Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik setiap tahun dan jumlah ini terus meningkat sebesar 5% setiap tahunnya. Sekitar 4,8 juta ton (70%) sampah plastik di Indonesia tidak dikelola dengan baik dengan rincian 48% dibakar secara terbuka, 13% tidak dikelola secara memadai di tempat pembuangan akhir resmi, dan 9% mencemari saluran air serta laut. Kebanyakan sampah plasik ini berasal dari plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET) atau merupakan jenis plastik yang sulit terurai. Potensi bakteri Ideonella sakaiensis dapat mendegradasi plastik PET menggunakan enzim PETase namun bakteri ini memiliki beberapa kelemahan, seperti bersifat patogen, tidak dapat tumbuh di lingkungan dengan konsentrasi NaCl 3%, dan harganya cukup mahal. Sementara itu, bakteri gram positif memiliki potensi menjadi inang gen PETase untuk meningkatkan efisiensi degradasi plastik PET sehingga ada peluang untuk memanfaatkan rekayasa genetika pada bakteri gram positif dengan menyisipkan gen pengkode PETase, sehingga dapat menciptakan bakteri pendegradasi plastik tanpa bergantung pada I. sakaiensis. Oleh karena itu Feny Nur Nucifera dan Cindy Adisty Rudi Ananda Putri sebagai mahasiswi biologi UGM mengusulkan gagasan “Pemanfaatan penyisipan Gen PETase pada Lactobacillus sp. berbasis rekayasa genetika sebagai solusi permasalahan plastik Indonesia”. Lomba ini diadakan oleh Yayasan Rumah Cendekiawan Muda Indonesia di Universitas Deztron pada tanggal 22-23 Februari 2025 yang melibatkan sebanyak 183 karya kemudian diseleksi hingga mencapai Grand Final. Kompetisi ini melibatkan serangkaian tahapan, yaitu pengumpulan full paper, pembuatan presentasi dengan bantuan power point, serta presentasi poster secara langsung di hadapan juri.
Proses penyisipan gen PETase ke dalam Lactobacillus sp. dilakukan melalui teknik rekayasa genetika dengan beberapa tahap kloning enzim PETase dari I. sakaiensis yang telah dimodifikasi. Enzim PETase yang terdapat pada bakteri Lactobacillus sp. menawarkan peluang bagi Indonesia untuk memproduksi bakteri yang mampu mendekomposisi sampah plastik. Kekurangan dalam penerapan teknologi ini dapat diatasi seiring berjalannya waktu dengan kolaborasi dari pemerintah, peneliti serta instansi terkait, karena Lactobacillus sp. yang telah disisipi gen PETase memiliki waktu pertumbuhan yang relatif singkat sehingga dapat mengurangi biaya produksi dalam skala besar di masa mendatang. Inovasi ini dapat membantu Indonesia terhindar dari masalah pencernaan dan berbagai penyakit lainnya yang disebabkan oleh akumulasi sampah plastik, serta berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Kehadiran bakteri yang dimodifikasi ini dapat menjadi solusi efektif untuk menangani masalah sampah plastik di Indonesia. [Penulis: Feny Nur Nucifera]