Adanya kegelisahan masyarakat Kampung Terban mengenai kasus kenakalan remaja yang semakin meningkat disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi yang begitu cepat. Kampung Terban RW 5 yang merupakan pemukiman padat penduduk di tengah pusat Kota Yogyakarta, akan menjadi sasaran empuk dari dampak negatif kemajuan teknologi apabila tidak diberi antisipasi dan kesiapan masyarakat menghadapi kemajuan teknologi. Kekerasan seksual merupakan salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi. Hal ini dibuktikan dengan akses pornografi sangat mudah di internet, adanya kasus cybersex, hingga pergaulan bebas dikalangan anak-anak dan remaja. Walaupun secara geografis masih sangat dekat dengan UGM sebagai pusat pendidikan di Yogyakarta, ternyata pendidikan seksualitas masih belum menjamah masyarakat Kampung Terban RW 5. Anggapan tabu dari masyarakat juga menjadi alasan mengapa pendidikan seksual sangat jarang diajarkan oleh orang tua atau guru di sekolah kepada anak. Padahal pendidikan seksual merupakan pondasi penting untuk mengurangi kasus kekerasan seksual.
Ketabuan masyarakat yang masih menyebabkan pendidikan seksual belum dianggap urgent oleh masyarakat melatar belakangi rangkaian kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) SCASE. Mereka adalah Hafifah Nur Ainiyah (Biologi 2022), Aulia Robiatul Adawiyah (Biologi 2022), Diyan Ulsa (Psikologi 2022), Danila Nur Rahmawati (Geografi Lingkungan 2022), dan Alma Puska Falasyifa (Biologi 2022) dibawah dampingan Dr. Dwi Sendi Priyono, S.Si., M.Si. melalui program “SCASE: Sekolah Cakap Seksualitas melalui Permainan Ular Tangga Pintar sebagai Media Pembentukan Karakter Pada Warga Kampung Terban”. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan memfokuskan pendidikan seksualitas dengan materi pembelajaran yang dikemas sesuai tingkat umur menurut WHO dengan menggunakan media pembelajaran interaktif Ular Tangga Pintar agar penyampaiannya dapat dipahami dengan baik dan benar sekaligus tetap mengusung konsep pembelajaran yang menyenangkan.
Melalui program SCASE ini, Hafifah dan kawan-kawan berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan pemberdayaan Desa Mitra menggunakan metode sosialisasi, pengajaran, dan pembinaan kepada Karang Taruna Kampung Terban RW 5 (R05TER). Adina, salah satu anggota R05TER mengungkapkan “keinginan masyarakat untuk mempelajari pendidikan seksual memang ada, namun masih bingung harus memulai dari mana karena masih dianggap bahasan yang saru dan belum pernah terdapat penyuluhan mengenai pendidikan seksualitas di kampung ini”.
Sementara Supriyanto, ketua RW 5 Kampung Terban mengungkapkan bahwa “program ini sangat membantu masyarakat yang masih bingung untuk memulai pembahasan pendidikan seksualitas khususnya orang tua kepada anak-anaknya, serta kegiatan ini sangat berdampak positif kepada warga, terutama anak-anak yang sekarang mulai paham bagian mana saja yg tidak boleh disentuh orang lain dan tau bagaimana cara melindungi diri untuk mengantisipasi terjadinya kasus kekerasan seksual”.
Melalui program SCASE, masyarakat Kampung Terban RW 5 dapat mendapatkan pendidikan seksualitas dengan baik dan benar. Dengan adanya peningkatan pemahaman menganai pendidikan seksualitas, masyarakat Desa Mitra akan lebih siap menghadapi potensi-potensi yang bisa menyebabkan terjadinya kasus kekerasan seksual. Harapan, program yang diusung oleh tim PKM-PM SCASE dapat menjadi pematik kegiatan-kegiatan lain yang bertemakan pendidikan seksual, baik oleh pemerintah atau lembaga pemberdaya masyarakat lainnya. [Penulis: Hafifah Nur Ainiyah]