Kanker kolon merupakan kanker yang berasal dari bagian terpanjang usus besar. Insidensi kanker kolon berada di peringkat 3 dunia dan diperkirakan pada tahun 2040 akan mengalami peningkatan kasus sebesar 63%. Namun, pengobatan kanker kolon saat ini yang meliputi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi cenderung menimbulkan toksisitas yang tinggi dan hasil yang kurang memuaskan. Saat ini, pengembangan pengobatan kanker kolon yang lebih aman dengan efek samping minimum masih menjadi tantangan.
Permasalahan tersebut membuat 5 mahasiswa UGM yang tergabung dalam Tim PKM-RE yang lolos PIMNAS 2023, yaitu Atikah Nurunnissa’, Anisa Dewi Rahayu, Lathief Al Umami, Ilma Tazkiya, dan Dwi Ardyan Syah Mustofa dari Fakultas Biologi dengan dosen pendamping Woro Anindito Sri Tunjung, S.Si., M.Sc., Ph.D. melakukan eksplorasi bahan alam sebagai obat kanker kolon yang lebih aman.
Anisa menjelaskan bahwa nanas merupakan salah satu buah yang banyak ditemukan di Indonesia. Bahkan, Indonesia termasuk negara nomor empat penghasil buah nanas terbesar di dunia. Bagian bonggol, kulit, dan mahkota nanas menyumbang 50% dari berat total buah nanas. Padahal, bagian tersebut mengandung senyawa golongan fenolik, terpenoid, serta enzim bromelain yang berpotensi sebagai antikanker.
Pengaplikasian bonggol, kulit, dan mahkota nanas untuk antikanker dilakukan melalui proses fermentasi untuk memecah senyawa kompleks menjadi senyawa turunan. Rhizopus.oryzae digunakan sebagai starter fermentasi untuk meningkatkan nilai dan kandungan senyawa antikanker, khususnya antikanker kolon. Keberhasilan proses fermentasi, terbukti menghasilkan senyawa turunan antikanker yang lebih spesifik. [Penulis: Anisa Dewi Rahayu]