Semburat mendung datang perlahan
Hadirkan cemas di dalam sanubari
Meski hujan deras akhirnya mengguyur jalanan
Semangat pengabdian tetap jalan menuju Desa Wukirsari
Dibarengi dengan turunnya hujan pada hari Jumat 1 November 2024, tim Pengabdian kepada Masyarakat Program Desa Mitra Wukirsari melaksanakan agenda terakhir dari rangkaian kegiatan Program Desa Mitra Fakultas Biologi UGM tahun 2024. Kegiatan kali ini yaitu penyampaian mengenai pemanfaatan kompos dan pupuk cair untuk tanaman TOGA. Secara berkesinambungan, pertemuan hari ini adalah bentuk aplikasi dari pemanfaatan hasil yang telah diperoleh dari kegiatan awal Program Desa Mitra Wukirsari terkait pembuatan kompos dan pupuk organik cair. Acara dibuka oleh Prof. Rina Sri Kasiamdari, S.Si., Ph.D. dan dilanjutkan dengan pemaparan konten oleh Dr. Wiko Arif Wibowo, S.Si.
“TOGA yang merupakan tanaman obat keluarga yang sebenarnya sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama sebagai keperluan memasak di dapur” tutur Pak Wiko di awal presentasinya kepada 31 ibu-ibu PKK Wukirsari yang hadir. Berbagai empon-emponan (kunyit, jahe, kencur, dan lainnya), sereh, dan daun salam, termasuk ke dalam contoh TOGA yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Berbagai resep, tergantung tujuan pemanfaatan, dapat divariasikan dengan tambahan bahan lainnya seperti perasan jeruk nipis, lemon, dan madu, misalnya menggunakan campuran jeruk nipis, jahe, dan madu untuk mengatasi batuk pilek; kunyit untuk demam atau diare; sereh dan madu untuk batu empedu. Selain langsung meminum hasil perasannya, TOGA juga dapat dikonsumsi dengan direbus terlebih dahulu.
Di pedesaan yang mungkin masih memiliki pelataran yang luas, TOGA dapat ditanam langsung di tanah tanpa menggunakan pot atau polybag. “Kompos dapat ditambahkan ke dalam media tanam dengan perbandingan yang sama. Berbeda dengan pupuk organik cair yang sebaiknya terlebih dahulu ditambahkan air sehingga konsentrasinya tidak terlalu pekat, misal perbandingan 1:10” papar Pak Wiko.
Setelah penyampaian mengenai topik TOGA, kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan cara pemanenan mikroalga Spirulina yang telah dibudidayakan pada pertemuan sebelumnya. Dibantu oleh empat orang mahasiswa yaitu Tia Erfianti, Renata Adaranyssa Egistha Putri, Seisha Salsabila Rosandi, dan Abdurrahman Muhammad Fikri Rasdi, disampaikan proses pemanenan mikroalga yang dimulai dengan penyaringan, pengeringan, penghalusan (menjadi bubuk), dan pengemasan. Secara bersama-sama, peserta ibu-ibu PKK menyaring Spirulina dari beberapa galon kultur yang ada. Hasil yang telah saring kemudian dikeringkan dengan dijemur di bawah terik matahari atau menggunakan oven sehingga diperoleh bentuk lembaran kering. Bentuk ini dapat dikonsumsi langsung atau dapat juga dibuat menjadi bubuk menggunakan blender. Banyaknya produk yang diperoleh sangat tergantung dengan kepekatan atau banyaknya jumlah mikroalga dalam kultur. Semakin berwarna hijau pekat kebiruan maka akan diperoleh hasil yang lebih banyak. Dalam setiap sesi hari ini selalu dibarengi dengan diskusi dan tanya jawab dengan para peserta. Sesi kuis berhadiah doorprize dengan menjawab pertanyaan menjadikan suasana semakin ramai dan seru.
Setelah penyampaian mengenai topik TOGA, kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan cara pemanenan mikroalga Spirulina yang telah dibudidayakan pada pertemuan sebelumnya. Dibantu oleh empat orang mahasiswa yaitu Tia Erfianti, Renata Adaranyssa Egistha Putri, Seisha Salsabila Rosandi, dan Abdurrahman Muhammad Fikri Rasdi, disampaikan proses pemanenan mikroalga yang dimulai dengan penyaringan, pengeringan, penghalusan (menjadi bubuk), dan pengemasan. Secara bersama-sama, peserta ibu-ibu PKK menyaring Spirulina dari beberapa galon kultur yang ada. Hasil yang telah saring kemudian dikeringkan dengan dijemur di bawah terik matahari atau menggunakan oven sehingga diperoleh bentuk lembaran kering. Bentuk ini dapat dikonsumsi langsung atau dapat juga dibuat menjadi bubuk menggunakan blender. Banyaknya produk yang diperoleh sangat tergantung dengan kepekatan atau banyaknya jumlah mikroalga dalam kultur. Semakin berwarna hijau pekat kebiruan maka akan diperoleh hasil yang lebih banyak. Dalam setiap sesi hari ini selalu dibarengi dengan diskusi dan tanya jawab dengan para peserta. Sesi kuis berhadiah doorprize dengan menjawab pertanyaan menjadikan suasana semakin ramai dan seru.
Pada pertemuan hari ini juga disampaikan berbagai TOGA dari tim dosen Program Desa Mitra Wukirsari yang dihadiri oleh Prof. Dr. Diah Rachmawati, S.Si., M.Si., Dr. Maryani, M.Sc., Ibu Utaminingsih, S.Si., M.Sc., Ibu Novita Yustinadiar, S.Si., M.Si., dan Dr. Siti Nurbaiti. Tanaman sirih, sereh, salam, kunyit pandan, binahong, serta berbagai jenis jeruk meliputi jeruk lemon, limau, peras, dan purut dengan total 10 jenis tanaman dengan jumlah 68 tanaman diberikan kepada ibu-ibu PKK Wukirsari yang hadir. Di momen penutupan yang dipandu oleh Dr. Maryani, M.Sc., Tim dosen dan ibu-ibu PKK Wukirsari saling menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan kebersamaan selama Program Desa Mitra yang telah berjalan. Kedepannya semoga dapat terjalin kembali kegiatan lainnya. Tentunya diharapkan kegiatan hari ini dapat menambah wawasan masyarakat dan kebermanfaatan yang lebih luas, serta mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia yaitu SDG 2 – Tanpa Kelaparan (Zero Hunger), SDG 3 – Kehidupan Sehat dan Sejahtera (Good Health and Well-being), SDG 12 – Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (Responsible Consumption and Production), dan SDG 15 – Ekosistem Darat (Life on Land).