Seminar Kolaboratif 2025 bertajuk βMenjahit Luka, Membangun Ruang Aman: Bersama Menyembuhkan Kampus dari Traumaβ merupakan kegiatan diskusi dan edukasi yang diselenggarakan oleh Departemen Manajemen Opini Publik BEM Biologi UGM bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Mental BEM UGM dan Kementerian Kajian Strategis Lembaga Eksekutif Mahasiswa FIB UGM. Kegiatan ini dilaksanakan pada Minggu, 30 November 2025, bertempat di Auditorium Biologi Tropika Fakultas Biologi UGM dan terbuka bagi mahasiswa UGM yang memiliki kepedulian terhadap isu kesehatan mental serta keamanan ruang kampus.
Mengusung tema besar tentang pemulihan trauma dan pembangunan ruang aman, seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sivitas akademika mengenai pentingnya rasa aman sebagai hak setiap individu, sekaligus mendorong tumbuhnya empati dan budaya saling menjaga di lingkungan kampus. Melalui kegiatan ini, panitia berharap peserta mampu mengenali bentuk-bentuk kekerasan dan trauma di lingkungan kampus, mengetahui jalur bantuan yang tersedia, serta mengembangkan sikap proaktif untuk menciptakan ruang belajar yang lebih inklusif dan suportif.
Seminar menghadirkan tiga narasumber utama, yaitu Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc. (Dosen Fakultas Biologi UGM), Dr. Suzie Handajani, M.A. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM), dan Prof. Alimatul Qibtiyah, S.Ag., M.Si., Ph.D. (Dosen UIN Sunan Kalijaga), dengan moderator Rima Arvisya Natania Putri selaku peraih nilai terbaik UKBI pada ajang Duta Bahasa DIY 2024. Selama sesi pemaparan, para narasumber membahas dinamika kekerasan dan trauma di kampus dari sudut pandang biologis, budaya, dan gender, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab interaktif yang memberi ruang bagi peserta untuk berbagi pengalaman, mengajukan pertanyaan, dan merumuskan langkah konkret membangun mekanisme dukungan komunitas di kampus.β
Sebagai penutup, panitia mengajak peserta meneguhkan komitmen untuk terus menyuarakan isu kekerasan seksual serta memperjuangkan terbangunnya ruang aman di lingkungan kampus, yang diakhiri dengan sesi dokumentasi bersama narasumber, moderator, dan peserta sebagai pengingat bahwa perubahan budaya kampus yang lebih adil dan manusiawi hanya dapat tercapai melalui gerak kolektif seluruh sivitas akademika, bukan dengan membiarkan korban berjuang sendirian. [Penulis: BEM]





