Bogor, 20 Juni 2025 — Mukhlish Jamal Musa Holle, dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, turut serta dalam pelatihan bertajuk CLP & Rufford Training: Leadership & Fundraising for Conservation yang diselenggarakan pada 16–20 Juni 2025 di Novotel Hotel and Resort, Bogor. Kegiatan ini diinisiasi atas dukungan dari Conservation Leadership Program (CLP) dan Rufford Foundation, dengan tujuan memperkuat kapasitas para konservasionis muda di kawasan Asia Tenggara dalam aspek kepemimpinan dan penggalangan dana. Sebanyak 20 peserta dari enam negara—Indonesia, Filipina, Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam—mengikuti pelatihan ini.
Pelatihan difasilitasi oleh dua coach profesional bersertifikasi, yaitu Sarilani Wirawan, M.Si., ACC, ACTC dan Sylvina Savitri, PCC, yang memiliki pengalaman panjang dalam pengembangan kepemimpinan serta latar belakang di bidang konservasi. Berbagai materi strategis disampaikan selama pelatihan, antara lain: Prinsip dan kualitas kepemimpinan efektif, model dan gaya kepemimpinan pribadi, inklusivitas dalam konservasi, analisis dan pengambilan Keputusan, penelitian donor dan manajemen hubungan dengan donor, serta teknik elevator pitch untuk komunikasi proyek secara ringkas dan menarik.
Selain sesi di dalam ruangan, peserta juga melakukan kunjungan lapangan ke Kebun Raya Bogor, yang menjadi lokasi refleksi keterampilan percakapan dan mendengarkan aktif. Dalam kunjungan tersebut, peserta mendapat kesempatan berdialog langsung dengan Rahayu Oktaviani, konservasionis primata asal Indonesia yang meraih penghargaan Whitley Fund for Nature 2025, dan berbagi pengalaman mulai dari mendapatkan hibah Rufford hingga pencapaian internasionalnya.
Dalam refleksinya, Eleanor selaku CLP Programme Officer dari Fauna & Flora menyampaikan, “Kemarin kami menghabiskan waktu seharian di Kebun Raya Bogor untuk merenungkan keterampilan percakapan yang memberdayakan dan mendengarkan secara aktif, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan spesifik menggunakan pendekatan model tumbuh. Para peserta menghabiskan sebagian besar hari secara berpasangan untuk berbincang satu sama lain menggunakan pendekatan ini.”
Mukhlish Jamal menyatakan bahwa pelatihan ini memberikan manfaat tidak hanya dalam konteks pengelolaan proyek konservasi, tetapi juga dalam pengembangan diri secara menyeluruh sebagai seorang pemimpin dan individu. Pelatihan ini menjadi wadah penting untuk membangun jaringan lintas negara sekaligus memperkuat kapasitas generasi muda konservasionis dalam menghadapi tantangan pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan Asia Tenggara.