Yogyakarta – Mahasiswi S1 Fakultas Biologi kembali menorehkan prestasi pada ajang Biology Scientific Writing Competition. Kotimah mahasiswi Biologi angkatan 2022 berhasil mengukir prestasi dengan meraih Juara 2 pada ajang kompetisi biologi yang diikuti oleh Mahasiswa/i dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. Kompetisi ini merupakan salah satu rangkaian lomba yang diselenggarakan secara hybrid di Tasikmalaya, Jawa Barat. Tema yang diangkat pada kegiatan ini yaitu “Meningkatkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Indonesia Emas 2045 melalui Sinergi Budaya, Pendidikan Inovatif, dan Etika untuk Membentuk Generasi Muda yang Berkualitas dan Beritegritas”. Subtema pada kompetisi ini mencakup 17 poin tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs), meliputi tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi, energi bersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, industri, inovasi dan infrastruktur, berkurangnya kesenjangan, kota dan permukiman yang berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim, ekosistem lautan, ekosistem daratan, perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh, dan kemitraan untuk mencapai tujuan.
Ajang perlombaan ini, tentunya melalui serangkaian tahap penyisihan untuk memperoleh para juara yang terbaik. Tahap awal dimulai dari pendaftaran peserta dan pengumpulan karya yang dilakukan mulai tanggal 12 Agustus – 25 September 2024. Selanjutnya, dilakukan tahap penjurian dan penilaian naskah karya tulis oleh dewan juri, hingga ke tahap pengumuman finalis pada tanggal 10 Oktober 2024. Jumlah finalis yang lolos ke tahap final presentasi sebanyak 3 finalis dengan perolehan nilai paling tertinggi dari ratusan peserta yang mengikuti kompetisi ini. Presentasi finalis dan awarding ceremony dilakukan pada 17 Oktober 2024 di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kotimah mencetuskan inovasi ini dikarenakan adanya latar belakang dari banyaknya produk plastik yang diproduksi di seluruh dunia, dengan setengahnya adalah barang sekali pakai. Secara khusus, limbah plastik non-biodegradable, membutuhkan waktu lebih dari 500 tahun untuk terurai secara alami. Selama proses ini, mikroplastik terbentuk, mengganggu ekosistem atau terakumulasi pada organisme, meningkatkan efek yang buruk pada lingkungan. Dengan lokasi TPA di seluruh dunia mencapai kapasitas, mengatasi masalah ini telah menjadi semakin mendesak. Metode saat ini untuk mengatasi pembuangan limbah plastik, seperti pembakaran dan degradasi kimia yang dapat menghasilkan zat beracun selama dekomposisi dan membutuhkan katalis yang cukup mahal.
Dengan demikian, Kotimah mengembangkan inovasi menggunakan enzim yang berasal dari mikroorganisme untuk biodegradasi polietilen. Polyethylene menyumbang 35% dari plastik yang diproduksi setiap tahun dan banyak digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk bahan kemasan dan kantong plastik. Seperti plastik non-biodegradable lainnya, polietilen sering dibuang di laut atau tanah, dan tentunya mengalami oksidasi terus menerus karena udara dan sinar matahari. Inovasi ini berfokus pada penggunaan enzim lipase, enzim yang memecah lipid polimer alami, dan memiliki struktur yang mirip secara kimia untuk polietilen. Enzim lipase berasal dari bakteri anaerobik Pelosinus fermentans, yang diterapkan pada polietilen dengan menunjukkan terjadinya proses biodegradasi. Enzim lipase yang digunakan dapat diproduksi secara massal menggunakan sumber daya terbarukan, dan pada prosesnya tidak menghasilkan zat beracun, sehingga menjadikannya inovasi yang ramah lingkungan. [Penulis: Kotimah].