Dimulai dengan Diskusi Multistakeholder: FGD “Blue Food as a Climate Solution”
FGD ini melibatkan aktor dari berbagai sektor:
- Prof. Luky Adrianto dari Lembaga Riset Internasional Kemaritiman, Kelautan dan Perikanan (LRI i-MAR) IPB University
- Fina Itriyati, Ph.D. (Wakil Dekan FISIPOL UGM)
- Bahari Susilo, S.Pi., M.S.E. (Dinas Kelautan & Perikanan DIY)
- Multistakeholder yaitu dari perwakilan Paniradya Keistimewaan DIY, Ulu-ulu Kalurahan Sidoharjo, Ketua Nelayan Gunungkidul, LSM, pelaku UMKM pesisir, dan akademisi kelautan
Diskusi menghasilkan berbagai perspektif yang memperkuat perencanaan dan substansi Blue Food Camp, terutama dalam memosisikan pemuda dan komunitas lokal sebagai pusat transformasi.
Rangkaian Blue Food Camp
Peserta mengikuti rangkaian pembelajaran berbasis pengalaman yang menyatukan pendekatan ilmiah, sosial, dan lokal:
Hari 1 – 11 Juli 2025
- Sesi pembekalan: Ocean Leadership, Collaborative Action, Stakeholder Engagement
- Perjalanan ke Kalurahan Sidoharjo
- Anjangsana dan interaksi komunitas
Hari 2 – 12 Juli 2025
- Studi sosial: Desa Maritim Sidoharjo
- Studi ekologi: Pantai Slili–Sundak
- Penugasan aksi individu dan refleksi malam keakraban
Hari 3 – 13 Juli 2025
- Penyusunan dan presentasi Rencana Aksi
- Evaluasi dan penutupan kegiatan
Kontribusi KMP Biologi UGM
Sebagai mitra kolaboratif, KMP Biologi UGM berperan aktif dalam:
- Penyusunan desain program berbasis pengetahuan lokal dan ekologis
- Penyediaan mentor lapangan dari bidang konservasi dan studi pesisir
- Fasilitasi refleksi peserta dan rencana tindak lanjut aksi pasca-camp
Keterlibatan ini menjadi wujud peran strategis mahasiswa pascasarjana dalam advokasi iklim dan pemberdayaan komunitas pesisir.
Dampak dan Tujuan
Blue Food Camp 2025 mendukung:
- Peningkatan kapasitas pemuda sebagai agen perubahan
- Penguatan jejaring pemuda dan perempuan untuk pembangunan ekonomi biru
- Pemajuan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), seperti:
- SDG 4: Pendidikan Berkualitas
- SDG 13: Aksi Iklim
- SDG 14: Ekosistem Laut
- SDG 17: Kemitraan untuk Tujuan
Penutup
Dengan semangat kolaborasi, Blue Food Camp 2025 menunjukkan bahwa pelibatan lintas sektor, khususnya pemuda dan komunitas, menjadi kunci menciptakan solusi iklim yang adil dan kontekstual. Partisipasi aktif KMP Biologi UGM memperkuat posisi mahasiswa sebagai aktor strategis dalam gerakan perubahan, dari kampus hingga pesisir.
Narahubung: 081367522447 Divisi Kajian Strategis dan Keilmuan KMP
📧 Email: apriliawati2001@mail.ugm.ac.id
📲 Instagram: @kmpfabiogama

Temuan Baru dari Sungai-Sungai Tersembunyi Papua
Ketujuh spesies baru yang berhasil dideskripsikan masing-masing berasal dari wilayah yang berbeda di Papua Barat:
- Cherax veritas — Pulau Misool, Raja Ampat
- Cherax arguni and Cherax kaimana — Wilayah Kaimana Utara
- Cherax nigli — Wilayah Kaimana Selatan
- Cherax bomberai — Fakfak
- Cherax farhadii and Cherax doberai — Teluk Bintuni
DNA Mengungkap Garis Keturunan
Untuk memperkuat temuan, tim juga melakukan analisis DNA mitokondria menggunakan fragmen 16S.
Perdagangan Lobster Hias Jadi Pintu Masuk Penelitian
Penting untuk Konservasi Air Tawar Papua
Penemuan ini tidak hanya penting dari sisi ilmu taksonomi, tetapi juga memiliki implikasi konservasi yang signifikan.
Papua Barat merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati air tawar dunia. Namun, ekosistem air tawar di kawasan ini menghadapi ancaman dari:
- deforestasi,
- aktivitas pertambangan,
- pembangunan infrastruktur, dan
- perdagangan spesies liar.
Dengan memperkuat basis data spesies, temuan ini diharapkan bisa membantu perencanaan konservasi yang lebih tepat.
Rury menyampaikan, “Kalau kita tidak tahu spesies apa yang ada di suatu wilayah, bagaimana kita bisa melindunginya?”
“Dengan pengetahuan ini, kita bisa mendorong pengelolaan habitat yang lebih berkelanjutan.”
Masih Banyak yang Belum Terungkap
Meski tujuh spesies baru telah berhasil dideskripsikan, para peneliti meyakini bahwa daftar keanekaragaman Cherax Papua masih jauh dari lengkap.
Rury menyatakan bahwa Papua itu luar biasa luas. Banyak sungai, danau, dan sistem gua yang belum pernah diteliti. “Di masa depan, saya yakin kita akan menemukan lebih banyak spesies baru.” tambahnya.
Penelitian sebelumnya oleh tim yang sama juga telah mendeskripsikan spesies lain seperti:
- Cherax warsamsonicus (2017)
- Cherax alyciae dan Cherax mosessalossa (2018)
- Cherax wagenknechtae (2022)
- Cherax rayko dan Cherax phing (2024)
Hal ini memperkuat posisi Papua sebagai hotspot global untuk keanekaragaman lobster air tawar.
Jejak Holthuis yang Terus Dilanjutkan
Namun, lapangan tetap menjadi kunci.
“Tidak ada pengganti untuk eksplorasi langsung di alam,” ujar Rury.
“Papua masih menyimpan banyak misteri, dan kami baru menyentuh permukaannya.”
Dengan kombinasi kerja lapangan, kolaborasi global, dan pendekatan ilmiah yang ketat, para peneliti masa kini — mengikuti jejak L.B. Holthuis — terus membuka lembaran baru dalam pemahaman kita tentang kekayaan hayati air tawar Indonesia.
Referensi:
Mengapa Wacana Konsesi Tambang untuk Kampus Harus Ditolak?
“Kampus bisa dianggap menyimpang dari tujuan awalnya sebagai institusi pendidikan dan penelitian. Apakah kampus benar-benar akan mendapatkan keuntungan dari tambang? Atau justru akan merusak reputasinya?” ucap Zulfatun.
Pelemahan Perlawanan
——————————