Kulon Progo, Yogyakarta — Sebagai bentuk inovasi sekaligus langkah progresif dalam kegiatan keilmuan, Kelas Keilmuan Crustacea sukses melaksanakan sampling krustasea di perairan payau (brackish) pada tanggal 12–13 Mei 2025, berlokasi di kawasan Hutan Mangrove Wana Tirta, Kulon Progo.
Kegiatan ini menandai perluasan wilayah studi KSK yang sebelumnya lebih terfokus pada perairan laut (saltwater), dan kini kembali menjajaki ekosistem payau setelah sempat vakum sejak pandemi COVID-19. Upaya ini menjadi gebrakan penting dalam memperkaya spektrum kajian keilmuan, sekaligus menghidupkan kembali semangat eksplorasi yang sempat dilakukan oleh generasi KSK sebelum tahun 2019. Sebanyak 16 peserta turut terlibat, terdiri dari lima anggota ahli, enam anggota madya, serta lima anggota muda dan magang. Peserta menginap di Sekretariat Wana Tirta, kediaman dari Pak Warso, yang juga dikenal sebagai tokoh lokal pendukung konservasi ekosistem mangrove sekaligus pengelola Hutan Mangrove Wana Tirta.
Sampling dimulai pada pukul 20.30 WIB tanggal 12 Mei, dengan bimbingan dari Bapak Riantoro, salah satu pengelola kawasan. Sepuluh buah trap dipasang secara tersebar di sekitar jembatan mangrove, tepat di area dengan karakteristik air payau. Metode trap-line ini dipilih agar hasil tangkapan merepresentasikan variasi spesies yang hidup di zona transisi antara laut dan darat tersebut.
Pada keesokan harinya, trap diambil pukul 06.00 WIB. Hasil tangkapan menunjukkan keragaman spesies yang khas dari ekosistem payau, yakni Scylla serrata (kepiting berukuran besar), Scylla paramamosain (kepiting berukuran kecil), dan Clibanarius sp. (kelomang). yang selanjutnya diidentifikasi, dipreservasi dan didokumentasikan di Sekretariat Wana Tirta. Proses ini memberi pengalaman langsung kepada anggota KK Crustacea dalam prosedur identifikasi awal fauna krustasea.
Kegiatan ini merupakan tahap awal dari rangkaian sampling yang direncanakan akan dilakukan secara berkala di lokasi serupa. Data yang diperoleh dari pengambilan sampel pertama ini akan diolah lebih lanjut sebagai bahan penyusunan paper ilmiah, yang diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan studi keanekaragaman krustasea di wilayah perairan payau.
Melalui kegiatan ini, Kelas Keilmuan Crustacea tidak hanya memperluas jangkauan kajiannya, tetapi juga menguatkan kapabilitas anggota dalam pengambilan data lapangan, pengelolaan spesimen, dan observasi taksonomi. Di sisi lain, keberadaan kawasan mangrove sebagai habitat alami perairan payau memberikan sudut pandang baru mengenai adaptasi dan distribusi organisme krustasea di lingkungan marginal. Dengan semangat eksplorasi dan kolaborasi, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal untuk kajian lebih mendalam di kawasan estuari dan payau, serta menginspirasi regenerasi KSK untuk terus mendorong inovasi dalam riset keanekaragaman hayati perairan. [Penulis: KSK]