas tanaman terpilih diambil dari data deskriptif berdasar tahap koleksi dan karakterisasi sehingga parentalnya jelas dan dapat dilakukan persilangan untuk mendapatkan benih yang diinginkan. Setelah melewati tahap perakitan tersebut kemudian dilakukan tahap pelepasan varietas yang nantinya dilakukan perbanyakan benih. Benih tersebut harus lolos uji sertifikasi. Benih lolos uji harus mempunyai persyaratan BUSS (Baru, Unggul, Stabil, dan Seragam). Setelah itu dilakukan tahap perlindungan varietas. Hak perlindungan varietas tanaman diatur dalam UU.No.29 tahun 2000 yang memberikan perlindungan dan hak khusus bagi pelaku riset pemuliaan. Sehingga, pemulia tanaman akan terus bersaing dan aktif untuk menghasilkan varietas dengan mutu lebih tinggi dan harga kompetitif. Pelepasan varietas memiliki hubungan timbale balik dan sinergis dengan tahap koleksi untuk dapat mengontrol produksi dan pemanfaatan benih yang akan dipasarkan ke ma
syarakat. Kelima tahapan tersebut harus dilaksanakan secara sistematis dan diterapkan oleh berbagai pihak yang terlibat (peneliti, pemerintah, dan petani) secara sinergis. Produk hasil pemuliaan tanaman tersebut kemudian diproduksi dengan melakukan hubungan simbiosis mutualisme antara perusahaan benih di Indonesia dan plasma benih khususnya petani. Sehingga harga dan keuntungan yang didapatkan dapat disesuaikan dengan kondisi pasar. Diharapkan harga benih tidak lebih mahal dari harga benih impor. Sehingga petani akan lebih memilih menggunakan benih lokal. Untuk jangka pendek, benih yang dipasarkan berasal dari benih yang memang telah lolos uji sertifikasi kemudian ditingkatkan nilai produktivitasnya dengan memberikan bimbingan pada daerah sentra produksi benih oleh pemerintah dan peneliti. Sedangkan untuk keberlangsungan usaha agribisnis jangka panjang, kelima tahap pemuliaan tersebut benar benar harus dilakukan dengan kerja keras, tepat guna, dan sustainable oleh pihak yang terlibat secara sinergis. Sehingga, Indonesia perlahan tapi pasti akan menjadi bangsa yang mandiri untuk memenuhi kebutuhan produk pertaniannya.