Kabar membanggakan kembali datang dari kancah internasional. Tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menorehkan prestasi gemilang dengan meraih 2nd Winner (Juara Umum), Gold Medal, serta penghargaan Favorite Poster pada subtema Health dalam ajang 4th International Youth Summit (IYS) Essay Competition 2025 yang diselenggarakan di Thailand. Tim yang terdiri atas Aryan Mustamin (ketua tim), Salsabila Faradisa Nuris, dan Zahrotin Saleha dari Fakultas Biologi UGM, di bawah bimbingan Dr. biol.hom. Nastiti Wijayanti, S.Si., M.Si., tampil gemilang melalui karya inovatif bertajuk “SweetGuard: Enzyme Powder for Converting HFCS Fructose into D-Allulose to Maintain Blood Glucose Levels and Metabolic Health.” Karya tersebut berhasil mencuri perhatian dewan juri berkat gagasan ilmiah yang menggabungkan bioteknologi, kesehatan, dan keberlanjutan lingkungan dalam satu inovasi yang aplikatif.
SweetGuard merupakan bubuk enzim hasil fermentasi mikroba yang mampu mengonversi fruktosa dari High Fructose Corn Syrup (HFCS) menjadi D-allulose, sejenis gula langka rendah kalori yang aman bagi metabolisme tubuh. Melalui pendekatan bioteknologi ramah lingkungan, enzim ini dikembangkan dalam bentuk stabil dan siap digunakan pada industri makanan dan minuman sebagai solusi pemanis yang lebih sehat dan berkelanjutan.
“Kami ingin menghadirkan solusi bioteknologi yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga aplikatif bagi industri pangan. SweetGuard mampu mengubah hingga 71% fruktosa menjadi D-allulose, sehingga produk akhir memiliki kadar gula lebih rendah tanpa kehilangan rasa manis alami,” ujar Aryan Mustamin, ketua tim.
Menurut Salsabila Faradisa Nuris, ide SweetGuard lahir dari kepedulian terhadap meningkatnya kasus penyakit metabolik akibat konsumsi gula berlebih. “Selama ini, sirup jagung tinggi fruktosa banyak digunakan karena murah dan manis, namun berisiko bagi kesehatan. Kami ingin menciptakan solusi yang tetap memberikan rasa manis, tetapi dengan dampak metabolik yang jauh lebih baik,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil uji laboratorium, enzim ini menunjukkan performa tinggi pada pH 8 dan suhu 55°C, dengan efisiensi konversi mencapai 33–71%. Kinerja ini menjadikan SweetGuard sebagai kandidat potensial untuk dikembangkan di industri pangan sebagai pemanis rendah kalori yang lebih ramah tubuh dan lingkungan.
Zahrotin Saleha menambahkan bahwa inovasi ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3 (Good Health and Well-being), SDG 12 (Responsible Consumption and Production), dan SDG 13 (Climate Action). “Kami ingin membuktikan bahwa inovasi anak muda Indonesia dapat menjawab tantangan global di bidang kesehatan dan keberlanjutan,” tuturnya.
Prestasi ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Fakultas Biologi UGM, tetapi juga menegaskan komitmen kampus dalam mendorong kolaborasi riset antara mahasiswa dan dosen pembimbing untuk menghasilkan inovasi yang berdampak nyata. Di bawah arahan Dr. biol.hom. Nastiti Wijayanti, S.Si., M.Si., tim ini mampu mengintegrasikan konsep ilmiah dan penerapan industri secara sinergis, menghasilkan karya yang diakui secara internasional.
Melalui capaian ini, tim berharap SweetGuard dapat dikembangkan lebih lanjut menuju tahap komersialisasi dan penerapan luas di industri pangan, sehingga menjadi bagian dari solusi global untuk gaya hidup yang lebih sehat, berkelanjutan, dan inovatif. [Penulis: SweetGuard Team]




