Yogyakarta, 23 April 2025 — Integrated Genome Factory (IGF) secara resmi membuka rangkaian mini workshop IGF Primers – Back to Basic dengan sesi Plenary Talkshow bertajuk A Day in the Life of a Bioinformatician pada Kamis (17/4) di Auditorium Fakultas Biologi UGM. Acara ini diikuti oleh sekitar seratus peserta dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, peneliti, dosen, hingga siswa SMA yang ingin memahami lebih dalam tentang profesi bioinformatikawan. Talkshow dikemas dalam diskusi interaktif, membahas seputar dinamika, tantangan karier, dan prospek bioinformatika di Indonesia.
Prof. Dr. Bambang Retnoaji, M.Sc. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Biologi UGM membuka acara dengan menekankan pentingnya kesiapan kurikulum pendidikan tinggi untuk menghadapi era data-intensive genomics dan perlunya sinergi antara akademisi dan industri dalam menghadapi era genomik berbasis data. Turut hadir pula Erlina VF Ratu selaku Pembina Yayasan Satriabudi Dharma Setia yang telah memberikan dukungan besar terhadap pengembangan fasilitas riset genomik melalui CSR dari Panin Bank, termasuk pengadaan mesin next-generation sequencing yang kini dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan riset, pelatihan, dan juga jasa layanan sequencing.
Talkshow ini menghadirkan tiga pembicara: Dr. Luthfi Nurhidayat, M.Sc. (Dosen, Fakultas Biologi UGM), Alim El Hakim, S.Si. (Asisten Riset Bioinformatika, FKKMK UGM), dan Adhisa Fathirisari Putri, S.Si. (Bioinformatikawan, IGF), yang berbagi pengalaman tentang profesi bioinformatikawan. Dr. Luthfi membahas peran bioinformatika dalam riset pendidikan tinggi saat ini, Alim menjelaskan aplikasinya dalam riset kedokteran molekuler dan diagnostik klinis, sementara Adhisa mengulas tantangan unik di sektor industri melalui perjalanan kariernya.
“Melalui acara ini, kami ingin mengedukasi banyak orang, terutama mahasiswa, bahwa bioinformatika bukan bidang yang eksklusif—semua bisa belajar dan berkarier di sini, asal punya keinginan dan lingkungan yang mendukung,” ujar Matin Nuhamunada, M.Sc., Ph.D., selaku CTO IGF dan juga moderator acara. Diskusi berlangsung hidup dengan pertanyaan dari peserta yang menggali berbagai aspek, mulai dari pentingnya latar belakang biologi hingga keterampilan teknis seperti scripting dan data visualization yang kini wajib dikuasai.
Bioinformatika berperan penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam bidang kesehatan yang baik dan kesejahteraan (SDGs 3), serta pendidikan berkualitas (SDGs 4). Dengan memajukan riset dan teknologi dalam bioinformatika, diagnosis dan pengobatan penyakit dapat ditingkatkan serta kapasitas pendidikan tinggi dapat diperkuat supaya mampu menghasilkan tenaga ahli yang siap menghadapi tantangan global.
Acara ini menandai dibukanya rangkaian IGF Primers – Back to Basic yang akan dilanjutkan dengan tiga sesi hands-on workshop pada 25 April, 2 Mei, dan 9 Mei 2025. Seluruh kegiatan bertujuan memberikan pelatihan dasar yang aplikatif dalam pengolahan dan analisis data genomik dan OMICs dengan mengadopsi kurikulum data carpentry yang disesuaikan dengan konteks kebutuhan riset bioinformatika di Indonesia. [MN/FAA]