Rilis Berita
- Tahun 2008 – Prof. Budi menerima penghargaan Insan UGM pertama dalam kategori Modul Pembelajaran Berbasis Riset, yang diserahkan oleh Rektor UGM kala itu, Alm. Prof. Sudjarwadi.
- Tahun 2012 – Penghargaan kedua diberikan pada kategori Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Hasil Riset Terbaik, yang diserahkan oleh Prof. Pratikno sebagai Rektor UGM di Balai Senat UGM.
- Tahun 2020 – Di tengah pandemi COVID-19, Prof. Budi meraih penghargaan ketiga untuk kategori Kerjasama Hasil Riset dan Hilirisasi dengan Industri yang diserahkan oleh Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono.
- Tahun 2024 – Penghargaan keempat diterima dalam kategori Penelitian Terbaik Tema Kedaulatan Pangan, yang disaksikan langsung oleh Rektor UGM, Prof. Ova Emilia.
Pada hari Jum’at, 29 November 2024, Fakultas Biologi UGM mengadakan Kuliah Tamu dengan Tema “Paleoart”. Kuliah tamu tersebut terlaksana melalui kerjasama internal antara dosen dari Laboratorium Sistematika Hewan (SH) serta Laboratorium Struktur dan Perkembangan Hewan (SPH). Bagaimana kuliah tamu dengan tema unik ini bisa terwujud? Awalnya ada undangan yang ditujukan kepada Pak Susilohadi (dosen Laboratorium SPH) untuk menjadi penguji disertasi Mas Ari Dharminalan Rudenko dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta., serta undangan sebagai tamu VIP kepada Donan Satria Yudha (dosen Lab SH) guna menghadiri Pertunjukan Sains-Seni Doktoral “Ghosts of Hell Creek” di ISI Surakarta, tanggal 25 September 2024.
Setelah ujian disertasi dan pertunjukan tersebut, Pak Susilohadi mengundang Mas Ari Rudenko ke Fakultas Biologi UGM untuk berdiskusi dengan dua dosen biologi lain yaitu Pak Donan Satria dan Bu Zuliyati Rohmah. Kedua dosen tersebut memiliki bidang ilmu yang beririsan dengan kajian Mas Ari. Pak Donan dosen pengajar Paleontologi dan Evolusi, serta Bu Zuliyati dosen pengajar Anatomi Hewan. Diskusi dilakukan di cafe biologi, hasil diskusi disepakati Mas Ari menjelaskan mengenai “Paleoart” dalam kuliah tamu bagi mahasiswa di Fakultas Biologi UGM.
Mahasiswa sarjana (S1) Fakultas Biologi UGM mendapatkan materi kuliah wajib Paleontologi dan Evolusi, serta kuliah pilihan Paleozoologi, Paleobotani dan Palinologi, serta Anatomi Hewan. Tetapi materi “gabungan” atau “kolaborasi” antara ilmu pasti dengan seni belum pernah didapatkan dan diketahui oleh para mahasiswa biologi UGM ini. Oleh karena itu, ketiga dosen biologi tersebut berencana memberikan pemahaman dan pandangan baru kepada para mahasiswanya. Akhirnya Kuliah Tamu “Paleoart” ini diumumkan, dan pendaftaran peserta dibuka untuk umum, artinya peserta tidak hanya mahasiswa Biologi UGM saja.
Kuliah Tamu berjudul “Paleoart: Pengumuman Sains Prasejarah Melalui Seni” dilakukan di Auditorium, Fakultas Biologi UGM, pada hari Jum’at, 29 November 2024, pukul 13.00 sd 15.00 WIB. Paparan dilakukan oleh Mas Ari selama kurang lebih 1 jam, dilanjutkan dengan diskusi sekitar 1 jam. Selama paparan, para peserta terutama mahasiswa biologi mendengarkan dengan seksama dan memberikan tepuk tangan. Pada sesi diskusi, banyak pertanyaan menarik dari mahasiswa biologi UGM terkait anatomi, paleontologi dan bagaimana mengkolaborasikannya dengan seni. Kami panitia Kuliah Tamu “Paleoart” beserta mahasiswa Fakultas Biologi UGM berterima kasih kepada Mas Ari Rudenko karena telah memberikan pemahaman dan pandangan baru, terutama kolaborasi indah dan unik terkait bidang ilmu prasejarah, biologi dan seni.
Kegiatan Kuliah Tamu Paleoart ini dapat berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs), terutama di poin ke empat (Quality Education: Pendidikan Berkualitas) dan poin ke tujuh belas (Partnerships for the Goals: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
- Pengambilan citra gambar menggunakan drone.
- Identifikasi potensi badan air tempat nyamuk berkembang biak.
- Validasi peta habitat nyamuk.
- Penanganan badan air menggunakan larvasida.
Bangkok, 19-20 November 2024 – Dalam upaya mengembangkan kapasitas riset farmakogenomik (PGx) di Fakultas Biologi UGM, Training HLA Typing for Pharmacogenomics using Nanopore Sequencing Technology digelar di Siriraj Medical Research Center (SiMR), Fakultas Kedokteran Siriraj Hospital, Mahidol University. Selama dua hari, 3 orang delegasi dari Integrated Genome Factory (IGF) Fakultas Biologi, yaitu Dr. Wiko Arif Wibowo, S.Si.; R. Aditya Aryandi S. S.Si., M.Sc.; dan Adhisa Fathirisari Putri, S.Si. mendalami teknologi aplikasi PGx menggunakan platform Oxford Nanopore Technologies (ONT) yang membuka peluang baru dalam layanan riset dan aplikasi klinis berbasis analisis genomik.
Training tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung rencana pengembangan kerjasama riset bersama berbagai rumah sakit. “Berdasarkan diskursus yang diinisiasi oleh pimpinan Fakultas Biologi dengan Rumah Sakit Akademik UGM, kami berusaha menjawab adanya kebutuhan pengembangan riset dan teknologi layanan klinis yang dapat dimanfaatkan oleh rekan-rekan klinisi, khususnya terkait farmakogenomik” ujar Aditya Aryandi selaku CEO IGF. Aditya juga menekankan bahwa IGF disini terbuka akan kolaborasi dan berperan sebagai hub yang akan membantu preparasi/analisis data, sementara layanan klinis kepada pasien dipegang secara penuh oleh rekan-rekan dokter di Rumah Sakit nantinya.
Training ini selain diikuti oleh tim IGF juga dari mitra pendukung penelitian genomik Indonesia, yaitu YSDS (Yayasan Satriabudi Darma Setia) dengan menyertakan peneliti dari Universitas Brawijaya, Universitas Warmadewa, dan universitas Tanjungpura. Selain itu, dalam kesempatan ini juga diikuti oleh praktisi representatif dari National Institute of Health, Thailand. Kegiatan training dipandu oleh Thidathip Wongsurawat, PhD (Tip), yang merupakan kepala divisi Medical Bionformatics, SiMR, yang telah mengembangkan berbagai prototipe dalam penelitian farmakogenomik menggunakan nanopore di kawasan Asia Tenggara.
Dalam riset farmakogenomik, Human Leukocyte Antigen (HLA) berperan penting sebagai penanda untuk berbagai reaksi pada tubuh manusia, salah satunya adalah reaksi adverse pada obat. Sehingga penting untuk dapat melakukan skrining HLA, dalam rangka menghindari gejala kesalahan penggunaan obat. Hal ini didasari oleh cukup tingginya fenomena alel sensitif HLA pada populasi spesifik Thailand dan Indonesia.
Hari pertama dimulai dengan pengenalan konsep farmakogenomik (PGx) dan metode HLA Typing menggunakan Nanopore Sequencing. Para peserta berlatih langsung dalam mempersiapkan sampel hingga tahap sekuensing. Di penghujung hari, peserta diminta untuk mempersiapkan gawai yang digunakan untuk dapat melakukan analisis bioinformatika, yang diawali dengan pengenalan operasi Linux dan Docker. Berlanjut pada hari kedua, fokus beralih ke aplikasi praktis. Hasil sekuensing pada hari pertama digunakan secara langsung untuk HLA-typing. Diawali dengan pengenalan perangkat lunak B-STAR (B*), dan juga dilengkapi dengan tahapan analisis manual mulai dari pengaturan variant calling menggunakan EPI2ME, serta teknik bioinformatika lain untuk mendapatkan genotipe. Acara ditutup dengan sesi interpretasi data, mendapatkan insight lansung dengan representatif NIH Thailand, yang membuka wawasan tentang cara memanfaatkan data genomik untuk mendukung keputusan klinis.
Training ini tidak hanya bertujuan untuk melatih dan melihat kondisi terkini HLA Typing, tetapi juga untuk membuka kerjasama dan surveillance antarnegara, yang mana mendukung Sustainable Development Goals (SDG)s point 3: Good Health and Well-Being dan SDG point 9: Industry, Innovation and Infrastructure. “Training ini adalah ajang berbagi pengetahuan dan dukungan antar kolega. Dengan peserta dari Indonesia dan pakar dari DMSC, NIH Thailand, kami berharap teknologi Nanopore dapat semakin diaplikasikan di kedua negara. Ini adalah pengalaman yang sangat kolaboratif dan menyenangkan,” ujar Thidathip Wongsurawat yang akrab disapa Tip. Hasil dari training ini lebih dari sekadar pemahaman teknologi. Jejaring yang terbentuk menjadi modal penting untuk mendorong kolaborasi riset lintas negara, khususnya dalam mempercepat implementasi farmakogenomik di Indonesia. Dengan antusiasme yang terlihat sepanjang acara, peserta diharapkan memiliki semangat baru untuk menerapkan teknologi Nanopore dalam memperkuat riset secara jangka panjang di masa yang akan datang.(Dr. Wiko Arif Wibowo, S. Si)