Sebagai Negara megabiodiversitas kedua, Indonesia kaya dengan keanekaragaman sumber daya alamnya. Namun, dalam pemanfaatannya, sering kali belum dikelola secara berkelanjutan sehingga mengancam kelestarian biodiversitas di masa depan. Upaya konservasi diperlukan untuk menjaga dan mengembalikan kelestarian biodiversitas di Indonesia. Oleh karena itu, Konsorsium Biologi Indonesia atau KOBI yang diketuai oleh Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc berkolaborasi dan bersinergi dengan Forum Komunikasi Konservasi Indonesia (FKKI), khususnya WWF Indonesia menginisiasikan penyusunan Indeks Biodiversitas Indonesia (IBI).
Untuk mendukung inisiatif IBI diperlukan suatu lokasi permanen yang akan dimonitor secara berkala dalam kegiatan pengumpulan data primer di lapangan dan untuk melihat kondisi aspek biodiversitas meliputi status dan tren-nya. Lebih lanjut WWF Indonesia sebagai salah satu anggota Komite IBI KOBI berinisiatif mengembangkan kegiatan permanen plot sampling di dua wilayah kerjanya yang representatif, yaitu landscape Sebangau Katingan (SEKA) dan Papua. Penentuan permanen plot sampling untuk landscape Papua ditujukan untuk pengambilan data dan monitoring Kura-kura Moncong Babi dan burung.
Rapat koordinasi dan diksusi Indeks Biodiversitas landscape Papua telah dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Maret 2023 secara luring dari pukul 13.00 – 16.00 WIT di Hotel Grand ABE Jayapurta. Rapat koordinasi dipimpin lansung oleh Ketua KOBI dan dihadiri oleh perserta dari Prodi Biologi S1 dan S2 FMIPA Univeristas Cendrawasih, Prodi S1 Biologi Univeristas Papua, Tim WWF Papua dan Tim Program Konservasi WWF.
Presentasi rekomendasi lokasi permanen plot sampling dan metode monitoring disampaikan oleh Tim Penyusun yaitu Risma Anggraeni, S. Si dan Wahyu Febriani, S.Si. Dalam sambutannya dan update kegiatan IBI Prof. Budi Setiadi Daryono menyampaikan inovasi Komite IBI KOBI untuk pengumpulan data sekunder biodiversitas di Indonesia selama masa pandemi Covid-19 melalui proses kurasi referensi dengan memanfaatkan mekanisme dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek).
Pararan rekomendasi lokasi yang disampaikan oleh Risma Anggraeni dianalisis berdasarkan pendekatan kuantitatif berjenjang dari beberapa parameter menghasilkan 7 rekomendasi lokasi survey burung yang berada di 7 distrik atau kecamantan dari 4 kabupaten di Papua yaitu Kabupaten Tambrauw, Sarmi, Jayapura dan Merauke, dan 3 rekomendasi lokasi survey kura-kura moncong babi di 3 sungai yaitu Sungai Fei, Mamats dan Catarina di Kabupaten Asmat.
Terkait dengan rekomendasi metode monitoring, Wahyu Febriani merekomendasikan metode garis transek dan titik hitung untuk pengamatan burung dan metode transek serta survey sarang untuk pengamatan kura-kuar moncong babi. Untuk pengamatan burung, metode lain yang disampaikan yaitu bioakustik, namun sejauh ini metode tersebut hanya dapat digunakan untuk inventarisasi keanekaragaman spesies saja.
Paparan update kegiatan IBI dan paparan hasil analisis permanen plot sampling tersebut, kemudian ditanggapi serta diberi masukkan oleh para peserta. Pada akhir acara dibuat kesimpulan dan rencana tindak lanjutnya untuk melibatkan para dosen, peneliti dan mahasiswa dari Universitas Cendrawassih dan Universitas Papua yang akan berkolaborasi serta bersinergi dengan para peneliti dari Komite IBI-KOBI dan WWF Indonesia.