Kelompok mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada berhasil meraih prestasi berupa medali perak pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas Brawijaya Tingkat Nasional 2023. Kelompok ini dibimbing oleh Dr. Wiko Arif Wibowo, S.Si. selaku dosen pembimbing dan diketuai oleh Johs Carlo Edison Abon (Biologi 2022) dengan beranggotakan Adi Citra Prima Pranata (Biologi 2022), Agnetta Danastri Dardjito (Biologi 2022), Chandra Rifana Arifin (Biologi 2022), dan Muhammad Fathin Setya Daffa (Biologi 2022). Lomba ini adalah lomba penulisan karya ilmiah yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya pada 1 Juni – 13 September 2023 dengan tema “Bersinergi Membangun Negeri dengan Inovasi Terapan Teknologi Menuju Indonesia Mandiri”.
Karya ilmiah yang diajukan mengusung sub tema “Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup” berjudul “Implementasi Tanaman Bioluminescent Trembesi (Albizia saman (Jacq.) Merr) sebagai Penerangan dan Bioakumulator Polusi di Lingkungan Urban Indonesia”. Karya tulis ilmiah ini dilatarbelakangi oleh permasalahan polusi udara dan polusi cahaya pada daerah urban di Indonesia. Polusi udara ini disebabkan oleh peningkatan mobilitas penduduk yang mengakibatkan peningkatan penggunaan kendaraan bermotor. Pada tahun 2019, sebanyak 232,974 kematian di Indonesia disebabkan oleh polusi udara. Selain itu, jalanan di perkotaan memerlukan penerangan yang merata yang menghasilkan polusi cahaya dan peningkatan kebutuhan energi fosil.
Solusi yang diangkat pada karya tulis ilmiah ini berupa pohon trembesi (Albizia saman (Jacq.) Merr) yang direkayasa secara genetik menjadi tanaman bioluminescent yang dapat memancarkan cahaya tanpa memerlukan daya listrik. Hal ini dilakukan dengan penyisipan kluster gen penghasil kompleks enzim luciferin-luciferase berupa Luz, HispS, H3H, dan CPH ke dalam pohon trembesi melalui metode kloning DNA dan penginjeksian melalui stomata daun pohon trembesi. Kluster gen tersebut diperoleh dari jamur bioluminescent berupa Neonothopanus nambi yang mampu memancarkan cahaya dengan sendirinya serta dapat ditemukan di Indonesia, tepatnya di Sumatera Barat. Dengan kata lain, proses yang menghasilkan cahaya di N. nambi yang telah dijelaskan sebelumnya dipindahkan ke pohon trembesi melalui rekayasa genetika.
Dibalik pemilihan pohon trembesi, terdapat suatu alasan ekologis. Pohon trembesi memiliki kemampuan untuk menyerap polutan logam berat dan karbon dengan efektif dan efisien. Setiap tahunnya, satu pohon trembesi dapat menyerap gas CO2 sebanyak 28,5 ton. Oleh karena itu, pohon trembesi yang bioluminescent diharapkan mampu men-tackle permasalahan polusi cahaya dan polusi udara di jalanan urban. Selain itu, penanaman pohon trembesi bioluminescent akan melejitkan nilai estetika di daerah urban Indonesia. [Penulis: Johs Carlo Edison Abon]