Arsip:
SDG 12 : Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Bangkok, Thailand – Dr. Luthfi Nurhidayat dan Dr. Tri Rini Nuringtyas, dosen dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), berpartisipasi dalam The 2025 Asian Conference on Fish Models for Diseases yang berlangsung pada 17–19 Februari 2025 di Bangkok, Thailand. Konferensi ini dihadiri oleh ilmuwan ternama dari berbagai negara yang menggunakan ikan sebagai model penelitian dalam studi penyakit.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Luthfi Nurhidayat memberikan presentasi berjudul “Indonesia’s Native Fish: From Aquaculture Towards Biomedical Research”. Beliau memaparkan potensi ikan wader pari (Rasbora lateristriata), yang awalnya diteliti untuk keperluan akuakultur, sebagai hewan model dalam penelitian penyakit. Dr. Luthfi menyoroti bahwa Indonesia memiliki banyak senyawa alami yang telah dikarakterisasi dan berpotensi sebagai obat, namun masih kurang diuji karena keterbatasan penggunaan mencit atau tikus sebagai hewan model. Ikan wader pari memiliki keunggulan seperti perkembangan embrio yang lebih cepat dibandingkan dengan zebrafish, daya tahan terhadap suhu hangat, serta telah digunakan dalam pengujian beberapa senyawa alam.
Sementara itu, Dr. Tri Rini Nuringtyas mempresentasikan penelitiannya dalam format flash poster dengan judul “Antidiabetic Potential of Gyrinops versteegii Agarwood Leaf Extract in Zebrafish Models”. Beliau menjelaskan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak daun agarwood memiliki potensi sebagai agen antidiabetes, yang diuji menggunakan model zebrafish.
Keikutsertaan para dosen Fakultas Biologi UGM dalam konferensi ini merupakan bagian dari upaya mendukung pencapaian Sustainable Development Goal (SDG) nomor 3, yaitu Good Health and Well-being. Partisipasi ini tidak hanya memperkuat peran Indonesia dalam penelitian biomedis berbasis ikan, tetapi juga membuka peluang kolaborasi dengan ilmuwan internasional dalam pengembangan model ikan untuk riset kesehatan.
Sabtu, 30 November 2024, Tim ‘GAMA AYAM’ telah melaksanakan kegiatan Sosialisasi Pengembangan Mesin Penetas dan Budidaya Ayam Petelur Lokal “Mahar”. Kegiatan yang dilaksanakan di Sawit Sari, Caturtunggal, Yogyakarta ini bertujuan sebagai sarana pemberdayaan masyarakat melalui agribisnis, memberikan pengetahuan praktis tentang teknologi penetasan telur, dan manajemen budidaya ayam petelur lokal. Ayam petelur lokal “Mahar” dipilih karena memiliki potensi unggul dalam adaptasi lingkungan, produktivitas, serta nilai ekonomis yang menjanjikan bagi usaha kecil menengah. Ibu-ibu dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi, Mrican antusias mengikuti kegiatan dengan aktif berdiskusi dan menyimak pematerian.
Kegiatan ini dipandu oleh Dian Sartika dan Prananda Imammuddin Dzaki sebagai Master of Ceremony. Setelah itu, pematerian diberikan oleh Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M. Agr. Sc. mengenai penelitian ayam lokal dan budidaya ayam ‘Mahar’. Kegiatan pematerian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab dipenuhi partisipasi aktif ibu – ibu KWT Srikandi, Mrican. Setelah sesi tanya jawab, partisipan aktif menyimak pematerian yang diberikan oleh Bapak Wangdi Wusono tentang mesin penetas telur dan teknis pengoperasiannya. Sebagai umpan balik dari pematerian yang diberikan oleh narasumber, partisipan antusias mengajukan pertanyaan ketika sesi tanya jawab. Berikutnya, kegiatan dilanjutkan dengan sesi istirahat yang meriah diiringi ice breaking dan pembagian doorprize. Setelah itu, partisipan yang hadir diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kandang Gama Ayam dan melihat koleksi ayam ‘Mahar’ untuk pengenalan lebih lanjut secara langsung. Seluruh rangkaian kegiatan diakhiri dengan sesi dokumentasi dan makan siang bersama. Adapun kegiatan ini juga turut mendukung tercapainya poin ke-8 SDG’s tentang pertumbuhan ekonomi serta poin ke-12 tentang pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan [Penulis: Gama Ayam].
Keberhasilan implementasi hasil penelitian kembali digagas oleh Fakultas Biologi UGM melalui kerjasama dengan KAGAMA Kalimantan Timur– diwakili oleh Drs. Lalu Fauzul Idhi. Implementasi tersebut berupa perbanyakan populasi ayam kampung ‘MAHAR’ di salah satu area penyangga IKN Nusantara, yaitu Balikpapan. Perbanyakan atau budidaya ayam kampung ‘MAHAR’ meliputi koleksi telur, penetasan, perawatan & pembesaran, dan seleksi indukan. Ayam kampung ‘MAHAR’ sendiri mulanya dikembangkan di Stasiun Penelitian Sawitsari dan menjadi objek penelitian Tim Riset GAMA AYAM dibawah bimbingan Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.. Melalui kegiatan ini, ayam kampung ‘MAHAR’ diproyeksikan dapat menjadi strain ayam petelur kampung unggulan untuk mencukupi kebutuhan telur di masa mendatang. Selain bersama dengan KAGAMA Kalimantan Timur, kegiatan ini juga melibatkan peternak ayam lokal sebagai pelaku aktif budidaya ayam kampung ‘MAHAR’ di Balikpapan. Salah satu mitra kami, Bapak Sultan (bersama rekannya), telah berhasil membudidayakan ayam ini hingga mencapai puluhan, bahkan ratusan, dalam waktu singkat di Balikpapan. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mencapai swasembada telur dan kemandirian penyediaan stok ayam petelur di Indonesia.
Kegiatan budidaya ayam kampung ‘MAHAR’ di Balikpapan dilanjutkan dengan kunjungan dan studi banding Tim Riset GAMA AYAM ke pusat budidaya ayam kampung ‘MAHAR’ di Balikpapan. Kunjungan tersebut dilakukan pada Rabu, 12 Februari 2024, dan diwakili oleh Prananda Imammuddin Dzaki, Yusuf Febrianta, serta Prof. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., sebagai Kepala Tim Riset GAMA AYAM. Kunjungan ini berisi controlling dan sharing terkait perkembangan ayam kampung ‘MAHAR’ di Balikpapan. Controlling yang dilakukan seperti pengamatan homogenitas dan variasi genetik populasi ayam kampung ‘MAHAR’ yang diperbanyak. Sharing yang dilakukan berkaitan dengan kematangan seksual dan keberhasilan penetasan beberapa batch ayam kampung ‘MAHAR’ di Balikpapan. Rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menegaskan komitmen Fakultas Biologi UGM bersama KAGAMA Kalimantan Timur serta peternak lokal dalam mempopulerkan ayam kampung ‘MAHAR’ sebagai strain petelur asli Indonesia.
Inisiasi kegiatan perbanyakan ayam kampung ‘MAHAR’ di salah satu area penyangga IKN Nusantara merupakan implementasi dari beberapa poin dalam sustainable development goals (SDGs). Poin – poin tersebut meliputi poin 8: pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, poin 11: kota dan komunitas yang berkelanjutan, serta poin 17: kemitraan untuk mencapai tujuan. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi diimplementasikan dalam budidaya ayam kampung ‘MAHAR’ untuk menghasilkan daging dan telur ayam kampung yang dapat diperjualbelikan. Kota dan komunitas yang berkelanjutan diimplementasikan melalui partisipasi peternak lokal untuk mendukung swasembada telur. Kemitraan untuk mencapai tujuan diimplementasikan melalui kerjasama yang dibangun dengan KAGAMA Kalimantan Timur dengan penuh komitmen. Implementasi poin – poin SDGs tersebut diharapkan dapat membawa dampak positif bagi Indonesia
Mengapa Wacana Konsesi Tambang untuk Kampus Harus Ditolak?
JAKARTA – Wacana konsesi tambang untuk kampus melalui revisi UU 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba) mesti ditolak. Lewat wacana itu, pemegang otoritas berupaya menggerus independensi kampus sebagai institusi pendidikan yang berorientasi pada tridharma.
“Saya melihat upaya untuk membuat kampus terintegrasi dalam sistem pasar semakin telanjang. Independensi kampus sebagai institusi yang bekerja untuk ilmu pengetahuan bisa tercerabut,” kata Ilham Majid, dosen Fakultas Hukum Universitas Musamus, saat Diskusi Publik “Timang Tambang Kampusku Sayang” yang digelar Bakul Pemimpi secara virtual, Sabtu, 8/2/2025.
Ilham mengatakan, rencana perguruan tinggi mendapat wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) memperlihatkan semangat liberalisasi ekonomi dalam sistem pendidikan tinggi. Kebijakan ini mendorong kampus melakukan aktivitas tambang kendati melahirkan dampak negatif. Artinya, kepentingan ekonomi menjadi prioritas, sedangkan dampak tambang urusan belakang.
“Kampus seyogianya menjadi benteng moral dan intelektualitas, bukan jadi alat negara untuk mencuci praktik-praktik buruk industri ekstraktif,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Tata Kasmiati, dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Sulawesi Barat. Menurutnya, pengelolaan tambang oleh kampus melenceng dari tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tata menyatakan, saat ini, akademisi menghadapi beban administratif yang cukup besar. Jika kampus menambah beban kerja baru berupa aktivitas tambang, maka ini bukan hanya di luar kewajaran, tetapi dapat menciptakan ketimpangan dan ketidakadilan dalam struktur akademik. Beban kerja akademisi yang meningkat akan mengurangi fokus pada tugas utama, yakni mendidik dan meneliti.
Selain itu, bisa melahirkan ketimpangan gender dalam dunia akademik. Sebab, sektor pertambangan merupakan industri yang didominasi oleh laki-laki. Kemudian, peran sebagai pengawas independen akan hilang bila kampus menjadi bagian dari pelaku tambang. “Kewajiban kampus bukan mengapitalisasi pendidikan, tapi bagaimana membuat pendidikan menjadi acceptable bagi semua orang,” kata Tata.
Suka atau tidak, lanjut Tata, tambang adalah bisnis yang tidak bersih. Posisi kampus adalah bagaimana memproduksi pengetahuan dan teknologi untuk mereduksi efek negatif dari aktivitas tambang. Bukan sebaliknya, menjadi agen baru untuk memperluas perusakan. “Kalau kampus mengelola tambang berarti ia pelaku. Padahal, kalau terjadi sesuatu, yang menjadi ahli untuk menilai adalah orang-orang di universitas,” ujarnya.
Zulfatun Mahmudah, komunikasi publik perusahaan tambang, mengatakan, sektor pertambangan membutuhkan modal awal yang sangat besar. Sebagai gambaran, PT Kaltim Prima Coal menghabiskan USD 570 juta dalam tahap konstruksi awalnya, atau sekitar Rp10 triliun dengan kurs saat ini. Bila kampus mengelola tambang, maka hanya ada dua pilihan. Pertama, melibatkan pihak ketiga, berarti memberi hak konsesi kepada investor dan kampus menerima fee, namun hilang kendali penuh atas tambang. Kedua, kampus harus mencari pinjaman, yang berarti harus ada aset sebagai jaminan. Risiko lain yang akan dihadapi kampus adalah kehancuran reputasi. Kampus bisa dianggap tidak independen karena tersandera kepentingan bisnis. Kampus akan kehilangan kredibilitas akademik akibat konflik kepentingan.
“Kampus bisa dianggap menyimpang dari tujuan awalnya sebagai institusi pendidikan dan penelitian. Apakah kampus benar-benar akan mendapatkan keuntungan dari tambang? Atau justru akan merusak reputasinya?” ucap Zulfatun.
Pelemahan Perlawanan
Dalam pandangan Ilham, polemik soal izin tambang untuk kampus merupakan perang posisi atau perang wacana. Mengutip Gramsci, perang posisi untuk pencapaian hegemoni. Perang ini dilakukan pada tingkat masyarakat sipil. “Pada satu sisi, ada wacana konsesi tambang yang harus disukseskan. Pada sisi lain, banyak resistensi terhadap praktik-praktik tambang yang memang terbukti merusak lingkungan. Lalu, dimunculkanlah wacana tandingan bahwa mereka yang punya tradisi moralitas dan intelektualitas terlibat pengelolaan tambang. Ini kan meredam kritik dan perlawanan masyarakat,” ujarnya.
Menurut Ilham, isu mengenai izin tambang bagi kampus merupakan bentuk desentralisasi pengelolaan tambang. Pengelolaan tambang yang semula terpusat kini diserahkan kepada aktor-aktor subnasional, seperti ormas dan perguruan tinggi. Secara psikologis, upaya itu agar isu tambang bisa diterima oleh khalayak. Sebab, dalam banyak kasus, persoalan tambang cenderung diwarnai konflik, baik vertikal maupun horizontal. “Kelas penguasa melihat bahwa gerakan sosial dimotori kelas menengah. Untuk mengurangi resistensi itu, maka dibangunlah wacana tandingan bahwa kampus mengelola tambang,” kata dia.
Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Akbar Reza sepakat dengan pandangan Ilham. Bila diperhatikan, isu soal izin kelola tambang untuk kampus seperti tes ombak. Lempar dahulu wacananya untuk melihat respons masyarakat sipil, lalu pemerintah akan mengambil sikap. “Ini disebut viral-based policy, kebijakan yang berbasis sifatnya viral. Itulah mengapa diskusi-diskusi seperti ini sangat penting untuk menjaga kompas diri bahwa ruang ini bukan sekadar intelektual, tapi juga spiritual,” ujarnya.
Hal lain yang meresahkan, sambung Reza, sivitas akademika menjadi tameng untuk legitimasi moral atau intelektual. Ketika kampus terlibat pengelolaan tambang, maka yang dibutukan bukan hanya kapital, tapi juga kompetensi. Kenyataannya, tidak semua akademisi memiliki kompetensi mengelola tambang.
“Akhirnya, hanya kampus yang punya kapital dan jaringan yang akan mendapat WIUP. Lalu, bagaimana dengan kampus-kampus yang punya akses terbatas? Ya, tetap diadu antara sipil dengan sipil,” kata Reza.
Sejalan dengan pandangan Ilham dan Reza, ahli Hukum Tata Negara Universitas Andalas Feri Amsari menyatakan, izin tambang bagi perguruan tinggi bukan sekadar bisnis, tetapi mencerminkan nafsu manusia yang berupaya memecah belah kampus. Kampus yang seharusnya menjadi ruang pengkritik terhadap perilaku negara, kini dijadikan target untuk dipecah belah. Fenomena ini mirip dengan upaya membelah ormas, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Awalnya berbasis keadaban, tetapi kemudian terdorong ke arah perhitungan ekonomi. Kampus kini berada dalam ancaman serupa, di mana berbagai kepentingan berupaya mengarahkan institusi akademik ke ranah keuntungan bisnis tambang yang berimplikasi pada fragmentasi internal.
Saat ini, wacana yang berkembang di dalam kampus bukan lagi soal bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi bagaimana cara mengekstraksi kekayaan alam. Hal ini mengubah esensi kampus sebagai tempat pembelajaran menjadi sekadar alat untuk meraup keuntungan. “Kampus-kampus dan organisasi akademik harus bersatu. Gerakan ini perlu dikonsolidasikan agar lebih efektif dalam menekan penguasa untuk mencabut kebijakan terkait konsesi tambang bagi kampus,” ujar Feri.(*)
Informasi lebih lanjut maupun pertanyaan seputar siaran sila menghubungi bakulpemimpi@gmail.com.
——————————
Bakul Pemimpi adalah forum pegiat sosial dengan latar belakang beragam. Berisi anak-anak muda dari Aceh sampai Merauke, Bakul Pemimpi ingin menjadi katalisator bagi perubahan positif di masyarakat. Kami percaya bahwa mimpi adalah langkah awal mencapai tujuan.
Fakultas Biologi UGM telah bekerjasama dengan School of Engineering the University of Edinburgh selama beberapa tahun terakhir. Kerjasama ini telah dirintis oleh Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc., (Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama dan Alumni) terutama dengan Dr. Parvez Alam. Kali ini, kerjasama yang dilakukan berupa Necrorobotic dari rangka hewan biawak. Pada bulan September 2024 lalu, Pak Parvez, dengan dua mahasiswanya yaitu Leo Foulds dan Nadia Ditta datang dan bekerja di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM guna mempelajari mengenai kerangka reptil terutama biawak dan ular. Leo dan Nadia adalah dua mahasiswa master degree School of Engineering the University of Edinburgh.
Pak Donan Satria Yudha, M.Sc. yang merupakan dosen Laboratorium Sistematika Hewan memberikan informasi terkait cara bergerak reptil, taksonomi, edonomi dan anatomi reptil. Selain Pak Donan, ada Pak FX Sugiyo Pranoto, S.Si. (Pak Frans) dari Museum Biologi UGM, beberapa mahasiswa serta WD Kerjasama memfasilitasi penelitian tersebut. Mahasiswa yang membantu pada periode pertama kegiatan adalah: Rashif Naufal Andika, S.Si., Ananto Puradi Nainggolan, S.Si., Maula Haqul Dafa, S.Pd., Arkanniti Dibyawedha Adisajjana dan Afif Fatah Rizki.
Pak Donan Satria Yudha, M.Sc. yang merupakan dosen Laboratorium Sistematika Hewan memberikan informasi terkait cara bergerak reptil, taksonomi, edonomi dan anatomi reptil. Selain Pak Donan, ada Pak FX Sugiyo Pranoto, S.Si. (Pak Frans) dari Museum Biologi UGM, beberapa mahasiswa serta WD Kerjasama memfasilitasi penelitian tersebut. Mahasiswa yang membantu pada periode pertama kegiatan adalah: Rashif Naufal Andika, S.Si., Ananto Puradi Nainggolan, S.Si., Maula Haqul Dafa, S.Pd., Arkanniti Dibyawedha Adisajjana dan Afif Fatah Rizki.
Pak Parvez dan kedua mahasiswanya berada di Laboratorium Sistematika Hewan selama 2 minggu. Aktivitas yang dilakukan Pak Parvez adalah mempelajari pergerakan biawak dengan merekam biawak dewasa hidup saat berjalan. Leo mempelajari mekanika tulang biawak dan melakukan CT Scan rangka biawak, untuk dibuat cetakan rangkanya dan akan dipasang mesin robot saat kembali ke Edinburgh. Nadia mempelajari tulang hyoid burung, ular dan biawak untuk studinya.
Pada pertengahan Januari 2025, Pak Parvez menghubungi Pak Eko Agus Suyono selaku WD Kerjasama dan Pak Donan guna menunjukkan video yang berisi rekaman cetakan rangka biawak yang dapat berjalan setelah dipasang mesin (necrorobot). Selanjutnya pada akhir Januari 2025, Pak Parvez datang kembali ke Fakultas Biologi UGM untuk merangkai mesin robot tersebut di kerangka biawak asli. Kali ini, Pak Parvez berada di Laboratorium Sistematika Hewan selama satu minggu, mulai dari tanggal 22 hingga 30 Januari 2025. Selama merangkai mesin robot pada rangka biawak asli, selain dibantu oleh Pak Donan Satria Yudha, ia juga dibantu oleh Pak Frans dari Museum Biologi serta beberapa mahasiswa seperti: Maula Haqul Dafa, Ananto Puradi Nainggolan, Anthera Al Firdaus Prissandi, Intan Luthfianawati dan Salman Ali Nazar.
Kegiatan merangkai robot pada kerangka biawak asli tidaklah mudah, cukup rumit dan berbeda dari rangka cetakan. Setelah tiga hari, Pak Parvez dan kami akhirnya berhasil menyusun necrorobot biawak yang dapat bergerak sederhana. Hasil ini sangat melegakan, mengingat perbedaan bahan, komposisi serta struktur antara cetakan dengan tulang aslinya. Setelah itu, necrorobot biawak terutama mesinnya yang terpasang, dihibahkan oleh Pak Parvez ke Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM, agar dapat menjadi pembelajaran baru bagi dosen dan para mahasiswa umumnya. Pak Parvez juga mengajari kami, bagaimana cara menjalankan pogram agar necrorobot tersebut dapat berjalan. Kegiatan mempelajari dan merangkai necrorobot dari rangka biawak ini merupakan pengetahuan yang baru bagi kami di Fakultas Biologi UGM.
Kegiatan belajar dan merangkai necrorobot dari rangka biawak ini dapat berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs), terutama di poin ke empat (Quality Education: Pendidikan Bermutu), poin ke lima belas (Life on Lands: Ekosistem Daratan) serta poin ke tujuh belas (Partnerships for the Goals: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
Jakarta, 30 Januari 2025 – Ganies Riza Aristya, S.Si., M.Sc., Ph.D., peneliti dan sekaligus dosen dari Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil meraih hibah penelitian dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) dalam kategori Science and Technology Research Grant (STRG) tahun 2025. Hibah ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap proposal penelitian inovatifnya yang berfokus pada pengembangan bioteknologi yeast untuk produksi energi berbasis lipid yang berkelanjutan dari Rhodotorula glutinis.
Ganies merupakan salah satu dari 18 penerima hibah STRG-ITSF secara nasional tahun 2025 dengan penelitian yang berjudul “Yeast Bioengineering for Sustainable Lipid-Based Energy Production from Rhodotorula glutinis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan mikroorganisme dalam produksi bioenergi sebagai alternatif sumber energi terbarukan. Dengan pendekatan rekayasa genetika, proyek ini diharapkan dapat memberikan solusi inovatif dalam pengurangan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil serta mendukung transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Hibah ini merupakan bagian dari komitmen ITSF dalam mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, yang telah berlangsung selama 31 tahun sejak didirikan oleh Toray Industries, Inc. Jepang. “Saya merasa sangat terhormat dan bersyukur mendapatkan hibah penelitian ini. Dukungan dari ITSF akan sangat membantu dalam pengembangan riset yang saya lakukan, terutama dalam mendorong pemanfaatan mikroorganisme sebagai sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan,” ujar Ganies Riza Aristya.
Upacara penghargaan ITSF ke-31 diselenggarakan di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, pada 30 Januari 2025. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Ketua ITSF Dr. Laksana Tri Handoko, Chairman Toray Industries, Inc. Jepang Akihiro Nikkaku, serta perwakilan dari pemerintah Indonesia dan akademisi terkemuka.
Pencapaian ini semakin memperkuat peran Fakultas Biologi UGM dalam mendorong inovasi berbasis riset untuk menjawab tantangan global, khususnya dalam bidang energi terbarukan dan bioteknologi industri. Penelitian ini berkontribusi langsung terhadap implementasi Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau, dengan mengembangkan bioenergi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, melalui pendekatan bioteknologi untuk pemanfaatan sumber daya hayati secara efisien, dan SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menekan emisi karbon. Keberhasilan ini semakin memperkuat posisi Fakultas Biologi UGM dalam mendorong inovasi berbasis riset yang tidak hanya berdampak secara ilmiah, tetapi juga memberikan solusi nyata bagi tantangan global terkait energi dan lingkungan.
Fakultas Biologi UGM telah melaksanakan wisuda periode II TA. 2024/2025 di Auditorium Biologi Tropika pada Rabu, 23 Januari 2025. Wisuda kali ini dihadiri oleh 23 wisudawan/wisudawati serta orang tua/wali wisudawan. Acara dimulai pukul 13.15 WIB diawali dengan Tarian Zapin oleh saudari Eria dan … Kemudian, upacara wisuda dibuka oleh Dekan Fakultas Biologi Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Gadjah Mada, dan Mars Fakultas Biologi.
Selanjutnya terdapat laporan wisudawan oleh Kepala Program Studi Doktor Biologi oleh Prof. Dr. Endah Retnaningrum, S.Si., M.Eng. Dalam laporannya beliau menyampaikan bahwa terdapat 23 wisudawan/wisudawati yang diluluskan periode ini, dengan rincian 21 wisudawan program magister dan 2 wisudawan program doktor. Rerata IPK wisudawan program magister sebesar 3.86 dan rerata masa studi selama dua tahun sembilan bulan. IPK tertinggi sebesar 3.98 diraih oleh saudari Amelia Nurma Hidayah, S.Si., M.Sc. Sementara itu, IPK tertinggi dari program doktor sebesar 4.00 diraih oleh saudari Dr. Siti Mukhlishoh Setyawati, S.SI., M.Si. Pada periode ini, wisudawan/wisudawati berasal dari 14 provinsi di Indonesia.
Acara berikutnya adalah pembacaan hasil kelulusan wisudawan/wati. Sambutan wakil wisudawan/wisudawati disampaikan oleh Amelia Nurma Hidayah, S.Si., M.Sc. Beliau menyampaikan syukur dan terimakasih untuk orang tua, dosen, segenap civitas akademik, dan teman-teman seperjuangan serta mengingatkan kepada para wisudawan/wisudawati lainnya untuk tetap semangat, seperti setiap eksperimen yang telah dilakukan, baik berhasil ataupun gagal, hal itu dapat membentuk diri menjadi lebih baik. Sambutan dari perwakilan orang tua disampaikan oleh ibunda dari wisudawati Amelia Nurma Hidayah, S.Si., M.Sc., yaitu Ibu Siti Nurmawati, S.Pd. Beliau turut menyampaikan ucapan terima kasih terhadap para dosen dan segenap civitas akademik yang telah mendukung dalam proses pembelajaran. Ibu Siti Nurmawati juga menyampaikan pesan bahwa tidak ada batasan dalam bermimpi, keberhasilan yang didapat saat ini oleh para wisudawan adalah buah kerja keras mereka dan bimbingan dari para dosen.
Adapun acara berikutnya adalah penyematan pin tanda keanggotaan Keluarga Alumni Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (KABIOGAMA). Penyematan pin dipimpin oleh Wakil Dekan bidang P2MKSA Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc. kepada perwakilan wisudawan/wati, saudari Dr. Siti Mukhlishoh Setyawati, S.Si., M.Si. dan saudari Yessy Ratna Siwie, S.Pd., M.Sc. serta diikuti oleh wisudawan/wisudawati lainnya.
Acara berikutnya yaitu sambutan Dekan Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. Dalam sambutannya, beliau mengucapkan bahwa manusia yang sukses yaitu manusia yang paling banyak manfaatnya untuk masyarakat. Lulusan Biologi UGM dapat memiliki peluang untuk berperan di berbagai aspek karena segala bidang berbasis lingkungan dan keberlanjutan. Beliau menutup sambutan dengan ucapan terima kasih kepada panitia yang telah turut menyukseskan acara wisuda kali ini. Beliau juga menyampaikan pesan kepada wisudawan/wati semoga semakin sukses kedepannya. Menjelang akhir acara, terdapat penyerahan kenang-kenangan dari wisudawan/wisudawati yang diwakili oleh wisudawan Hapiz Al-Khairi, S.Si., M.Sc. kepada Dekan. Sebelum acara berakhir, terdapat pembacaan doa oleh Bapak Sumarno, M.Sc. Acara kemudian ditutup oleh Dekan dan dilanjutkan dengan foto bersama wisudawan/wisudawati dengan pengurus fakultas.
Senin, 23 Januari 2025, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar workshop bertajuk “Rencana Induk Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Biologi Tahun 2025”. Acara ini berlangsung dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB di Gedung Auditorium Fakultas Biologi UGM.
Workshop ini dipimpin langsung oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc. Dalam pembukaannya, Dr. Eko menekankan pentingnya Fakultas Biologi untuk terus berkontribusi di kancah global. “Kunci untuk menjadi bagian dari dunia global adalah komunikasi dan kolaborasi. Kita juga harus terus mengikuti perkembangan dunia yang dinamis,” ujarnya.
Acara ini dihadiri oleh Dekan, Wakil Dekan, seluruh Kepala Laboratorium, serta Tim Dosen Penyusun Rencana Induk Penelitian dan Rencana Induk Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Biologi UGM. Materi yang dibahas dalam workshop meliputi dasar-dasar penyusunan rencana induk, roadmap, landasan pengembangan, tujuan dan sasaran pelaksanaan, program strategis, serta target capaian kinerja yang ditetapkan untuk tahun 2024-2028.
Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., turut memberikan arahannya. Dalam pesannya, Prof. Budi menggarisbawahi pentingnya fokus pada target capaian dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki. “Kita harus fokus pada target capaian dan memastikan pengelolaan yang optimal terhadap apa yang kita miliki,” ungkapnya.
Workshop ini bertujuan untuk menyusun rencana strategis Fakultas Biologi UGM dalam lima tahun ke depan, sejalan dengan visi dan misi universitas. Dengan adanya rencana induk ini, Fakultas Biologi diharapkan mampu meningkatkan kontribusinya dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menorehkan prestasi membanggakan. Matakuliah Genetika Fakultas Biologi berhasil meraih posisi Top 5 dalam daftar Popular Course di platform pembelajaran daring eLOK UGM tahun 2024. Bahkan, prestasi ini semakin spesial karena Matakuliah Genetika dinobatkan sebagai peringkat pertama pada kategori tersebut.
Prestasi ini dihasilkan berkat dedikasi dan kerjasama tim pengampu matakuliah yang terus berinovasi untuk memberikan pengalaman belajar terbaik bagi mahasiswa. “Kami sangat bersyukur Matakuliah Genetika berhasil mencapai peringkat pertama sebagai top 5 course di platform eLOK UGM tahun 2024. Hal ini merupakan hasil kerja keras seluruh dosen pengampu”, ujar Ganies Riza A., S.Si., M.Sc., Ph.D.,.
Salah satu kunci keberhasilan Matakuliah Genetika adalah penerapan metode belajar yang inovatif dan interaktif.”Setiap minggunya, mahasiswa diajak aktif mengikuti kuis di eLOK UGM setiap hari Selasa selama perkuliahan berlangsung” ungkap Prof. Dr. Dra. Tuty Arisuryanti, M.Sc., yang merupakan koor matakuliah Genetika Fakultas Biologi UGM dan didukung oleh tenaga pengajar lainnya yaitu Prof. Dr. Niken Satuti Nur Handayani, M.Sc., Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., dan Ganies Riza A., S.Si., M.Sc., Ph.D. yang secara konsisten selalu menambah materi dan kuis baru setiap minggunya pada platform eLOK UGM.
Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., Dekan Fakultas Biologi sekaligus salah satu dosen pengampu Matakuliah Genetika, turut menyampaikan apresiasinya atas pencapaian ini.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur Matakuliah Genetika dapat masuk ke dalam Top 5 Popular Course di eLOK UGM, bahkan meraih peringkat pertama. Prestasi ini mencerminkan komitmen Fakultas Biologi dalam menghadirkan pembelajaran berkualitas tinggi,” ungkap Prof. Budi.
Dengan prestasi ini, Fakultas Biologi UGM berharap dapat terus meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi pembelajaran daring. Keberhasilan ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi matakuliah lain untuk terus berinovasi dalam mendukung mahasiswa mencapai potensi terbaik mereka.
Hal ini selaras dengan mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 12 : Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, SDG 16 : Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh Pembanguan Berkelanjutan, dan SDG 17 : Kemitraan untuk Mencapai Tujuan SDGs.
Jakarta, 13 Desember 2024 – Kabar membanggakan kembali datang dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., Dekan Fakultas Biologi UGM, berhasil meraih penghargaan Anugerah Gold Academic Leader 2024 untuk Bidang Sains dalam ajang bergengsi Anugerah Diktisaintek 2024 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Acara penganugerahan berlangsung di Graha Diktisaintek, Gedung D Lantai 2, Jakarta, pada Jumat 13 Desember 2024, dan dihadiri oleh akademisi, peneliti, serta pemangku kebijakan nasional. Dalam acara tersebut, penghargaan ini diterima oleh Dr. Slamet Widiyanto, S.Si., M.Sc., Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia Fakultas Biologi UGM, yang hadir mewakili Prof. Budi karena beliau sedang melaksanakan tugas kunjungan kerja sama di Eropa.
Pada kesempatan kali ini Prof Budi menjadi salah satu dari dua penerima penghargaan yang mewakili UGM. Pencapaian ini tidak hanya mengukuhkan reputasi UGM sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi unggulan, tetapi juga menunjukkan komitmen UGM dalam mencetak pemimpin akademik berdaya saing global.
Penghargaan ini diberikan berkat karya inovasi unggulan Prof. Budi yang berjudul “Karakterisasi Genetik dan Potensi Bioprospeksi ‘Gama Melon Parfum’ sebagai Bahan Baku Kosmetik”. Penelitian ini berhasil mengeksplorasi potensi melon lokal melalui pendekatan bioteknologi modern, menciptakan peluang baru bagi industri kosmetik ramah lingkungan berbasis bahan alam. Gama Melon Parfum tidak hanya menjadi simbol inovasi ilmiah, tetapi juga upaya pelestarian biodiversitas Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu, karya Prof. Budi memainkan peran penting dalam mempromosikan praktik pertanian inovatif yang tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan.
Inovasi ini turut mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) dimana mendorong produksi kosmetik berbasis bahan alami yang berkelanjutan dan meminimalkan dampak lingkungan, serta SDGs 15 (Ekosistem Darat) dengan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia melalui pemanfaatan tanaman lokal seperti melon parfum.
Sebagai akademisi dengan reputasi nasional dan internasional, Prof. Budi memiliki rekam jejak ilmiah yang menginspirasi. Beliau telah mengantongi 5 hak paten, 1 merek dagang, dan 22 hak cipta dari berbagai inovasi yang dikembangkan. Selain itu, kontribusi ilmiahnya juga diakui secara global dengan H-Indeks Scopus 11 dan Google Scholar 20.
Selain Prof. Budi, UGM juga diwakili oleh satu akademisi lain yang berhasil meraih penghargaan pada kategori berbeda. Pencapaian ini semakin menegaskan kiprah UGM sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang konsisten mendukung pengembangan riset dan inovasi. Tidak hanya itu, penghargaan ini semakin memperkuat posisi UGM sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang terus melahirkan pemimpin-pemimpin akademik dengan kontribusi nyata bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Anugerah Diktisaintek 2024 tidak hanya menjadi ajang apresiasi bagi akademisi berprestasi, tetapi juga merupakan bagian dari upaya mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 4 tentang Pendidikan Berkualitas. Acara ini juga mendorong percepatan riset, inovasi, dan kolaborasi pendidikan yang berdampak luas bagi kesejahteraan bangsa serta peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Dengan penghargaan ini, Prof. Budi berharap lebih banyak peneliti muda Indonesia akan terdorong untuk berani berkarya dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai solusi inovatif untuk tantangan global di masa depan.