Tim ConQ-r Mi! yang terafiliasi dengan iGEM UGM berhasil menorehkan prestasi tingkat nasional dengan meraih Juara 1 dan memperoleh penghargaan Gold Medal dalam ajang Bioinformatics and Synthetic Biology Competition (BIOS) 2022. Prestasi tersebut berhasil diraih oleh Ulfah Nur Azizah dan Adhelia Intan Sabhira yang merupakan mahasiswa Biologi angkatan 2020 serta I Made Rhamandana Putra (Fakultas Farmasi, 2019), Nadya Lela Ainika (Fakultas Farmasi, 2019), dan Farrel Alfaza Marsetyo (Fakultas KKMK, 2021) di bawah bimbingan Dr.rer.nat. Abdul Rahman Siregar, S.Si., M.Biotech. Selain itu, tim tersebut juga mendapatkan bimbingan dari Dr. Med. dr. Indwiani Astuti, Imam Bagus Nugroho, M. Sc., dan Pamungkas Bagus Satriyo, Ph.D.
BIOS Competition merupakan kompetisi bioinformatika dan biologi sintetik yang diselenggarakan oleh Synbio.id. Kompetisi ini bertujuan untuk memberikan solusi dari berbagai permasalahan lokal melalui pendekatan Bioinformatika dan Biologi Sintetik. Trek/subtema yang dapat diangkat dalam kompetisi ini meliputi diagnostik, energi, lingkungan, pangan dan nutrisi, serta obat-obatan/terapi kesehatan. Terdapat serangkaian tahapan seleksi dalam kompetisi ini, meliputi submisi abstrak, seleksi administratif, submisi elevator pitch, riset dan pengisian JOGL, submisi laporan dan poster penelitian, seleksi babak final, presentasi project, dan diakhiri dengan final showcase berupa presentasi tim yang lolos dalam 3 besar. Kompetisi ini berlangsung dari 22 Mei 2022 hingga 11 Desember 2022 yang ditutup dengan kegiatan Synbiotechfest.
Melalui BIOS Competition ini, tim ConQ-r Mi! mengangkat judul “Desain Drug Delivery System Bakteriofag Qβ dalam Terapi Triple Negative Breast Cancer (TNBC) Menggunakan Anti-miRNA 105/93-3p”. Penelitian tersbeut dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kanker payudara di Indonesia menempati posisi pertama tingkat insidensi tertinggi (16,6%), posisi kedua kasus kematian tertinggi (9,6%), serta prevalensi lima tahunan tertinggi sebanyak 148,11/100.000 kasus. Triple negative breast cancer (TNBC) dipilih karena tidak memiliki reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PgR), serta ekspresi HER-2 negatif berlebih. Sejauh ini, pengobatan pada TNBC dilakukan dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Namun, TNBC tidak memiliki target terapi yang jelas dan bersifat resisten terhadap kemoterapi sehingga memiliki prognosis yang sangat buruk. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektivitas terapeutik dan mengoptimalkan pengobatan TNBC saat ini, digunakan drug delivery system tertarget yang membawa agen terapi menuju lokasi TNBC. Maka dari itu, pada penelitian ini didesain bakteriofag Qβ rekombinan sebagai drug delivery system yang mampu menarget miRNA 105/93-3p sebagai biomarker TNBC dan mengekspresikan antibodi yang diinginkan untuk meningkatkan spesifisitas target. Hasil penelitian secara in silico tersebut menunjukkan bakteriofag Qβ rekombinan dengan linker anti-EGFR cetuximab memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi terapi TNBC. Namun, diperlukan penelitian in vitro dan in vivo lebih lanjut untuk memastikan efikasi terapi dan rendemen hasil produksi. Inovasi pengembangan drug delivery system tersebut juga menunjukkan partisipasi tim dalam pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs) terutama dalam pengembangan riset dan pendidikan (SDG 4) melalui inovasi yang sesuai perkembangan ilmu pengetahuan yang juga berdampak jangka panjang dalam peningkatan kualitas kesehatan (SDG 3) terutama terapi kanker. Kolaborasi yang dilakukan oleh tim tentunya menunjukkan kerja sama yang baik (SDG 17) diperlukan dalam perwujudan suatu tujuan, dalam hal ini pengembangan riset bioinformatik tersebut.
Dengan adanya kompetisi ini, tim berharap dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam penemuan obat TNBC. Selain itu, tim juga berharap dengan mengikuti kompetisi ini dapat memberikan dorongan dan motivasi para mahasiswa yang tertarik di bidang bioinformatika dan biologi sintesis untuk mengembangkan ide dan gagasannya guna menjawab isu permasalahan di sekitarnya. [UNA]