Dalam upaya mendorong pembangunan berkelanjutan melalui pemanfaatan sumber daya lokal, tim MBKM Fakultas Biologi UGM melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM-MBKM) dengan tema “Optimalisasi Potensi Daun Biduri sebagai Biopestisida untuk Mengatasi Hama pada Ayam Mahar”. Kegiatan yang berlangsung pada Kamis, 26 November 2025 di demplot milik Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi di Dusun Mrican, Caturtunggal, Yogyakarta.
Kegiatan ini dihadiri oleh Dr. Eng. Atikah Fitria Muharromah, S.Si. dosen Fakultas Biologi UGM dan Dian Sartika, S.Si., M.Sc., yang membagikan materi tentang teknik stek batang untuk budidaya tanaman biduri (Calotropis gigantea) yang nantinya digunakan untuk pembuatan biopestisida sebagai upaya untuk mengatasi hama pada budidaya Ayam Mahar. Para anggota KWT Srikandi sangat antusias mengikuti pelatihan ini yang bertujuan meningkatkan kemandirian petani dalam mengelola hama secara alami.
Kegiatan ini diawali oleh pematerian dari Dr. Eng. Atikah Fitria Muharromah, M.Eng. dan mahasiswa Fakultas Biologi UGM terkait biopestisida dari daun biduri. Beliau memperkenalkan biopestisida dari daun biduri hasil temuan dari Institut Pertanian Bogor dan mengembangkan inovasi baru dalam penggunaannya yaitu dengan menggunakan metode semprot untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Setelah itu dilanjutkan dengan sosialisasi teknik budidaya stek batang dan auksin alami dari bawang merah (Allium ascalonicum) untuk memicu pertumbuhan akar.
Pada kesempatan kali ini, mahasiswa mengenalkan teknik budidaya tanaman Biduri untuk mengatasi hama gurem pada budidaya ayam Mahar. Gurem merupakan hama ektoparasit yang dapat menurunkan produktivitas dan dapat merugikan peternak. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dapat meningkatkan resiko resistensi dan dapat meninggalkan residu pada daging dan telur. Daun Biduri merupakan tanaman liar yang sering diabaikan, padahal ia mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid.
Biopestisida dari Daun Biduri diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi serangan gurem pada budidaya ayam. Bawang merah dapat digunakan sebagai zat pengatur tumbuh alami untuk memacu atau mengalihkan fungsi fitohormon di dalam tanaman dan membantu pembelahan sel. Tunas-tunas muda pada bawang merah menghasilkan hormon auksin alami berupa IAA. Auksin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam proses pemanjangan sel, menghambat pertumbuhan tunas lateral, dan mencegah absisi dan buah.
Kegiatan ini secara langsung mendukung pencapaian beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), antara lain energi bersih dan terjangkau (SDG 7), mendorong pemanfaatan kembali limbah organik sebagai bahan baku produk energi (SDG 12), memberdayakan perempuan melalui pelatihan teknis dan penguatan kapasitas (SDG 5), serta membuka peluang usaha baru berbasis produk lokal berkelanjutan (SGD 8).



