• UGM
  • Portal Simaster
  • IT Center
  • Webmail
  • KOBI
  • Bahasa Indonesia
    • English
  • Informasi Publik
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Biologi
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi, Misi & Tujuan
    • Organisasi
    • Staff
      • Tenaga Pendidik
      • Tenaga Kependidikan
      • Kepakaran dan Topik Riset Dosen
    • Fasilitas
      • Laboratorium
      • Kebun Biologi
      • Perpustakaan
      • Museum Biologi
      • Konsultasi Kesehatan Mental
    • Galeri
      • Gedung Fakultas
      • Museum Biologi
      • Penelitian
      • Gama Melon
  • Akademik
    • Program Sarjana
      • Visi, Misi, dan Tujuan
      • Matakuliah S1
      • Pendaftaran Skripsi
      • Pendaftaran Ujian Skripsi
      • Pendaftaran Yudisium
      • Pendaftaran Wisuda
      • Klaim MK Ekstrakurikuler
    • IUP
    • Program Profesi
      • Apa itu PKKH ?
      • Sejarah Pendirian Program Studi PKKH
      • Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Program Studi PKKH
      • Kompetensi Lulusan Program Studi PKKH
      • Bahan Kajian dan Profil Lulusan Program Studi PKKH
      • Kurikulum Program Studi PKKH
      • Pendaftaran Mahasiswa Baru PKKH
      • Informasi dan FAQ Program Studi PKKH
    • Program Magister
      • Deskripsi Program Magister Biologi
      • Mata Kuliah S2
      • Struktur Kurikulum Program Magister
      • Info Pendaftaran
      • PENDAFTARAN UJIAN KOMPREHENSIF
      • Pendaftaran Ujian Tesis
      • pendaftaran yudisium
      • Pendaftaran Wisuda
      • Tracer Study
    • Program Doktor
      • Visi, Misi, Tujuan, & Sasaran Program Doktor Biologi
      • Kurikulum Program Doktor
      • Info Pendaftaran
      • Pendaftaran Ujian Komprehensif
    • Akreditasi dan Jaminan Mutu
  • PENELITIAN & PENGGABDIAN
    • Pengelolaan Sampah
  • Kerja Sama
  • Alumni
    • Berita Alumni
    • BCADC (Web Alumni)
    • Data Kabiogama Pascasarjana
    • Data Kabiogama Sarjana
  • Beranda
  • SDG 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak
  • SDG 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak
Arsip:

SDG 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak

Kolaborasi Mahasiswa Pascasarjana Biologi UGM dalam Youth Leadership Camp for Climate Crisis 2025 Pemuda Bergerak untuk Pangan Laut dan Aksi Iklim Berbasis Komunitas

Kegiatan MahasiswaRilis Berita Selasa, 15 Juli 2025

Yogyakarta, 14 Juli 2025 — Blue Food Camp 2025, sebuah program pelatihan kepemimpinan muda berbasis ekologi dan komunitas, telah sukses diselenggarakan pada 11–13 Juli 2025 di Kalurahan Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini mempertemukan 35 mahasiswa terpilih dari berbagai kampus serta 7 pemuda lokal, dalam bootcamp selama 3 hari 2 malam untuk memperkuat kapasitas menghadapi krisis iklim melalui pendekatan blue food system.


Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP) Biologi UGM, Kelompok Studi Kelautan Biologi UGM, Arah Pangan Indonesia, Climate Reality Indonesia, Departemen Sosiologi dan Social Research Center (SOREC) Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Climateworks Centre Indonesia. Dalam pelaksanaannya, KMP Biologi UGM berperan aktif sebagai ketua pelaksana (Apriliawati, S.Si.), fasilitator lapangan (Tika Permatasari, S.Pd dan Adelfiani, S. Pd), dan panitia pada agenda Diskusi Publik (Nur Ervina Febrianti, S.Pd, dan Ratih Dewianti, S.Pd)

Dimulai dengan Diskusi Multistakeholder: FGD “Blue Food as a Climate Solution”

Sebagai rangkaian awal, telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Blue Food as a Climate Solution” pada 4 Juni 2025 di Auditorium FISIPOL UGM. FGD ini bertujuan menggali potensi, tantangan, dan arah kebijakan terkait pangan laut berkelanjutan dalam kerangka keistimewaan Yogyakarta dan krisis iklim.

FGD ini melibatkan aktor dari berbagai sektor:

  • Prof. Luky Adrianto dari Lembaga Riset Internasional Kemaritiman, Kelautan dan Perikanan (LRI i-MAR) IPB University
  • Fina Itriyati, Ph.D. (Wakil Dekan FISIPOL UGM)
  • Bahari Susilo, S.Pi., M.S.E. (Dinas Kelautan & Perikanan DIY)
  • Multistakeholder yaitu dari perwakilan Paniradya Keistimewaan DIY, Ulu-ulu Kalurahan Sidoharjo, Ketua Nelayan Gunungkidul, LSM, pelaku UMKM pesisir, dan akademisi kelautan

Diskusi menghasilkan berbagai perspektif yang memperkuat perencanaan dan substansi Blue Food Camp, terutama dalam memosisikan pemuda dan komunitas lokal sebagai pusat transformasi.

Rangkaian Blue Food Camp

Peserta mengikuti rangkaian pembelajaran berbasis pengalaman yang menyatukan pendekatan ilmiah, sosial, dan lokal:

Hari 1 – 11 Juli 2025

  • Sesi pembekalan: Ocean Leadership, Collaborative Action, Stakeholder Engagement
  • Perjalanan ke Kalurahan Sidoharjo
  • Anjangsana dan interaksi komunitas

Hari 2 – 12 Juli 2025

  • Studi sosial: Desa Maritim Sidoharjo
  • Studi ekologi: Pantai Slili–Sundak
  • Penugasan aksi individu dan refleksi malam keakraban

Hari 3 – 13 Juli 2025

  • Penyusunan dan presentasi Rencana Aksi
  • Evaluasi dan penutupan kegiatan

Kontribusi KMP Biologi UGM

Sebagai mitra kolaboratif, KMP Biologi UGM berperan aktif dalam:

  • Penyusunan desain program berbasis pengetahuan lokal dan ekologis
  • Penyediaan mentor lapangan dari bidang konservasi dan studi pesisir
  • Fasilitasi refleksi peserta dan rencana tindak lanjut aksi pasca-camp

Keterlibatan ini menjadi wujud peran strategis mahasiswa pascasarjana dalam advokasi iklim dan pemberdayaan komunitas pesisir.

Dampak dan Tujuan

Blue Food Camp 2025 mendukung:

  • Peningkatan kapasitas pemuda sebagai agen perubahan
  • Penguatan jejaring pemuda dan perempuan untuk pembangunan ekonomi biru
  • Pemajuan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), seperti:
    • SDG 4: Pendidikan Berkualitas
    • SDG 13: Aksi Iklim
    • SDG 14: Ekosistem Laut
    • SDG 17: Kemitraan untuk Tujuan

 

Penutup

Dengan semangat kolaborasi, Blue Food Camp 2025 menunjukkan bahwa pelibatan lintas sektor, khususnya pemuda dan komunitas, menjadi kunci menciptakan solusi iklim yang adil dan kontekstual. Partisipasi aktif KMP Biologi UGM memperkuat posisi mahasiswa sebagai aktor strategis dalam gerakan perubahan, dari kampus hingga pesisir.

Narahubung: 081367522447 Divisi Kajian Strategis dan Keilmuan KMP
📧 Email: apriliawati2001@mail.ugm.ac.id
📲 Instagram: @kmpfabiogama

Angkat Inovasi Pipa Air Sehat, Mahasiswa Biologi Raih Juara 3 Kompetisi Esai Nasional

Kegiatan MahasiswaPrestasi Rabu, 9 Juli 2025

Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dalam kompetisi Essai Nasional Agrithon 2025 yang berlangsung pada 21 Juni 2025 yang diselenggarakan oleh IAAS Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam ajang yang diikuti oleh peserta dari berbagai kampus, tim UGM berhasil menyabet Juara 3 dalam kategori Inovation Technology Essay.

Tim terdiri dari Ikhlasul Amal, Hafizh Wahyu Sukmawan, Zikra Fataha Al Mutansir. Mereka mempresentasikan sebuah aplikasi teknologi inovatif bernama PIPAS (Pipa Air Sehat), sebuah integrasi 2 alat yang dirancang untuk menjembatani bidang agrikultur, zero waste, dan pengelolaan limbah untuk dimanfaatkan kembali. Pengelolaan sampah rumah tangga di Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan, terutama di daerah perkotaan. Meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga berkontribusi terhadap masalah lingkungan, sosial, dan kesehatan masyarakat. Berbagai strategi dan kebijakan telah diterapkan untuk mengatasi masalah ini, tetapi efektivitasnya bervariasi di setiap daerah.

Hadirnya PIPAS (Pipa Air Sehat) menunjukan kebaruan inovasi dengan pemanfaatan Limbah Rumah Tangga dengan karakteristik limbah cair & padatan terlihat dari sisa makanan seperti butiran nasi, potongan sayur dan buah, maupun lauk dalam ukuran kecil serta Pencucian alat makan dengan deterjen dengan bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Teknologi Pengolahan Limbah menggunakan Biofilter sederhana dengan media: sabut kelapa, biochar bentuk arang, gabus, pasir, kerikil kecil. Sistem paralon modifikasi untuk distribusi air limbah terfilter dalam ukuran paralon vertikal awal dengan diameter lebih besar dibandingkan diameter paralon vertikal akhir. Saringan, Katup Pemisah dan penahan, untuk memisahkan jenis pengolahan limbah, kemudian pompa untuk mendorong air menuju ke irigasi hidroponik Metode pengomposan wadah yang dapat ditutup dan  dibuka secara manual yang diisi oleh media mikroorganisme dekomposer. yang bekerja secara sinergis untuk mempercepat dekomposisi bahan organik menjadi pupuk cair. Penerapan PIPAS dilakukan pada penempatan wastafel yang menempel pada dinding, dengan berseberangan langsung pada bagian luar bangunan rumah, kemudia pemasangan alat dapat dilakukan dengan integrasi komponen untuk menjadi pengairan tanaman hidroponik. Masyarakat mikro dalam ruang rumah tangga dapat menerima kebermanfaatan dengan menerapkan PIPAS dengan bijak.

Agrithon 2025 menjadi media bagi generasi muda untuk menghadirkan solusi nyata atas tantangan ketahanan pangan. Kompetisi ini digelar oleh International Association of Students in Agricultural and Related Sciences Universitas Gadjah Mada. Capaian ini mempertegas peran aktif mahasiswa Fakultas Biologi UGM dalam menghadirkan inovasi berbasis ilmu hayat dan teknologi untuk menjawab tantangan agrikultur berkelanjutan. [Penulis: Ikhlasul Amal]

Mengikuti Jejak L.B. Holthuis, Dosen Fakultas Biologi UGM Deskripsikan Tujuh Spesies Lobster Air Tawar Endemik Papua

Rilis Berita Senin, 16 Juni 2025

Di tengah hamparan hutan hujan Papua yang masih alami, tersembunyi kekayaan hayati yang belum sepenuhnya terungkap. Bagi para peneliti krustasea, perairan sungai dan danau di pulau ini adalah harta karun ilmiah yang terus memanggil untuk dieksplorasi.


Lebih dari 50 tahun setelah maestro biologi krustasea dunia, Lipke Bijdeley Holthuis (1921 – 2008), menggambarkan puluhan spesies lobster air tawar di berbagai belahan dunia, tim peneliti masa kini kembali melanjutkan pencarian itu.

Dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan secara online di jurnal Arthropoda (MDPI) pada 6 Juni 2025, peneliti Christian Lukhaup (Peneliti Independen – Jerman), Rury Eprilurahman (Universitas Gadjah Mada – Indonesia), dan Thomas von Rintelen (Museum für Naturkunde, Berlin – Jerman) berhasil mendeskripsikan tujuh spesies baru lobster air tawar dari genus Cherax yang seluruhnya endemik di kawasan perairan Papua Barat.

Papua memiliki keanekaragaman lobster air tawar terbesar di dunia untuk familia Parastacidae, tapi ironisnya, masih banyak yang belum terdeskripsikan secara ilmiah. Tim peneliti memiliki tujuan memperkuat dasar taksonomi yang valid, sekaligus mendorong perlindungan bagi spesies-spesies ini yang makin rentan, terutama di Tengah ancaman di berbagai bidang.

Temuan Baru dari Sungai-Sungai Tersembunyi Papua

Ketujuh spesies baru yang berhasil dideskripsikan masing-masing berasal dari wilayah yang berbeda di Papua Barat:

  1. Cherax veritas — Pulau Misool, Raja Ampat
  2. Cherax arguni and Cherax kaimana — Wilayah Kaimana Utara
  3. Cherax nigli — Wilayah Kaimana Selatan
  4. Cherax bomberai — Fakfak
  5. Cherax farhadii and Cherax doberai — Teluk Bintuni

Setiap spesies memperlihatkan ciri morfologi yang unik. Mulai dari bentuk capit (chelae) yang beragam, panjang dan bentuk rostrum (moncong), perbedaan warna tubuh yang mencolok, hingga proporsi tubuh secara keseluruhan.

“Spesies-spesies ini dapat dengan jelas dibedakan satu sama lain, baik secara morfologi maupun genetik,” tulis tim peneliti dalam publikasinya.

DNA Mengungkap Garis Keturunan

Untuk memperkuat temuan, tim juga melakukan analisis DNA mitokondria menggunakan fragmen 16S.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ketujuh spesies baru memiliki garis keturunan genetik yang jelas terpisah, mendukung keabsahan deskripsi sebagai spesies yang berbeda.

Hal ini menjadi penting, karena secara visual kadang ada spesies yang tampak mirip. Tanpa analisis molekuler, kita berisiko salah menafsirkan hubungan antar spesies. Dengan pendekatan kombinasi morfologi klasik dan genetika molekuler, tim peneliti memastikan bahwa penamaan spesies dilakukan secara ilmiah dan bertanggung jawab.

Perdagangan Lobster Hias Jadi Pintu Masuk Penelitian

Salah satu sisi menarik dari studi ini adalah bagaimana sebagian spesimen justru diperoleh dari jalur perdagangan lobster hias.

Banyak spesimen yang pertama kali muncul di pasar hobi akuarium di Eropa atau Jakarta. Mulai dari situ, tim melacak asal-usulnya, mencari kontak di Papua, hingga akhirnya bisa mendapatkan informasi habitat alaminya.

Meskipun bukan cara ideal, jalur ini kadang menjadi petunjuk awal bagi peneliti tentang keberadaan spesies yang belum tercatat secara formal. Namun, tim peneliti menegaskan bahwa proses pengambilan data di lapangan dilakukan secara beretika dan sesuai izin konservasi yang berlaku.

Penting untuk Konservasi Air Tawar Papua

Penemuan ini tidak hanya penting dari sisi ilmu taksonomi, tetapi juga memiliki implikasi konservasi yang signifikan.

Papua Barat merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati air tawar dunia. Namun, ekosistem air tawar di kawasan ini menghadapi ancaman dari:

  • deforestasi,
  • aktivitas pertambangan,
  • pembangunan infrastruktur, dan
  • perdagangan spesies liar.

Dengan memperkuat basis data spesies, temuan ini diharapkan bisa membantu perencanaan konservasi yang lebih tepat.

Rury menyampaikan, “Kalau kita tidak tahu spesies apa yang ada di suatu wilayah, bagaimana kita bisa melindunginya?”

“Dengan pengetahuan ini, kita bisa mendorong pengelolaan habitat yang lebih berkelanjutan.”

Masih Banyak yang Belum Terungkap

Meski tujuh spesies baru telah berhasil dideskripsikan, para peneliti meyakini bahwa daftar keanekaragaman Cherax Papua masih jauh dari lengkap.

Rury menyatakan bahwa Papua itu luar biasa luas. Banyak sungai, danau, dan sistem gua yang belum pernah diteliti. “Di masa depan, saya yakin kita akan menemukan lebih banyak spesies baru.” tambahnya.

Penelitian sebelumnya oleh tim yang sama juga telah mendeskripsikan spesies lain seperti:

  • Cherax warsamsonicus (2017)
  • Cherax alyciae dan Cherax mosessalossa (2018)
  • Cherax wagenknechtae (2022)
  • Cherax rayko dan Cherax phing (2024)

Hal ini memperkuat posisi Papua sebagai hotspot global untuk keanekaragaman lobster air tawar.

Jejak Holthuis yang Terus Dilanjutkan

Sejak Holthuis mempelopori studi lobster air tawar dunia di pertengahan abad ke-20, perkembangan teknologi seperti Next Generation Sequencing (NGS) dan kemajuan dalam sistematika molekuler memungkinkan ilmuwan masa kini untuk melihat detail yang dulu tidak terlihat.

Namun, lapangan tetap menjadi kunci.

“Tidak ada pengganti untuk eksplorasi langsung di alam,” ujar Rury.
“Papua masih menyimpan banyak misteri, dan kami baru menyentuh permukaannya.”

Dengan kombinasi kerja lapangan, kolaborasi global, dan pendekatan ilmiah yang ketat, para peneliti masa kini — mengikuti jejak L.B. Holthuis — terus membuka lembaran baru dalam pemahaman kita tentang kekayaan hayati air tawar Indonesia.

Penemuan tujuh spesies lobster air tawar endemik baru di Papua mendukung beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 15 (Kehidupan di Darat) dengan berkontribusi pada pelestarian keanekaragaman hayati dan menyoroti pentingnya ekosistem air tawar. Penelitian ini juga sejalan dengan SDG 14 (Kehidupan di Bawah Air) melalui perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati perairan darat, serta SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dengan menyediakan data dasar yang penting untuk menilai kerentanan ekosistem terhadap perubahan iklim. Selain itu, studi ini mencerminkan SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) melalui penerapan metode ilmiah modern dalam taksonomi, dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kolaborasi antara peneliti internasional dan institusi lokal.

Referensi:

Lukhaup C., Eprilurahman R., von Rintelen T. (2025). Seven New Species of Crayfish of the Genus Cherax (Crustacea, Decapoda, Parastacidae) from Western New Guinea, Indonesia Arthropoda 3(2):10. https://www.mdpi.com/2813-3323/3/2/10

Dukung Swasembada Pangan dengan Inovasi Biochar Three In One Berbasis Limbah Tebu, Tim Mahasiswa Fakultas Biologi dan Pertanian Raih Juara 2 pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Agriculture 2025

Kegiatan MahasiswaPrestasi Kamis, 12 Juni 2025

Tim dari Fakultas Biologi dan Pertanian yang beranggotakan Nelly Astiana Napitupulu (Biologi 2022), Puspita Nur Rahmawati (Biologi 2022), dan Yunita (Agronomi 2022) berhasil meraih Juara 2 pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Agriculture 2025 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Agroteknologi, Universitas Riau pada 23 Mei 2025 dengan tema “Inovasi Pertanian dan Teknologi: Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Keberlanjutan Lingkungan”. Kolaborasi tim ini dibimbing oleh dosen Fakultas Biologi, yaitu Ibu Dr. Dwi Umi Siswanti dengan judul karya tulis “ Inovasi Biochar Three In One Dari Limbah Tebu untuk Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dalam Mendukung Swasembada Pangan 2030”.


Inovasi ini dilatarbelakangi adanya tantangan serius dalam bidang pertanian dan lingkungan, khususnya terkait dengan pencemaran tanah akibat akumulasi limbah industri serta penurunan produktivitas lahan pertanian akibat praktik budidaya yang tidak berkelanjutan. Berbagai sektor industri, seperti gula dan kelapa sawit, menghasilkan limbah padat maupun cair yang belum termanfaatkan secara optimal, padahal mengandung potensi bahan organik dan nutrien tinggi. Sayangnya, limbah-limbah ini juga berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan karena mengandung senyawa toksik seperti H₂S dan amonia serta unsur hara seperti nitrogen dan fosfor yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Di sisi lain, penggunaan pupuk kimia secara masif dalam sistem pertanian telah terbukti menurunkan kualitas tanah dan efisiensi serapan nutrien oleh tanaman, serta berdampak buruk bagi ekosistem jangka panjang.

Menjawab permasalahan tersebut, lahirlah inovasi Biochar Three in One yang menawarkan pendekatan holistik dan berkelanjutan dalam pengelolaan limbah serta perbaikan kualitas tanah. Inovasi ini menggabungkan tiga elemen utama dalam satu formula terpadu: limbah tebu sebagai bahan dasar biochar berpori tinggi, mikroorganisme pendegradasi polutan sebagai agen bioremediasi, dan pupuk organik cair sebagai sumber nutrien yang dapat langsung diserap tanaman. Proses aktivasi biochar menggunakan asam fosfat (H₃PO₄) menjadikannya mampu menahan dan melepaskan unsur hara secara perlahan selama berbulan-bulan, sekaligus memperbaiki kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan ketersediaan fosfor, dan menstimulasi aktivitas mikroba tanah yang menguntungkan.

Penerapan Biochar Three in One telah menunjukkan dampak positif di lahan perkebunan kelapa sawit, terutama dalam peningkatan hasil tandan buah segar (TBS), perbaikan struktur tanah, dan pengurangan kebutuhan pupuk kimia yang selama ini hanya diserap sekitar 30–40% oleh tanaman. Selain itu, biochar ini berperan sebagai agen remediasi yang efektif terhadap tanah tercemar, karena porositasnya yang tinggi memungkinkan adsorpsi senyawa berbahaya serta menyediakan mikrohabitat bagi mikroorganisme pembersih polutan. Inovasi ini menjawab kelemahan biochar konvensional yang selama ini dinilai belum optimal dalam aspek bioremediasi dan pelepasan nutrisi.

Lebih jauh lagi, Biochar Three in One tidak hanya menjawab kebutuhan jangka pendek dalam meningkatkan produktivitas lahan dan pengelolaan limbah industri, tetapi juga menjadi fondasi bagi pembangunan sistem pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim. Inovasi ini mendukung agenda nasional dalam pengelolaan lahan suboptimal serta transisi menuju pertanian berkelanjutan berbasis teknologi lokal dan ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah yang sebelumnya dianggap tidak berguna, inovasi ini merepresentasikan sinergi antara sains, teknologi, dan pemberdayaan sumber daya lokal untuk menjawab tantangan pangan dan lingkungan masa kini dan masa depan. [Penulis: Nelly Astiana dan Tim]

Wujudkan Pengabdian Nyata, Mahasiswa MBKM Fakultas Biologi Ikut Berperan Pengelolaan Mata Air Sumber Kahuripan, Dusun Cupu, Kelurahan Purwomartani, Sleman

Pengabdian kepada MasyarakatRilis Berita Selasa, 3 Juni 2025

Pada hari Jumat, 9 Mei 2025 telah diadakan kegiatan diskusi dan kunjungan ke Mata Air Cupu Sumber Kahuripan di Kelurahan Purwomartani, Sleman. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Pengabdian kepada Masyarakat, Fakultas Biologi, UGM tahun 2025 yang diketuai oleh Prof. Dr. Endah Retnaningrum, S. Si., M. Eng dengan 3 anggota mahasiswa yaitu Amanda Talenta, Reny Tarigan, dan Azizah Cahayaning.


Mata air Cupu Kahuripan saat ini masih digunakan warga sekitar untuk perairan, khususnya mengairi kolam ikan dan juga sawah. Selain itu, juga digunakan untuk kegiatan di hari besar seperti merti dusun. Namun, saat ini mata air tersebut kurang terawat, banyak ikan yang masuk dan kondisi juga kotor. Meskipun demikian, sumber air tersebut tetap muncul dan mengalir, walaupun dengan debit air yang kecil. Sehingga, perlu dilakukannya kegiatan MBKM ini untuk menguji kualitas air dan mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya perawatan mata air yang berkelanjutan agar aman untuk digunakan warga sekitar.

Kegiatan diskusi bersama perwakilan Kelurahan Purwomartani dan survei ke Sumber Kahuripan, Dusun Cupu ini menjadi langkah awal yang strategis dalam merancang program pengabdian masyarakat yang tepat sasaran dan berkelanjutan. Melalui sinergi antara mahasiswa dan pemerintah kelurahan, diharapkan hasil dari kegiatan MBKM ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat serta memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap kondisi sosial dan potensi lokal. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan agenda-agenda lainnya sebagai bagian dari komitmen bersama dalam mewujudkan pengabdian yang berdampak.

KMP Biologi UGM Gelar Aksi “Beach Clean Up” di Pantai Trisik: Wujud Nyata Pelestarian Lingkungan dan Kolaborasi Lintas Sektor

Kegiatan MahasiswaRilis Berita Kamis, 22 Mei 2025

Divisi Sosial dan Masyarakat (SosMar) Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP) Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada kembali menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan melalui kegiatan Beach Clean Up (BCU) yang diselenggarakan pada Sabtu, 17 Mei 2025, di Pantai Trisik, Kulon Progo, Yogyakarta. Kegiatan kali ini mengangkat tema “Save the Ocean, Save the Biodiversity”.


Kegiatan ini merupakan upaya nyata dalam menjaga ekosistem laut sekaligus memperkuat kolaborasi antara kalangan akademisi, masyarakat, dan institusi pendidikan dasar. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif mahasiswa Pascasarjana Biologi UGM yang menggandeng SD Muhammadiyah Siliran serta Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat sebagai mitra. Kolaborasi ini mencerminkan semangat bersama dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan.

Rangkaian acara dimulai sejak pukul 08.00 WIB dengan registrasi peserta, kemudian dilanjutkan dengan sesi pembukaan yang dipandu oleh Indah Sukma Ningsih, S.Si. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua KMP, Imran Sadewo, S.Si., yang menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam aksi-aksi lingkungan. Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Siliran, Effendy Hendra Kusuma, yang mengapresiasi kesempatan kolaboratif ini. Sebagai bentuk penghargaan, panitia menyerahkan plakat kepada pihak sekolah dan pokdarwis atas dukungan mereka.

Usai sesi pembukaan dan dokumentasi bersama, kegiatan dilanjutkan dengan aksi bersih-bersih pantai sebagai agenda utama. Para peserta dibagi menjadi empat kelompok untuk menyisir dan membersihkan area sepanjang garis pantai. Fokus kegiatan ini adalah pengumpulan sampah plastik (anorganik) guna menjaga kebersihan serta keberlangsungan ekosistem pesisir.

Setelah aksi bersih pantai, peserta diajak mengikuti games edukatif bertema lingkungan. Games dirancang untuk mempererat keakraban dan memberikan nuansa santai setelah kegiatan fisik. Hadiah diberikan kepada peserta yang memenangkan permainan sebagai bentuk apresiasi.

Rangkaian kegiatan resmi ditutup pada pukul 11.30 WIB oleh ketua pelaksana, Ogilvy Galang Rizki, S.Si. Kegiatan diakhiri dengan sesi istirahat serta makan siang bersama. Melalui kegiatan ini, diharapkan tumbuh kesadaran dan kepedulian yang lebih besar terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam, khususnya wilayah pesisir.

Mahasiswi Double Degree Program Doktor Fakultas Biologi UGM, Tiara Putri, Raih Beasiswa DAAD-STIBET

Rilis Berita Jumat, 9 Mei 2025

Yogyakarta, Mei 2025 — Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dengan bangga mengumumkan bahwa Tiara Putri, mahasiswa program double degree antara Universitas Gadjah Mada, Indonesia dan Universität Greifswald, Jerman, telah menerima beasiswa dari program bergengsi DAAD STIBET 2025.


Beasiswa STIBET for Graduation Support and Outstanding Engagement, yang didanai oleh Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD), ditujukan untuk mendukung mahasiswa internasional berprestasi yang sedang menempuh pendidikan di universitas-universitas di Jerman. Setiap tahunnya, beasiswa ini hanya diberikan kepada 5 mahasiswa internasional yang memiliki prestasi nilai baik hingga sangat baik. Tiara terpilih menerima beasiswa ini sebagai apresiasi atas prestasi akademiknya yang sangat baik serta komitmennya dalam mendukung mahasiswa internasional lainnya.

Saat ini, Tiara sedang melakukan riset di Department of Molecular Genetics and Infection Biology, Universität Greifswald. Proyek utamanya adalah mengenai bakteri Streptococcus pneumoniae terkait dengan patogenitasnya di dalam host makhluk hidup. Sel yang digunakan adalah sel endotel dan epitel choroid plexus manusia, untuk mengembangkan model in vitro fungsional dari Blood-Cerebrospinal Fluid Barrier (BCSFB). Tiara juga terlibat dalam proyek kedua yang meneliti ko-infeksi S. pneumoniae di saluran pernapasan atas pada anak-anak yang terinfeksi COVID-19, bekerja sama dengan Eijkman Molecular Biology Research Center, Indonesia.

Di luar kesibukan riset doktoralnya di Universitas Greifswald, Tiara aktif terlibat dalam kegiatan sosial yang mendukung pembangunan berkelanjutan di tingkat global. Salah satu bentuk komitmennya terlihat dari partisipasinya dalam kegiatan UNICEF kampus, sebuah organisasi volunteer yang berfokus pada promosi dan perlindungan hak-hak anak. Salah satu kegiatannya adalah menggalang donasi melalui pengumpulan Pfand—botol bekas yang dapat ditukar dengan uang di Jerman—untuk mendukung program penyediaan air bersih di wilayah yang membutuhkan. Inisiatif ini berkontribusi langsung pada pencapaian SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak) dengan memastikan akses air minum yang aman serta SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) melalui peningkatan sanitasi dan kesehatan masyarakat. Melalui keterlibatan aktif di bidang akademik dan sosial, Tiara membuktikan bahwa generasi muda dapat menjadi motor perubahan positif dalam mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Prestasi ini menegaskan kekuatan kemitraan internasional yang dibangun oleh Fakultas Biologi UGM serta peran mahasiswa berdedikasi seperti Tiara dalam memajukan kerja sama ilmiah dan lintas budaya di tingkat global.

Dosen Fakultas Biologi UGM Berpartisipasi dalam The 2025 Asian Conference on Fish Models for Diseases di Bangkok

Rilis Berita Kamis, 20 Februari 2025

Bangkok, Thailand – Dr. Luthfi Nurhidayat dan Dr. Tri Rini Nuringtyas, dosen dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), berpartisipasi dalam The 2025 Asian Conference on Fish Models for Diseases yang berlangsung pada 17–19 Februari 2025 di Bangkok, Thailand. Konferensi ini dihadiri oleh ilmuwan ternama dari berbagai negara yang menggunakan ikan sebagai model penelitian dalam studi penyakit.


Dalam kesempatan tersebut, Dr. Luthfi Nurhidayat memberikan presentasi berjudul “Indonesia’s Native Fish: From Aquaculture Towards Biomedical Research”. Beliau memaparkan potensi ikan wader pari (Rasbora lateristriata), yang awalnya diteliti untuk keperluan akuakultur, sebagai hewan model dalam penelitian penyakit. Dr. Luthfi menyoroti bahwa Indonesia memiliki banyak senyawa alami yang telah dikarakterisasi dan berpotensi sebagai obat, namun masih kurang diuji karena keterbatasan penggunaan mencit atau tikus sebagai hewan model. Ikan wader pari memiliki keunggulan seperti perkembangan embrio yang lebih cepat dibandingkan dengan zebrafish, daya tahan terhadap suhu hangat, serta telah digunakan dalam pengujian beberapa senyawa alam.

Sementara itu, Dr. Tri Rini Nuringtyas mempresentasikan penelitiannya dalam format flash poster dengan judul “Antidiabetic Potential of Gyrinops versteegii Agarwood Leaf Extract in Zebrafish Models”. Beliau menjelaskan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak daun agarwood memiliki potensi sebagai agen antidiabetes, yang diuji menggunakan model zebrafish.

Keikutsertaan para dosen Fakultas Biologi UGM dalam konferensi ini merupakan bagian dari upaya mendukung pencapaian Sustainable Development Goal (SDG) nomor 3, yaitu Good Health and Well-being. Partisipasi ini tidak hanya memperkuat peran Indonesia dalam penelitian biomedis berbasis ikan, tetapi juga membuka peluang kolaborasi dengan ilmuwan internasional dalam pengembangan model ikan untuk riset kesehatan.

Dosen Fakultas Biologi UGM ikut suarakan penolakan wacana pengelolaan tambang oleh kampus

Rilis Berita Senin, 10 Februari 2025

Mengapa Wacana Konsesi Tambang untuk Kampus Harus Ditolak?

JAKARTA – Wacana konsesi tambang untuk kampus melalui revisi UU 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba) mesti ditolak. Lewat wacana itu, pemegang otoritas berupaya menggerus independensi kampus sebagai institusi pendidikan yang berorientasi pada tridharma.


“Saya melihat upaya untuk membuat kampus terintegrasi dalam sistem pasar semakin telanjang. Independensi kampus sebagai institusi yang bekerja untuk ilmu pengetahuan bisa tercerabut,” kata Ilham Majid, dosen Fakultas Hukum Universitas Musamus, saat Diskusi Publik “Timang Tambang Kampusku Sayang” yang digelar Bakul Pemimpi secara virtual, Sabtu, 8/2/2025.

Ilham mengatakan, rencana perguruan tinggi mendapat wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) memperlihatkan semangat liberalisasi ekonomi dalam sistem pendidikan tinggi. Kebijakan ini mendorong kampus melakukan aktivitas tambang kendati melahirkan dampak negatif. Artinya, kepentingan ekonomi menjadi prioritas, sedangkan dampak tambang urusan belakang.

“Kampus seyogianya menjadi benteng moral dan intelektualitas, bukan jadi alat negara untuk mencuci praktik-praktik buruk industri ekstraktif,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Tata Kasmiati, dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Sulawesi Barat. Menurutnya, pengelolaan tambang oleh kampus melenceng dari tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tata menyatakan, saat ini, akademisi menghadapi beban administratif yang cukup besar. Jika kampus menambah beban kerja baru berupa aktivitas tambang, maka ini bukan hanya di luar kewajaran, tetapi dapat menciptakan ketimpangan dan ketidakadilan dalam struktur akademik. Beban kerja akademisi yang meningkat akan mengurangi fokus pada tugas utama, yakni mendidik dan meneliti.

Selain itu, bisa melahirkan ketimpangan gender dalam dunia akademik. Sebab, sektor pertambangan merupakan industri yang didominasi oleh laki-laki. Kemudian, peran sebagai pengawas independen akan hilang bila kampus menjadi bagian dari pelaku tambang. “Kewajiban kampus bukan mengapitalisasi pendidikan, tapi bagaimana membuat pendidikan menjadi acceptable bagi semua orang,” kata Tata.

Suka atau tidak, lanjut Tata, tambang adalah bisnis yang tidak bersih. Posisi kampus adalah bagaimana memproduksi pengetahuan dan teknologi untuk mereduksi efek negatif dari aktivitas tambang. Bukan sebaliknya, menjadi agen baru untuk memperluas perusakan. “Kalau kampus mengelola tambang berarti ia pelaku. Padahal, kalau terjadi sesuatu, yang menjadi ahli untuk menilai adalah orang-orang di universitas,” ujarnya.


Zulfatun Mahmudah, komunikasi publik perusahaan tambang, mengatakan, sektor pertambangan membutuhkan modal awal yang sangat besar. Sebagai gambaran, PT Kaltim Prima Coal menghabiskan USD 570 juta dalam tahap konstruksi awalnya, atau sekitar Rp10 triliun dengan kurs saat ini. Bila kampus mengelola tambang, maka hanya ada dua pilihan. Pertama, melibatkan pihak ketiga, berarti memberi hak konsesi kepada investor dan kampus menerima fee, namun hilang kendali penuh atas tambang. Kedua, kampus harus mencari pinjaman, yang berarti harus ada aset sebagai jaminan. Risiko lain yang akan dihadapi kampus adalah kehancuran reputasi. Kampus bisa dianggap tidak independen karena tersandera kepentingan bisnis. Kampus akan kehilangan kredibilitas akademik akibat konflik kepentingan.

“Kampus bisa dianggap menyimpang dari tujuan awalnya sebagai institusi pendidikan dan penelitian. Apakah kampus benar-benar akan mendapatkan keuntungan dari tambang? Atau justru akan merusak reputasinya?” ucap Zulfatun.

Pelemahan Perlawanan

Dalam pandangan Ilham, polemik soal izin tambang untuk kampus merupakan perang posisi atau perang wacana. Mengutip Gramsci, perang posisi untuk pencapaian hegemoni. Perang ini dilakukan pada tingkat masyarakat sipil. “Pada satu sisi, ada wacana konsesi tambang yang harus disukseskan. Pada sisi lain, banyak resistensi terhadap praktik-praktik tambang yang memang terbukti merusak lingkungan. Lalu, dimunculkanlah wacana tandingan bahwa mereka yang punya tradisi moralitas dan intelektualitas terlibat pengelolaan tambang. Ini kan meredam kritik dan perlawanan masyarakat,” ujarnya.

Menurut Ilham, isu mengenai izin tambang bagi kampus merupakan bentuk desentralisasi pengelolaan tambang. Pengelolaan tambang yang semula terpusat kini diserahkan kepada aktor-aktor subnasional, seperti ormas dan perguruan tinggi. Secara psikologis, upaya itu agar isu tambang bisa diterima oleh khalayak. Sebab, dalam banyak kasus, persoalan tambang cenderung diwarnai konflik, baik vertikal maupun horizontal. “Kelas penguasa melihat bahwa gerakan sosial dimotori kelas menengah. Untuk mengurangi resistensi itu, maka dibangunlah wacana tandingan bahwa kampus mengelola tambang,” kata dia.

Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Akbar Reza sepakat dengan pandangan Ilham. Bila diperhatikan, isu soal izin kelola tambang untuk kampus seperti tes ombak. Lempar dahulu wacananya untuk melihat respons masyarakat sipil, lalu pemerintah akan mengambil sikap. “Ini disebut viral-based policy, kebijakan yang berbasis sifatnya viral. Itulah mengapa diskusi-diskusi seperti ini sangat penting untuk menjaga kompas diri bahwa ruang ini bukan sekadar intelektual, tapi juga spiritual,” ujarnya.


Hal lain yang meresahkan, sambung Reza, sivitas akademika menjadi tameng untuk legitimasi moral atau intelektual. Ketika kampus terlibat pengelolaan tambang, maka yang dibutukan bukan hanya kapital, tapi juga kompetensi. Kenyataannya, tidak semua akademisi memiliki kompetensi mengelola tambang.

“Akhirnya, hanya kampus yang punya kapital dan jaringan yang akan mendapat WIUP. Lalu, bagaimana dengan kampus-kampus yang punya akses terbatas? Ya, tetap diadu antara sipil dengan sipil,” kata Reza.

Sejalan dengan pandangan Ilham dan Reza, ahli Hukum Tata Negara Universitas Andalas Feri Amsari menyatakan, izin tambang bagi perguruan tinggi bukan sekadar bisnis, tetapi mencerminkan nafsu manusia yang berupaya memecah belah kampus. Kampus yang seharusnya menjadi ruang pengkritik terhadap perilaku negara, kini dijadikan target untuk dipecah belah. Fenomena ini mirip dengan upaya membelah ormas, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Awalnya berbasis keadaban, tetapi kemudian terdorong ke arah perhitungan ekonomi. Kampus kini berada dalam ancaman serupa, di mana berbagai kepentingan berupaya mengarahkan institusi akademik ke ranah keuntungan bisnis tambang yang berimplikasi pada fragmentasi internal.

Saat ini, wacana yang berkembang di dalam kampus bukan lagi soal bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi bagaimana cara mengekstraksi kekayaan alam. Hal ini mengubah esensi kampus sebagai tempat pembelajaran menjadi sekadar alat untuk meraup keuntungan. “Kampus-kampus dan organisasi akademik harus bersatu. Gerakan ini perlu dikonsolidasikan agar lebih efektif dalam menekan penguasa untuk mencabut kebijakan terkait konsesi tambang bagi kampus,” ujar Feri.(*)

Informasi lebih lanjut maupun pertanyaan seputar siaran sila menghubungi bakulpemimpi@gmail.com.

——————————

Bakul Pemimpi adalah forum pegiat sosial dengan latar belakang beragam. Berisi anak-anak muda dari Aceh sampai Merauke, Bakul Pemimpi ingin menjadi katalisator bagi perubahan positif di masyarakat. Kami percaya bahwa mimpi adalah langkah awal mencapai tujuan.

Mahasiswa Magister Biologi Raih Silver Medal dalam Ajang Kaohsiung Invention and Design Expo (KIDE) 2024

Prestasi Kamis, 12 Desember 2024

Kaohsiung International Invention And Design Expo (KIDE) 2024 adalah ajang bagi para peneliti untuk mempresentasikan inovasinya dan bersaing di tingkat internasional. KIDE 2024 diselenggarakan oleh World Invention Intellectual Property Association (WIIPA) dan Taiwan Invention Products Promotion Association (TIPPA) di Kaohsiung, Taiwan pada tanggal 05-07 Desember 2024. Bersaing dengan peserta dari 31 negara di dunia seperti Iran, Ukraine, Filipina, Thailand, Kroasia, Polandia, Korea, Hongkong, Malaysia, Cambodia, Macao, Arab Saudi, China, Vietnam, dan beberapa negara lainnya dengan total 447 Inovasi.


“Teamwork Makes the Dream Work.” Perbedaan disiplin ilmu menjadi penting dalam meraih hal-hal besar. Seperti yang telah ditunjukan oleh dua mahasiswa Magister Biologi Syefrina Rosyada dan Yessy Ratna Siwie, beserta rekannya Alan Mulana K. (Fakultas Teknik) dan Sunardi (Fakultas Pertanian). Meskipun berasal dari fakultas dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda, namun mereka berhasil meraih prestasi dengan menyabet medali perak pada ajang KIDE 2024 dengan membuat inovasi water converter yang diberi nama SEATTER (Seawater Converter).

Ide tersebut berangkat dari adanya permasalahan air bersih di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur yang menyebabkan warga setempat harus membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya. Hal tersebut dikarenakan curah hujan tahunan yang relatif rendah dan intensitas cahaya matahari yang tinggi di daerah pesisir pantai sehingga inovasi ini hadir sebagai solusi dengan merubah air laut menjadi air bersih yang bisa digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari hari. Inovasi ini sebagai upaya kontribusi untuk indonesia dalam mencapai SDGs sub bidang 6 “Ensure availability and sustainable management of water and sanitation for all” dengan memberikan inovasi teknologi yang mengonversi air laut menjadi air layak pakai. SEATTER (Seawater Conventer): Teknologi desalinasi air laut berbasis energi surya sebagai solusi peningkatan penyediaan air bersih di kawasan pesisir pantai.

Prestasi ini merupakan salah satu bentuk komitmen Fakultas Biologi dalam mendukung potensi dan karya mahasiswa untuk dapat berprestasi di level internasional. Semoga pencapaian ini dapat memotivasi mahasiswa lain dan generasi muda Indonesia untuk terus berkarya, berinovasi, dan terus berkontribusi nyata bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat global. [Penulis: Syefrina Rosyada]
123…5

Akreditasi

Berita Terakhir

  • Pelatihan Anatomi Tumbuhan untuk Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta-Magelang di Fakultas Biologi UGM
  • FAKULTAS BIOLOGI KIRIM PERWAKILAN DOSEN UNTUK PROGRAM RI-SING UNIVERSITY NETWORK FACULTY IMMERSION DI NANYANG TECHNOLOGICAL UNIVERSITY, SINGAPURA
  • Pengembangan Bibit Unggul Ayam Lokal melalui Program Desa Mitra Wedomartani
  • Pelaksanaan MBKM Penelitian Kebon Pasinaon, Sirahan Salam Magelang Dengan Kajian Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Madu dan Eksplorasi Keanekaragaman Tanaman Sumber Pakan lebah klanceng (Tetragonula laeviceps)
  • Sosialisasi Kepmendiktisaintek No. 63 Tahun 2025: Penguatan Pengelolaan Karier dan Kinerja Dosen
Universitas Gadjah Mada

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS BIOLOGI
Jalan Teknika Selatan, Sekip Utara,
Yogyakarta 55281
biologi-ugm@ugm.ac.id
Telepon/Fax: +62 (274) 580839

Tentang Kami

  • Sejarah
  • Organisasi
  • Staff
  • VISI, MISI & TUJUAN
  • Biodiversitas
  • Informasi Publik

KEMAHASISWAAN

  • Pelayanan Mahasiswa
  • Organisasi Mahasiswa
  • Pengajuan Kerja Praktik Lapangan
  • Izin Penelitian Lapangan

Akademik

  • Peraturan Akademik
  • Pengumuman Akademik

Survei Kepuasan Layanan

  • Survei Layanan Akademik
  • Survei Layanan KASDM
  • Survei Layanan P2MKSA
  • Survei Layanan Laboratiorum
  • Survei Layanan K5L dan Driver

Akreditasi

  • Image 1
  • Image 2
  • Image 3

© 2024 FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY