(23/08)
AUN-EEC (Ecological Education and Culture) merupakan sebuah konsep yang diusung AUN berupa pendidikan dan kebudayaan ekologis dengan misi utama mengembangkan generasi muda ASEAN yang memiliki pola pikir dan kompetensi untuk melestarikan lingkungan. Hal ini muncul dikarenakan tantangan isu ekologis (lingkungan) pada masa yang akan datang lebih berat seiring perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan manusia. Sehingga AUN sebagai jejaring interkoneksi perguruan tinggi di ASEAN mengarahkan generasi muda untuk dapat mengembangkan pola pikir dan interaksi dengan lingkungan secara berkelanjutan (sustainability development).
Dalam pertemuan diskusi pertama terkait konsep EEC (Ecological Education and Culture) yang dilaksanakan di Ateneo de Manila University, Philippines pada tanggal 22-24 Agustus 2019 ini, Universitas Gadjah Mada turut andil memberikan kontribusi ide, masukan, dan paparan pengembangan program yang selaras dengan konsep tersebut yang disampaikan oleh Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. selaku Dekan Fakultas Biologi UGM sekaligus ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI). Secara langsung Prof. Budi mendukung dan mengajak seluruh pimpinan universitas dalam payung AUN untuk bekerjasama, bahu-membahu, dalam melaksanakan misi ini.
Prof. Budi S. Daryono dalam paparannya menjelaskan informasi jejak ekologis (ecological footprint) dari berbagai negara di ASEAN. Ecological footprint sendiri merupakan dampak dari aktivitas manusia terhadap lingkungan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup manusia. “Hampir seluruh negara di ASEAN saat ini memiliki trend dimana nilai ecological footprint lebih tinggi dari nilai biocapacity per person, artinya apabila kita tidak mengubah cara pandang kita dalam mengelola lingkungan maka lingkungan sudah tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan manusia” ujar Prof. Budi dalam mengawali paparannya.
Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu universitas tertua di Indonesia telah memberikan berbagai macam kontribusi dan sumbangsih terkait isu ini dan mengawali berbagai macam hal kecil untuk menginisiasi pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan yang mengacu pada Sustainable Development Goals di Indonesia. Beberapa program – program strategis dari berbagai macam Fakultas di UGM diantaranya seperti pengembangan mesin pengolah sampah plastik, pengelohan limbah di pasar buah menjadi biogas, pengembangan green energy, aktivitas budidaya melon ramah lingkungan, hingga inisiasi budaya pengurangan penggunaan plastik dalam kehidupan kampus.
Mengakhiri paparannya, Prof. Budi mengajak peserta AUN untuk berkolaborasi bersama dalam mengurangi nilai ecological value dan melaksanakan misi AUN-EEC ini sebaik mungkin karena sebagai seorang peneliti sekaligus aktivis dibidang biologi, Prof. Budi mengarahkan agar setiap aktivitas manusia tidak semata diukur dalam kacamata antroposentris, perlu pemahaman lingkungan dan keseimbangan ekosistem di dalamnya agar semua dapat lestari. (Wiko)