SLEMAN, YOGYAKARTA – 29 JULI 2025 – Dalam sebuah inisiatif pembelajaran yang inovatif, sekelompok mahasiswa (Awanda Nurvi Adifa (22/497410/BI/11018), Nisrina Nibros Hasibuan (22/498667/BI/11048), dan Safina Suci Samara (22/498711/BI/11049)) dari Fakultas Biologi UGM telah melakukan studi lapangan di kompleks Candi Prambanan. Kegiatan yang merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) skema Penelitian ini berfokus pada identifikasi dan analisis ragam fauna yang terpahat pada relief candi peninggalan abad IX Masehi.
Kunjungan ini bertujuan untuk merekonstruksi gambaran keanekaragaman hayati (biodiversitas) masa lampau yang tergambar di relief Candi. Dengan menggunakan metode bio-ikonografi, para mahasiswa secara teliti mendokumentasikan, mengidentifikasi, dan menganalisis setiap relief hewan yang ditemukan, mulai dari mamalia, burung, reptil, hingga serangga. Data yang terkumpul kemudian akan digunakan untuk membangun basis data historis mengenai fauna pada periode tersebut.
Kegiatan penelitian ini tidak hanya memiliki nilai akademis yang tinggi, tetapi juga secara langsung mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Secara spesifik, inisiatif ini sangat relevan dengan SDG 15: Kehidupan di Darat (Life on Land). Dengan memahami jenis-jenis hewan yang pernah hidup dan terekam dalam sebuah warisan budaya, para mahasiswa dapat memberikan data pembanding historis. Data ini krusial untuk memahami perubahan biodiversitas selama berabad-abad, mengukur laju kehilangan spesies, dan pada akhirnya dapat menjadi dasar untuk merumuskan strategi konservasi satwa liar yang lebih efektif di masa kini.
Selain itu, program ini juga merupakan implementasi nyata dari SDG 4: Pendidikan Berkualitas (Quality Education). Model pembelajaran MBKM yang membawa mahasiswa langsung ke objek penelitian memberikan pengalaman belajar yang mendalam, kontekstual, dan melampaui batas-batas ruang kelas.
Ibu Zuliyati Rohmah, S.Si., M.Si., Ph.D. Eng., selaku dosen pembimbing lapangan, menyatakan bahwa Candi Prambanan adalah laboratorium sejarah alam yang tak ternilai. “Relief di candi bukan sekadar hiasan artistik, melainkan arsip visual ekosistem masa lampau. Melalui mata seorang biolog, relief ini bercerita tentang kekayaan fauna pada zamannya. Ini adalah jembatan antara ilmu biologi, arkeologi, dan sejarah yang memberikan pemahaman holistik kepada mahasiswa,” ujarnya.
Salah satu mahasiswa peserta, Awanda, mengungkapkan antusiasmenya. “Pengalaman ini membuka mata kami bahwa konservasi tidak hanya tentang masa depan, tetapi juga tentang belajar dari masa lalu. Melihat ukiran lutung, rusa, atau aneka burung yang begitu detail di batu membuat kami bertanya, apakah mereka semua masih ada di sekitar kita sekarang? Ini memotivasi kami untuk lebih peduli pada pelestarian satwa,” tuturnya.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan menjadi referensi penting bagi para peneliti, arkeolog, serta pegiat konservasi dalam memahami lanskap ekologi Jawa kuno.