Pada hari sabtu 24 Agustus Kelompok Studi Kelautan (KSK) Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada telah sukses menyelenggarakan acara Micro Scientific Discussion (MicroSD) kedua secara luring dengan tema “Prospeksi Kajian Sosiobiologi Lingkungan Kelautan” dalam rangka memfasilitasi pengembangan wawasan baru bagi seluruh anggota KSK Biogama terkait pengembangan ide penelitian mengenai isu dan permasalahan kelautan secara interdisipliner yang dapat dilaksanakan kedepannya. MicroSD merupakan kegiatan seminar interaktif yang dihadiri oleh seluruh anggota internal KSK Biogama disertai dengan dosen pembimbing dengan narasumber Dr. Andreas Budi Widyanta, S.Sos, M.A yang merupakan dosen sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada. Acara ini berlangsung selama 3 jam yang tersusun atas sesi pematerian dan sesi tanya jawab yang dilakukan melalui media mentimeter.
Pada sesi pematerian beliau membahas mengenai area kajian sosiobiologi atau yang dikenal dengan istilah human ecology. Beliau menyatakan bahwa dalam kajian sosiobiologi, manusia sebagai pelaku sosial memiliki tanggung jawab dalam pelestarian lingkungan, dimana terdapat dua paradigma, yaitu anthropocentrism dan ecocentrism. Anthropocentrism merupakan paradigma yang mengadopsi pemikiran bahwa manusia dan spesies manusia lebih berharga daripada organisme lain. Paradigma ini umum dimiliki oleh orang Indonesia dan banyak dianut oleh masyarakat dengan paham kapitalisme yang cenderung menganggap alam sebagai sumber objek yang dapat dieksploitasi secara maksimal. Paradigma ini berbanding terbalik dengan paradigma ecocentrism yang memiliki pandangan bahwa alam dan keseluruhannya membentuk suatu hubungan umpan balik terhadap aktivitas manusia yang dilakukan di dalamnya sehingga sudah menjadi kewajiban manusia untuk melestarikan dan menjaga alam. Dalam human ecology dalam rangka pelestarian lingkungan, suatu kolaborasi dalam ilmu multidisipliner diperlukan dalam meneliti dan mengembangkan kajian human ecology yang didukung dengan advanced technology untuk menciptakan urban community untuk membentuk suatu komunitas yang dapat mengedukasi dan mengadvokasi terkait lingkungan dan yang dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan iklim.
Berkaitan dengan prospeksi kajian sosiobiologi, beliau menyatakan terdapat 8 aspek pendekatan, meliputi perencanaan kota, konservasi lingkungan, praktik pertanian, adaptasi perubahan iklim, manajemen bencana, pembangunan pedesaan, konservasi keanekaragaman hayati, dan kesehatan masyarakat. Beliau menyatakan bahwa dalam mengkaji human ecology, khususnya di bidang kelautan, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, di antaranya
- Mengutamakan subjek utama pelaku ekonomi baru, meliputi nelayan kecil, masyarakat lokal, dan masyarakat adat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
- Mengimplementasikan konsep ekonomi biru yang transparan dan adil melalui kemudahan akses data yang mutakhir dan terintegrasi dengan sistem informasi
- Mekanisme pengawasan end-to-end yang partisipatif dan penegakkan hukum dalam kebijakan ekonomi biru
- Mendorong tata kelola pemanfaatan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan mengakomodir kearifan lokal.
Dalam mengkaji aspek sosiobiologi kelautan dapat dimulai dengan mengkaji existing condition wilayah masyarakat pesisir, meliputi pengetahuan lokal dan kearifan lokal masyarakat pesisir, bentuk budaya maritim, sumber daya manusia maritim di masyarakat pesisir, profesi SDM maritim, dan indikator penilaian yang mempersiapkan SDM Maritim yang berkualitas. Kelimanya diperlukan sebagai media pendekatan dalam mengaplikasikan agenda riset human ecology di bidang kelautan. [Penulis: KSK]