SDG 15 : Ekosistem Daratan
Pada Sabtu, tanggal 19 Agustus 2023, telah dilaksanakan sampling herpetofauna yang dilakukan oleh Kelompok Studi Herpetologi Fakultas Biologi UGM di kawasan Ekowisata Sungai Mudal, Desa Jatimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkenalkan keanekaragaman amfibi dan reptil, serta metode sampling herpetofauna kepada anggota KSH. Pelaksanaan kegiatan sampling ini sendiri dimulai dari pukul 20.00 hingga 21.00 WIB. Kemudian, metode yang digunakan adalah Time Constrained dan Visual Encounter System (VES).
Kegiatan sampling herpetofauna di Ekowisata Sungai Mudal ini diikuti oleh 16 orang, yaitu dari Anggota Muda XXXIII KSH dan Dewan Senior KSH. Selama pelaksanaan sampling, keenam belas orang tersebut dibagi lagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menyusuri sekitar tepian sungai, sedangkan kelompok kedua menyusuri kawasan hutan. Selain itu, pelaksanaan sampling kelompok kedua juga dibersamai oleh Dwi Agus Stiana (Mas Tyo) sebagai pemandu.
Pada kegiatan sampling kali ini, kami menemukan 11 spesies herpetofauna yang terdiri atas 7 amfibi dan 4 reptil. Amfibi yang ditemukan selama sampling adalah bangkong sungai (Phrynoidis asper), kodok batu (Limnonectes macrodon), katak serasah (Leptobrachium hasseltii), kongkang kolam (Chalcorana chalconota), kongkang racun (Odorrana hosii), katak-pohon emas (Philautus aurifasciatus), dan katak-pohon bergaris (Polypedates leucomystax). Sementara itu, reptil yang ditemukan selama sampling adalah bunglon surai (Bronchocela jubata), bunglon hutan (Gonocephalus chamaeleontinus), cecak jari-lengkung jawa (Cyrtodactylus marmoratus), dan bandotan hutan (Craspedocephalus puniceus). [Penulis: KSH]
Yogyakarta, 25 Agustus 2023 – Pelatihan Pengolahan Sampah Organik kembali diselenggarakan oleh Fakultas Biologi. Pada kesempatan ini, sebanyak 50 peserta yang terdiri atas rombongan dari Bidang Pasar Rakyat, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Fakultas Farmasi dan Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada. Partisipasi dari Disperindag DIY dalam pelatihan ini berkaitan dengan pengelolaan sampah di 29 pasar di DIY selepas penutupan sementara Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan beberapa saat yang lalu. Setidaknya setiap harinya dihasilkan 9 ton sampah dari keseluruhan pasar yang belum dikelola dengan baik.
“Perlu adanya keselarasan upaya di hulu dan di hilir. Di hulu penting untuk terus edukasi dan praktek memilih dan memilah sampah oleh masyarakat sehingga menjadi budaya, sedangkan di hilir, Fakultas dan Perguruan Tinggi harus terus mengembangkan teknologi tepat guna khususnya untuk pengolahan sampah organik dan residu”, demikian disampaikan oleh Prof. Budi Setiadi Daryono, Dekan Fakultas Biologi UGM. Beliau juga menyampaikan bahwa apabila masyarakat di tingkat rumah tangga sudah disiplin memilah sampah berdasarkan kategorinya (organik-anorganik) sudah cukup mengurangi permasalahan sampah.
Fakultas Biologi telah mengadakan kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik yang diikuti setidaknya 25 Rumah Sakit, 17 Pondok Pesantren, dan 30 Komunitas Pengelolaan Sampah di DIY. Pada kesempatan ini, sebanyak 40 peserta dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian khususnya Bidang Pasar mengikuti pelatihan dalam rangka penyelesaian masalah sampah di pasar DIY terutama sampah organik pasar berupa sampah buah dan sayur. Pelatihan berjalan dengan dipandu oleh Soenarwan Hery Poerwanto, S.Si., M.Kes. dan Suharjita.
Susilo, Penata Layanan Operasional Bidang Pasar Rakyat Disperindag DIY yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan setidaknya terdapat 29 pasar yang terlibat dan berencana bekerja sama dengan Fakultas Biologi dalam pengelolaan sampahnya. Beliau menyatakan sampah yang terkumpul di tiap pasar biasanya bukan hanya berasal dari pedagang melainkan juga dari masyarakat sekitar dengan jumlah sampah terbesar terdapat di Pasar Giwangan dan Pasar Beringharjo. Upaya yang dapat dilakukan Pengelola Pasar semenjak penutupan TPA berupa pembatasan jumlah sampah yang masyarakat buang di pasar. Susilo juga mengungkapkan kurangnya edukasi masyarakat dalam hal peemilahan dan pengolahan sampah.
Fakultas Biologi berkomitmen untuk mengatasi permasalahan sampah organik di DIY. Dalam pengelolaan sampah dari pasar DIY, Fakultas Biologi setidaknya dapat menampung 3 ton sampah setiap harinya dari pasar-pasar tersebut dan mengolahnya. Dengan teknologi pengelolaan sampah yang diterapkan di Fakultas Biologi diantaranya vermicomposting dan Black Soldier Fly, Eco Enzim, Bioferlilizer, Eco Lindi dan lainnya, proses degradai sampah dapat berlangsung setidaknya satu minggu saja.
Komitmen Fakultas Biologi dalam pengelolaan sampah yang juga menyasar pada masyarakat dan komunitas di DIY ini menegaskan komitmen sebagai kampus ramah lingkungan dan mendukung sasaran pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dukungan terhadap SDGs tersebut diantaranya peningkatan kehidupan yang lebih sehat (SDGs 3), berdampak dapa ketersediaan air bersih di lingkungan (SDGs 6), dan berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim akibat dampak emisi gas rumah kaca dari timbunan sampah organic (SDGs 13).
Orchidarium yang dibangun di lingkungan Komplek Pabrik PT. Refined Bangka Tin (RBT) di Kawasan industri Jelitik Kecamatan Sungailiat, Pulau Bangka, telah diresmikan oleh Sekjen DPP Pencinta Anggrek Indonesia (PAI) Dr. Untung Santoso, M.Si pada hari Senin 14 Agustus 2023 sebagai usaha untuk konservasi anggrek alam Kepulauan Bangka Belitung. Dalam acara peresmian Orchidarium tersebut, Fakultas Biologi UGM mengirim Prof. Dr. Endang Semiarti, M.S., M.Sc. yang sekaligus mewakili Dewan Guru Besar UGM untuk hadir sebagai akademisi memenuhi undangan dari DPD PAI Bangka Belitung dalam acara peresmian Orchidarium tersebut. Acara Peresmian dibuka dengan Sambutan dari Hj. Melati Erzaldi, S.H. (Ketua DPD PAI Babel) yang menyampaikan ucapan terimakasih kepada PT RBT yang telah memenuhi ajakan dari DPD PAI Babel dan ajakan kepada semua pihak untuk menyelamatkan anggrek-anggrek alam asli Babel yang tercatat ada 98 jenis, dilanjutkan dengan sambutan dari GM Operasional PT RBT Ir. Agus Susanto, yang menyatakan bahwa PT RBT akan selalu mendukung usaha pelestarian tanaman termasuk anggrek di Kepulauan Bangka Belitung. Gayung bersambut, Prof. Endang Semiarti yang juga Ketua DPD PAI DIY menyatakan sangat mendukung dibangunnya Orchidarium ini. Untuk pelestarian anggrek alam Babel, yang salah satu diantaranya adalah Anggrek Pensil (Vanda hookeriana) yang merupakan ikon anggrek alam Babel, anggrek berbunga warna ungu ini tumbuh di rawa-rawa sehingga rawan terkena dampak penambangan timah yang terus dilakukan di Bangka. Oleh karena itu usaha konservasi secara eks situ perlu dilakukan dengan cara ditanam di kebun, area pertanian, atau di Orchidarium. Endang juga menyampaikan bahwa untuk usaha konservasi ini diperlukan kerjasama yang baik dan terus menerus dari unsur ABCG yaitu antara Akademisi (Perguruan Tinggi dan sekolah-sekolah; A), Pelaku Bisnis (B), Komunitas Masyarakat Lokal (C), dan Pihak Pemerintah (Government; G). Sehingga keberadaan tanaman anggrek akan terjaga dan terus eksis baik di habitat aslinya maupun di Orchidarium yang dikondisikan kelembaban, cahaya dan suhu udaranya seperti di habitat aslinya. Fakultas Biologi UGM yang dikenal sebagai salah satu Center of Excellence (CoE) Anggrek di Indonesia mendukung penuh segala upaya untuk melestarikan Anggrek di Indonesia termasuk anggrek alam Babel. Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB) Prof. Ibrahim dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Babel juga siap untuk berkolaborasi dalam pembudidayaan anggrek alam Babel. Peresmian Orchidarium di PT RBT ini, semoga juga dapat menginspirasi perusahaan lain di Kawasan Bangka Belitung untuk dapat bersama-sama berkontribusi menjaga kelestarian alam.
Dalam kegiatan kunjungan ini, sehari sebelumnya pada tgl 13 Agustus Prof. Endang dan Dr. Untung juga mengunjungi Kawasan Konservasi Biodiversitas Sungai Upang dan mengadakan diskusi interaktif dengan masyarakat dan petani lokal yang dipandu oleh Kepala Desa, Wakil Ketua (Ir. Dian Rossana Anggraini) dan Sekretaris (Yuli Tulistianto, SE) DPD PAI Babel. Peserta yang terdiri dari masyarakat dan petani lokal baik yang senior maupun generasi mudanya menyatakan antusias untuk melakukan budidaya tanaman baik anggrek maupun lainnya untuk menyelamatkan plasma nutfah tanaman di daerah mereka. DPP PAI, UGM, dan DPD PAI DIY menyatakan siap mendukung dan bekerjasama dengan DPD PAI Babel dan BFS di Kawasan Konservasi Sungai Upang, Babel untuk sharing teknologi dan pengembangan anggrek lokal Babel.
Rombongan meninggalkan Bangka Belitung tanggal 15 Agustus 2023 dengan harapan segera terwujud tindak lanjut kolaborasi budidaya dan konservasi anggrek endemik Bangka Belitung. Semoga kontribusi nyata pelestarian Anggrek Khas Indonesia segera dapat direalisasikan. (Penulis LAU).
11 Agustus 2023, peserta the 6th International Summer Course on Tropical Biodiversity and Sustainable Development menjelajahi Jatimulyo, Kulonprogo untuk mengungkap misteri keanekaragaman hayati melalui aktivitas sampling serangga, pengamatan burung, serta sharing – sharing produksi kopi, susu, dan madu berbasis pemberdayaan masyarakat. Acara ini menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam praktik berkelanjutan.
Salah satu sorotan dari program ini adalah pengalaman langsung dalam penangkapan serangga dan pengamatan burung. Peserta memiliki kesempatan untuk menjelajahi flora dan fauna lokal.
Partisipan juga diajak menyaksikan produksi kopi, susu, dan madu berbasis masyarakat. Dengan melibatkan aktif masyarakat setempat, kursus ini menekankan pentingnya praktik berkelanjutan yang bermanfaat baik untuk lingkungan maupun masyarakat. Peserta tidak hanya belajar tentang proses-proses ini, tetapi juga secara aktif berkontribusi, meningkatkan apresiasi mereka terhadap hubungan simbiosis antara manusia dan lingkungan alaminya.
Rangkaian kegiatan yang tak kalah menarik adalah kuliah yang disampaikan oleh Dr. Eleanor Slade, seorang ahli terkemuka di bidang Konservasi Serangga. Dr. Eleanor membagikan keahlian dan wawasan, menyelami peran penting serangga dalam menjaga keseimbangan ekologis serta tantangan yang mereka hadapi dalam dunia yang penuh perubahan. Kuliahnya yang memprovokasi pemikiran urgensi konservasi dan menginspirasi peserta untuk menjadi advokat perlindungan serangga.
Pengalaman imersif di Jatimulyo ini menjadi katalisator bagi praktik berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat, mendorong misi melestarikan keanekaragaman hayati tropis untuk generasi yang akan datang.
The 6th International Summer Course on Tropical Biodiversity and Sustainable Development mengadakan acara menarik sampel interdital di Pantai Porok pada tanggal 10 Agustus 2023. Acara dimulai pada pukul 06.00 WIB, mengumpulkan peserta yang antusias dari seluruh dunia untuk terlibat dalam penelitian ilmiah secara langsung sambil merasakan keindahan ekosistem pesisir Indonesia.
Summer Course ini, yang diselenggarakan oleh Fakultas Biologi UGM, bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang mendalam bagi para peneliti muda, mahasiswa, dan para penggemar yang tertarik pada keanekaragaman hayati tropis dan pembangunan berkelanjutan. Program tahun ini telah menarik peserta dari latar belakang yang beragam, mendorong kerja sama lintas budaya dan pertukaran pengetahuan.
Kegiatan sampel interdital menjadi sorotan dalam kursus ini, memungkinkan peserta untuk menjelajahi ekosistem unik di Pantai Porok. Dipandu oleh ahli biologi laut dan peneliti berpengalaman, para peserta mengumpulkan sampel dan melakukan observasi lapangan untuk memahami keseimbangan rumit kehidupan laut yang berkembang di zona interdital. Pengalaman langsung ini tidak hanya mengajarkan peserta mengenai berbagai jenis flora dan fauna laut, tetapi juga menekankan pentingnya menjaga ekosistem yang rapuh ini untuk generasi mendatang.
Acara ini tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan; ini adalah perpaduan antara kegiatan edukatif dan rekreasi. Pada hari sebelumnya, peserta terlibat dalam permainan interaktif yang dirancang untuk mendorong kerja sama tim dan keterampilan pemecahan masalah. Permainan ini tidak hanya menambahkan elemen kesenangan pada kursus, tetapi juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk menjalin persahabatan dan hubungan baru diantara berbagai institusi yaitu UGM, UTHM, UTAR, UPLB, NTU, Chiba University and Kasetsart University.
Museum Biologi adalah salah salah satu dari 43 museum yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum yang dibuka untuk umum mulai tahun 1970 ini semakin berkembang dalam hal koleksi maupun metode dalam mengenalkan kepada masyarakat melalui kerjasamanya dengan Dinas Kebudayaan DIY.
Koleksi yang dimiliki museum biologi cukup beragam meliputi berbagai hal terkait kajian biologi yang dapat diamati tanpa menggunakan bantuan alat semacam mikroskop, antara lain koleksi taksidermi, rangka, fosil hewan, simplisia, aneka biji serta herbarium. Hal inilah yang menjadi daya tarik para pengunjung, belajar dan mengamati secara langsung koleksi yang tersimpan di museum tersebut. Kunjungan yang cukup rutin dilaksanakan oleh mahasiswa Biologi UGM yang mengambil mata kuliah berkaitan dengan koleksi yang tersedia, misalnya praktikum mata kuliah Mammologi dan Herpetofauna yang dilaksanakan berturut-turut pada tanggal 16 dan 17 Mei 2023. Selain itu terdapat pula siswa sekolah mulai TK sampai dengan SMA maupun masyarakat umum yang melakukan kunjungan ke museum yang terletak di Jalan Sultan Agung No. 22, Mergangsan Yogyakarta tersebut Terkait waktu layanan museum, Ida Suryani, salah satu pengelola menuturkan “jam layanan kami di hari dan jam kerja, Senin-Jumat. Untuk Sabtu dan minggu kami membuka layanan hanya berdasar permintaan rombongan”..
Salah satu pengelola museum Biologi, Ida Suryani menginfokan tentang agenda khusus yang dilaksanakan, “setiap tiga bulan kemi menggelar display tematik berkaitan dengan koleksi yang dimiliki. Contohnya, tema terkait aves, tumbuhan berkhasiat obat. Bulan Mei ini tema kami angkat tema berkaitan dengan ular. Koleksi sesuai tema bisa diamati dalam satu tempat”. Koleksi berkaitan dengan tema khusus ini dapat diamati di ruang display, ruang pertama setelah ruang transit pengunjung.
Mengunjungi sekaligus mengamati koleksi museum Biologi pada dasarnya tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman terkait benda-benda yang dikoleksi dengan detail. Namun diharapkan para pengunjung dapat semakin memahami keanekaragaman hayati yang dimiliki bangsa Indonesia dengan contoh kecilnya yang tersaji sebagai bagian dari koleksi museum Biologi. Bahkan duta museum untuk museum Biologi UGM periode Mei-Desember 2023 menggagas akan dilaksanakannya kegiatan bertema “Healing di Museum Biologi” sebagai inovasi kegiatan mengajak masyarakat khususnya generasi muda mengenal lebih jauh tentang museum. Semoga ke depannya seiring semakin bekembangnya pengenalan koleksi museum melalui berbagai sarana, antusiasme masyarakat untuk belajar dari museum juga semakin meningkat.
Museum Biologi sebagai Wisata Edukasi untuk semua kalangan merupakan salah satu dari sekian banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang keanekaragaman hayati dan peran ekosistem dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Koleksi-koleksi di Museum Biologi, berupa rangka, fosil hewan, herbarium, dan lain sebagainya relevan dengan SDG 15 (Ekosistem Darat) yang menekankan pentingnya pelestarian ekosistem darat dan keanekaragaman hayati. Kunjungan Museum juga dapat menginspirasi pengunjung tentang pentingnya konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Nusantara Orchid Biodiversity Show (NOBiS) merupakan serangkaian acara lomba fotografi anggrek dan seminar tahunan yang diselenggarakan oleh kelompok studi Biology Orchid Study Club (BiOSC) Fakultas Biologi UGM. Lomba fotografi anggrek pada tahun ini bertema “Optimasi Potensi Keanekaragaman Anggrek Nusantara melalui Prinsip Pembangunan Berkelanjutan”. Sebanyak 48 peserta mengikuti lomba fotografi anggrek dengan mengirimkan karyanya pada tanggal 2 – 15 Mei 2023. Hasil karya fotografi peserta kemudian ditampilkan dalam bentuk pameran virtual melalui ArtSteps yang dapat diakses oleh seluruh peserta. Pemenang lomba fotografi anggrek pada acara NOBiS adalah Muhammad Daffa ‘Irvani sebagai Juara I, Muhammad Hafid Avriliano sebagai Juara II, Kinanti Ayurahmawati Pranatami sebagai Juara III, dan Fitra Faradina Agil sebagai Juara Favorit, yang diumumkan pada acara puncak seminar NOBiS 2023.
Lomba fotografi anggrek memiliki dampak positif terhadap pembangunan berkelanjutan. Lomba fotografi dapat berkontribusi pada apresiasi terhadap keanekaragaman hayati, yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 15 yaitu Ekosistem Daratan. SDG tersebut memiliki tujuan untuk melestarikan dan menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan. Fotografi sendiri dapat digunakan sebagai alat untuk memvisualisasikan keanekaragaman hayati dan membantu mengingatkan kita akan keindahan alam dan pentingnya menjaga lingkungan.
Acara seminar NOBiS pada tahun 2023 mengangkat tema “Upaya dan Strategi dalam Memaksimalkan Potensi Keanekaragaman Anggrek melalui Prinsip Pembangunan Berkelanjutan” dengan waktu pelaksanaan pada tanggal 20 Mei 2023 pukul 12.45 secara daring. Webinar NOBiS 2023 bertujuan untuk memberikan sarana bagi masyarakat untuk mempelajari dan memahami terkait pelestarian anggrek yang ada di Indonesia melalui konservasi anggrek. Oleh karena itu, pada tahun ini, BiOSC mengundang dua narasumber wanita yang telah menjadi pakar dalam bidang konservasi anggrek di Indonesia, yaitu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. dan Dra. Sri Rianawati.
Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. merupakan Guru Besar Bioteknologi Pertanian Universitas Lampung serta peneliti konservasi anggrek di Sumatera. Pada kesempatan ini, beliau berbagi wawasan terkait konservasi anggrek melalui pemuliaan anggrek dengan teknik modern. Teknik modern yang dapat dilakukan di antaranya yaitu kultur jaringan maupun teknologi rekayasa genetika. Dalam penerapannya, terdapat beberapa hal yang juga perlu diperhatikan seperti etika dan regulasi pemanfaatan sumber daya genetik yang berlaku di Indonesia serta pemuliaan yang dilakukan secara passionate agar berkelanjutan.
Tak hanya melalui pemuliaan, langkah lain yang dapat dilakukan yaitu komersialisasi anggrek sebagai bagian dari konservasi ex situ. Komersialisasi anggrek sendiri pun juga harus diiringi dengan budidaya yang kemudian disampaikan oleh Dra. Sri Rianawati. Beliau berbagi wawasan mengenai teknik budidaya anggrek untuk skala rumahan yang dapat dilakukan dengan mengenali lingkungan hidup anggrek, media tanam, pemupukan, dan nutrisi tambahan, serta prosedur pelepasan anggrek varietas hasil pemuliaan di masyarakat. Materi yang kaya ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi pecinta anggrek sekaligus mengenalkan BiOSC ke luar sebagai kelompok studi yang berfokus pada anggrek dengan jargon Tumbuh, Berkembang, dan Lestari.
Seminar dengan tema “Upaya dan Strategi dalam Memaksimalkan Potensi Keanekaragaman Anggrek melalui Prinsip Pembangunan Berkelanjutan” ini dapat mendukung SDG 4 yaitu Pendidikan Berkualitas dengan menyebarkan pengetahuan tentang pentingnya keanekaragaman hayati dan menjalankan kegiatan-kegiatan yang mendukung lingkungan.[BiOSC]
Tim dari Fakultas Biologi UGM berhasil menorehkan prestasi nasional dengan meraih 2 penghargaan sekaligus yaitu Best Presentation dan Juara 1 Nasional dalam Lomba Karya Tulis ILMIAH (LKTI) LOBI XX UNAND yang diselenggarakan oleh HIMABIO FMIPA Universitas Andalas Tahun 2023. Lomba ini merupakan perlombaan penulisan ilmiah dalam bentuk LKTI dengan kategori Mahasiswa Perguruan Tinggi se-Indonesia dengan tema “One vision, take action, for the ecosystem restoration”. Lomba yang diselenggarakan dari 1 Januari – 6 Mei 2023 ini diikuti oleh Fikri Ramadhan sebagai ketua tim (Biologi 2019), Ardan Putra Saleh Hutasuhut (Biologi 2019), dan Maulida Meilana Dewi (Biologi 2019). Tim ini dibimbing oleh dosen Fakultas Biologi UGM yaitu Bapak Dr. Wiko Arif Wibowo, S.Si dengan judul karya ilmiah yaitu “Kajian Etnobiologi Masyarakat Adat sebagai Strategi Konservasi Biodiversitas yang Berkelanjutan: Studi Kasus Kearifan Lokal Masyarakat Lereng Gunung Merapi, Yogyakarta”.
Karya ilmiah yang diangkat membahas masyarakat lereng Gunung Merapi sebagai subjek utama penelitian. Gunung Merapi yang dikenal mempunyai tingkat biodiversitas tinggi ternyata menyimpan segudang kearifan lokal yang masih lestari sampai sekarang. Beberapa kearifan lokal yang masih dilestarikan oleh masyarakat bahkan sejalan dengan prinsip konservasi biodiversitas. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut, mengingat ancaman terhadap biodiversitas di kawasan lereng Gunung Merapi semakin meningkat seiring masifnya pembangunan, serta dampak perubahan iklim akibat ulah manusia. Kearifan lokal yang masih dilestarikan oleh masyarakat tanpa disadari ternyata turut berperan dalam menjaga keasrian alam di lereng Gunung Merapi. Pengetahuan lokal secara turun temurun berperan penting dalam mengatur tindak perilaku masyarakat termasuk bagaimana masyarakat mengelola lingkungannya. Sehingga masyarakat yang masih bertahan dengan kearifan lokal ini akan bijak dalam melakukan pengelolaan SDA di lingkungannya sendiri. Kearifan lokal ini memiliki ancaman utama yaitu modernisasi. Namun karena adanya dukungan dari pemerintah, antusias masyarakat, dan peran dari Keraton Yogyakarta akhirnya kearifan lokal ini tetap eksis dan ada keberlanjutan.
Berdasarkan penelitian, terdapat integrasi antara kearifan lokal masyarakat lereng Gunung Merapi dengan konservasi misalnya kearifan lokal Bersih Dusun dan Dandan kali yang berkaitan dengan upaya menjaga kebersihan lingkungan, Labuhan Gunung Merapi dan Merti Bumi dianggap sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada alam. Kearifan lokal ini didukung oleh beberapa hal lain yaitu terdapatnya keistimewaan Gunung Merapi, landasan etnobiologi, dan landasan filosofis. Gunung Merapi memiliki keistimewaan tersendiri oleh masyarakat sekitar karena sebagai sumber kehidupan dan bisa juga menyebabkan kehancuran karena bencana. Landasan etnobiologi sebagai suatu bidang ilmu menjelaskan bahwa kegiatan masyarakat (praxis), sistem turun temurun (corpus), dan kepercayaan lokal (cosmos) saling berikatan sehingga bisa memiliki dampak biologis. Selain itu, Landasan filosofis masyarakat jawa yaitu “Memayu hayuning bawono, ambrasta dur hangkara” mengajarkan masyarakat sekitar lereng gunung merapi untuk berusaha menghindari sifat murka, serakah, dan tamak kepada alam atau hidup selaras dengan alam.
Pemerintah melalui Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) mendukung kearifan lokal melalui beberapa program misalnya: sosialisasi, masyarakat peduli api, masyarakat mitra polhut, dan pendanaan mitra. Selain itu, TNGM juga mengalokasikan wilayah hutan khusus sebagai penunjang kegiatan kearifan lokal yaitu pembuatan zona religi, budaya, dan sejarah. TNGM juga mendukung kegiatan komunitas masyarakat yang diinisiasi dari nilai kearifan lokal yang sejalan dengan konservasi biodiversitas yaitu kegiatan dari Forum Peduli Lingkungan Pencinta Alam Lereng Merapi (FPL-PALEM) dan juga hutan rakyat.
Terkait dengan strategi konservasi biodiversitas berbasis etnobiologi. Dalam bidang etnobiologi terdapat interaksi yang kuat antara sistem sosial dan sistem ekologi. Adanya persepsi masyarakat terhadap kesakralan gunung, mengakibatkan masyarakat mengambil seperlunya dari alam dan mengungkapkan rasa syukur ketika kebutuhannya telah terpenuhi dari alam. Rasa syukur ini dituangkan dalam bentuk mengembalikan apa yang sudah diambil ke alam misalnya sistem merumput yang berpindah-pindah yang mengakibatkan tumbuhan bisa memulihkan keadaannya lagi dan juga penanaman bibit pohon di hutan rakyat. Perilaku ini membentuk adanya lingkungan biologis yang berkelanjutan. Ketersediaan SDA yang berkelanjutan ini juga akan mendukung kesejahteraan manusia.
Topik kearifan lokal memiliki peran krusial dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam konteks konservasi biodiversitas. Kearifan lokal sendiri, mencakup pengetahuan dan praktik tradisional yang telah berkontribusi pada pelestarian lingkungan alam. Ketika kearifan lokal diakui dan dihormati, hal ini dapat mendukung SDG 15 (ekosistem daratan) dengan menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem alami. Selain itu, penggunaan sumber daya alam yang bijaksana sesuai dengan kearifan lokal juga dapat mendukung SDG 12, yaitu Produksi dan Konsumsi Bertanggung Jawab dengan mempromosikan praktik produksi yang berkelanjutan.
Kami berharap beberapa bagian penelitian yang masih rumpang seperti dampak perilaku yang ditimbulkan dari kearifan lokal terhadap kegiatan konservasi biodiversitas dan tingkat keberhasilan dari kearifan lokal terhadap konservasi biodiversitas dapat diteliti lebih dalam lagi. Selain itu, diharapkan masyarakat bisa teredukasi tentang peran dari kearifan lokal yang bisa mengakibatkan kelestarian alam. Sesuai dengan falsafah “Memayu hayuning bawana” bahwa untuk menjaga harmonisasi hubungan tuhan, alam, dan manusia maka bisa melalui instrumen kearifan lokal masyarakat. [FR]
Minggu (29/2/2023), Tim Fakultas Biologi UGM yang terdiri atas Dekan, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni, Kepala Kantor dan Administrasi, Kepala Seksi Bidang Administrasi, Keuangan dan Umum serta Staff Bagian Kerja Sama Fakultas Biologi UGM berkunjung ke RSUD Ajibarang untuk mengikuti rangkaian kegiatan Hari Ulang Tahun RSUD Ajibarang ke-16 Tahun 2023.
Rangkaian kegiatan Hari Ulang Tahun RSUD Ajibarang diawali dengan sambutan dan penyampaian laporan dari dr. Noegroho Harbani, M.Sc., Sp.S. selaku Direktur RSUD Ajibarang dan pembacaan doa kemudian dilanjutkan pembukaan acara oleh Ir. Ahmad Husein selaku Bupati Banyumas, Line Dance, penanaman pohon bantuan dari Fakultas Biologi UGM, Peresmian Ruang Perawatan Camar Bawah Standar KRIS BPJS, Tasyakuran HUT RSUD Ajibarang yang dimeriahkan dengan beberapa lomba dan doorprize, serta diakhiri dengan acara penandatanganan MoU dan PKS (Perjanjian Kerja Sama) antara Fakultas Biologi UGM dan RSUD Ajibarang.
Fakultas Biologi UGM telah memberikan bantuan bibit pohon kenari (100 pohon), pohon alpukat (2 pohon), pohon Kelengkeng Super Sleman (4 pohon), pohon duku (1 pohon), dan pohon pule (1 pohon) untuk ditanam di area lahan pengembangan RSUD Ajibarang.
Penanaman simbolis dilakukan oleh Bupati Banyumas, Ketua DPRD Kabupaten Banyumas, Direktur RSUD Ajibarang serta Dekan Fakultas Biologi UGM dengan menanam pohon alpukat serta kenari yang kemudian rencananya akan dilanjutkan dengan penanaman secara massal oleh seluruh karyawan RSUD Ajibarang pada hari Jumat, 3 Februari 2023 dengan harapan bahwa lima hingga sepuluh tahun kedepan RSUD Ajibarang menjadi green-hospital untuk peningkatan kenyamanan dan kualitas lingkungan rumah sakit.
Acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) sekaligus penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Fakultas Biologi UGM dan RSUD Ajibarang dilakukan di ruang Direktur RSUD Ajibarang dengan dihadiri oleh jajaran pejabat serta dokter RSUD Ajibarang. Ruang lingkup kerja sama yang dilakukan meliputi kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan, bidang penelitian dan publikasi ilmiah, bidang pengabdian kepada masyarakat, bidang program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), serta kerja sama dalam hibah Matching Fund 2023 dengan Prof. Purnomo, M.S. (Guru Besar Sistematika Tumbuhan Fakultas Biologi UGM) sebagai ketua pengusul untuk pengembangan budidaya dan produk olahan labu susu dalam peningkatan kesehatan masyarakat di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
“RSUD Ajibarang hampir terasa seperti rumah kami karena sambutannya yang begitu hangat dan ramah, menanam pohon berarti menanam kehidupan karena saat pohon ditanam maka akan banyak kehidupan lainnya yang akan hadir, semoga suatu saat nanti perwakilan dari RSUD Ajibarang dapat juga berkunjung ke Fakultas Biologi UGM sehingga saya bisa mengajak berkeliling ke Sawitsari Research Station dan Pantai Porok Fakultas Biologi UGM”, ucap Dekan Fakultas Biologi UGM.
Direktur RSUD Ajibarang, dr. Noegroho Harbani, M.Sc., Sp.S juga menyampaikan ucapan terima kasih serta berharap bahwa dengan adanya kerja sama ini selain transfer bibit, Fakultas Biologi UGM juga dapat mentransfer knowledge khususnya untuk program penanganan stunting di kawasan Ajibarang. Kerja sama ini juga menunjukkan perwujudan dari Sustainable Development Goals dalam kolaborasi mendukung peningkatan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan melalui penanaman pohon (SDG 17 dan SDG 15), membangun kesadaran terhadap stunting melalui sosialisasi untuk peningkatan kesehatan masyarakat (SDG 3) sekaligus mendukung pembelajaran dan pendidikan (SDG 4).