Sertifikat masih dalam proses pencetakan dari Dirmawa Universitas Gadjah Mada
2020
Pembicara: Prof. Dr. Erni Poedjirahayoe, M.P. ( Alumnus Biologi Angkatan 1981)
Fakultas Biologi UGM dan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY melakukan kerja sama implementasi teknologi dalam mendukung budi daya massal ikan wader pari.
Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc., menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dinas Kelautan dan Perikanan DIY yang telah bersedia melakukan kerja sama dengan Fakultas Biologi UGM. Dia berharap kerja sama bisa semakin berkembang dan hasilnya bisa memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.
“Harapannya kerja sama bisa semakin berkembang tidak hanya ikan wader saja. Di Fakultas Biologi UGM juga banyak riset lainnya, seperti kepiting, sidat, lobster dan udang,” jelasnya, Senin (3/2) usai penandatanganan perjanjian kerja sama di Fakultas Biologi UGM.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Ir. Bayu Mukti Sasongka, M.Si., berharap kerja sama yang telah disepakati bisa segera ditindaklanjuti sehingga diperoleh benih ikan wader yang siap dikomersialisasikan.
“Kita siap tindaklanjuti kerja sama ini sehingga menghasilkan benih yang siap dikomersialisasikan, tidak hanya sebatas penelitian saja,” terangnya.
Bayu mengatakan dengan pemanfaatan teknologi dalam budi daya ikan wader ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dia pun berharap nantinya budi daya dengan aplikasi teknologi tidak hanya pada ikan wader pari saja, namun juga varietas perikanan lokal lainnya.
Sementara ketua tim pengembang teknologi budi daya massal ikan wader pari, Dr. Bambang Retnoaji, menjelaskan bahwa implementasi teknologi dalam budi daya ikan wader pari penting dilakukan. Pasalnya, populasi ikan jenis ini di alam semakin sedikit dan terus menurun dari tahun ke tahun akibat eksploitasi untuk memenuhi permintaan pasar akan ikan ini. Implementasi teknologi untuk pemijahan, pembibitan dan pembiakan yang dikembangkannya diharapkan dapat mendukung upaya konservasi ikan wader pari sekaligus bisa dimanfaatkan secara ekonomi.
Bambang menyebutkan reproduksi ikan wader pari di alam berlangsung 1 kali dalam satu musim. Sementara dengan aplikasi teknologi yang dikembangkannya bisa mendorong reproduksi ikan wader pari dalam waktu 2 minggu sekali. (Humas UGM/Ika)
Dikuti dari ugm.ac.id
Tim “BIOGAMA” Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat Juara 1 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Pekan Raya Biologi Universitas Riau 2020. Lomba karya tulis yang diadakan oleh) Universitas Riau tersebut dilaksanakan pada tanggal 31 januari 2020 dengan membawa tema “inovasi teknologi tepat guna dalam mewujudkan pembangunan indonesia berkelanjutan”. Kegiatan ini diikuti oleh 18 tim dari universitas seluruh Indonesia. Lima finalis terbaik diundang untuk melaksanakan presentasi hasil karya tulis di Universitas Riau.
Tim “BIOGAMA” yang terdiri dari Khoiruddin Anshori (2017), Hana Widiwati (2017), Alifia Safputeri (2018) dengan pembimbing Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc. mengembangkan inovasi teknologi tepat guna berbasis energi baru dan terbarukan berjudul “konversi biochar feses kambing domba menjadi briket biomassa sebagai solusi sumber panen energi limbah peternakan dan pengembangan potensi desa di Indonesia”
Karya tulis tersebut didasarkan pada masalah banyaknya populasi kambing-domba di Indonesia menyebabkan produksi limbah peternakan meningkat. Sejauh ini feses kambing-domba belum dimanfaatkan secara optimal oleh para peternak, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Salah satu solusi dalam menangani masalah tersebut adalah konversi kotoran kambing-domba menjadi briket biomassa. Limbah ternak kambing-domba memiliki biomassa yang dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Proses pemanenan energi dari biomassa dapat dilakukan dengan cepat menggunakan teknologi pirolisis. Prosedur pembuatan briket biomassa diawali dengan penumbukan kotoran dan dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air. Selanjutnya, dimasukan kedalam reaktor pirolisis untuk didapatkan biochar, biochar yang telah didapat ditambahkan adonan pati, dicetak dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Briket biomassa yang dihasilkan tersebut memiliki energi yang hampir setara dengan bahan bakar fosil. Teknologi tepat guna yang mengonversi limbah kambing-domba menjadi briket biomassa memiliki nilai ekonomi yang layak dipertimbangkan. Biaya produksi dapat dikurangi dengan menggunakan kembali bio oil yang dihasilkan dalam proses pirolisis sebagai bahan bakar dalam reaktor pirolisis.
Tingginya kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan pangan mendorong pemerintah maupun pihak-pihak terkait untuk meningkatkan perekonomian lokal, salah satu contohnya adalah proses intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian jagung di Sulawesi. Sayangnya, upaya ini juga berdampak pada menyusutnya Kawasan hutan dalam skala besar. Ditengah dilema dimana perekonomian masyarakat harus terus ditingkatkan namun hutan yang memiliki peran penting juga harus lestari, solusi untuk keduanya perlu untuk ditelusuri. Oleh karena itu, salah satu tenaga pengajar Fakultas Biologi UGM yang sedang menempuh Pendidikan S3 di University of Oxford, Sdr. Mukhlish, melakukan kajian terkait dampak dari kerusakan hutan terhadap fungsi ekosistem dan komunitas hewan di Sulawesi dan juga peran dari hutan terhadap kawasan pertanian disekitarnya. Untuk memberikan dampak yang lebih luas, bersama dengan Professor Oxford, Sdr. Mukhlish sampaikan dampak dari kerusakan hutan Sulawesi di kampus UNG pada selasa lalu (14/01).
Dalam Guest Lecture yang bertemakan “The Impact of the Fragmentation to the biodiversity in the tropical forest ecosystem”, hadir Professor dari University of Oxford sekaligus pembimbing akademik dari Sdr. Mukhlish, Prof. Owen Lewis, sebagai pembicara utama. Dalam pemaparannya dihadapan lebih dari 200 mahasiswa dan dosen di Auditorium Rektorat UNG, Prof. Owen menyampaikan konsep dari fragmentasi, degradasi, dan efek tepi, sekaligus menyampaikan pengalaman beliau dalam meneliti fungsi ekosistem di hutan yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit di Malaysia. Adapun Sdr. Mukhlish bertindak sebagai moderator, penerjemah, sekaligus menyampaikan studi kasus terkait dampak dari kerusakan hutan terhadap fungsi ekosistem dari hutan tropis di salah satu cagar alam di Provinsi Gorontalo.
“Saya berharap, penelitian yang saya lakukan dapat menjadi bagian dari solusi dari kerusakan hutan di Sulawesi dengan tetap dapat meningkatkan pendapatan dari masyarakat lokal”, harap Mukhlish.
Pengumuman selengkapnya bisa dilihat dipapan Informasi Akademik dan Kemahasiswaan S1 dan Download disini
Malaria masih menjadi salah satu persoalan kesehatan di dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini menjadi ancaman yang cukup serius karena banyaknya laporan resistensi, khususnya Plasmodium falciparum di sebagian besar wilayah.
“Munculnya resistensi terhadap lebih dari satu jenis obat antimalaria yang sehari-hari dipakai dalam pengobatan malaria menambah sulit upaya penanggulangan yang dilakukan,” kata Endang Ariyani Setyowati, Senin (13/1) saat memaparkan hasil penelitian doktoralnya di Fakultas Biologi UGM.
Endang mengatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi persoalan resistensi ini. Salah satunya dengan menggunakan obat kombinasi derivat armisini, tetapi hasilnya justru semakin resisten terhadap obat-obatan. Oleh sebab itu, pencarian obat alternatif antimalaria baru melalui mekanisme baru dengan mengekplorasi senyawa bioaktif dari berbagai sumber bahan alam perlu dilakukan secara terus menerus.
Mahasiswa program doktor Fakultas Biologi UGM ini pun berupaya melakukan penelitian untuk menemukan obat alternatif antimalaria dari bahan alam yakni mikroalga. Dari sejumlah penelitian terdahulu diketahui bahwa mikroalga memiliki sejumlah senyawa yang memiliki aktivitas sitotoksik, antitumor, antiviral, antibiotik, dan juga antimalaria.
Dalam penelitian ini Endang menggunakan ekstrak mikroalga dari jenis S. platensis, C. vulgaris, S. costatum , C. calcitrans dan N.oculata untuk menghambat pertumbuhan P. falciparum berdasarkan penghambatan enzim PfMQO, PfNDH2 dan PfDHODH. Hasilnya menunjukkan keempat mikroalga tersebut dapat menghambat perkembangan P.falciparum.
“Ekstrak S. platensis dalam etanol pa dengan enzim PfMQO memberikan penghambatan terbaik pada P. falciparum. S. platensis tergolong senyawa antimalaria yang aktif dan kuat, mengandung senyawa bioaktif golongan terpenoid, asam lemak, alkaloid dan flavonoid merupakan sumber senyawa antimalaria yang potensial dan menjanjikan,” papar dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman ini.
Dalam kesempatan tersebut turut dipaparkan hasil penelitian disertasi dari Susintowati yang melakukan kajian ekologis terhadap gastropoda intertidal atau siput yang berada di zona pasang surut yang berada di Taman Nasional Awalas Purwo, Jawa Timur. Hasilnya ditemukan 22.484 individu, 148 spesies, 60 genus, 36 familia dan 10 ordo. Dalam individu-induvidu tersbeut terdapat kesesuaian struktur morfologi adaptif yang dijumpai dalam ekomorfologi Gastropoda intertidal dalam usahanya bertahan terhadap seleksi alam.
Selain itu disampaikan pula hasil penelitian dari Muhammad Dylan Lawrie tentang percepatan pembungaan pada tanaman anggrek Dendrobium capra J.J. Smith dengan zat pengatur tumbuh dan rekayasa genetika. Penelitian dilakukan untuk membantu konservasi anggrek melalui teknik kultur in vitro dan rekayasa genetik menggunakan CRISPR-Cas9.(Humas UGM/Ika)
Dikutip dari ugm.ac.id
Two of faculty of biology staffs Universitas Gadjah Mada joined RCE Yogyakarta team to attend workshop and managerial meeting in ICT-enabled in-service Training of Teacher to Address Education for Sustainability (ICTeEfS). This 2nd managerial meeting of ICTeEFS was held in Bandung Indonesia from January 9th to 14th, 2020. Lisna Hidayati, M.Biotech. and Zuliyati Rohmah, M.Si., Ph.D. have been part of RCE Yogyakarta delegation to present the curriculum of implementing ICT-based sustainable education courses for teachers and students in primary and secondary school.
ICTeEfS is a joint program that lead by Prof. Dr. Vassilis Makrakis (Frederick University) and co-funded by Erasmus+ Programme of the European Union. There are seven universities from Europe and ASEAN working together for this project, namely: Frederick University (Republic of Cyprus), The University of Crete (Greece), Universitas Pendidikan Indonesia, Vietnam National University, Ho Chi Minh City International University, University Science Malaysia (USM), Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Open University Malaysia (OUM) and Universitas Gadjah Mada (UGM). According to Mr. Nanung Agus Fitriyanto, S.Pt., M.Sc., Ph.D., the UGM team coordinator through this program RCE Yogyakarta, intended to disseminate ESD and SDGs through ICT-based courses for schools in Indonesia.
During this 6 days meeting, every partner universities presented their deconstructed courses, CARE module activities, and also were trained to reconstruct its learning outcomes, create a module with ESD and SDGs content and how to apply ICT as an integral part of courses. In ICTeEfS, the teams also discussed about the future plan for the projects and implementation of the courses to all part of curriculum.