Pada tanggal 26 November 2024, Dr. Ardaning Nuriliani, S.Si., M.Kes., dosen Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM) berkesempatan menjadi salah satu narasumber dalam pelatihan bertajuk From Basic to Advanced: Preclinical Animal Models for Human Disease yang diselenggarakan oleh Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, UGM. Acara yang diadakan secara hybrid ini diikuti oleh 8 peserta secara luring dan 12 peserta secara daring dari berbagai instansi yang berasal antara lain dari Surabaya, Riau, Purwokerto, dan Yogyakarta. Pada pelatihan ini Dr. Ardaning memberikan salah satu materi dari seluruh rangkaian pelatihan yaitu tentang Hewan Laboratorium (Rodent: Tikus dan Mencit): Handling, Housing, Treatment. Dr. Ardaning menjelaskan dengan rinci mengenai cara yang benar untuk menangani, merawat, dan memberi perlakuan pada hewan laboratorium, khususnya tikus dan mencit, agar dapat memenuhi standar etika dan memastikan hasil penelitian yang valid serta dapat diandalkan. Hal ini sangat penting untuk memastikan kesejahteraan hewan dan kredibilitas data yang dihasilkan dalam penelitian.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan keterampilan praktis mengenai penggunaan model hewan coba praklinis dalam penelitian penyakit manusia, serta pemahaman mendalam tentang kesejahteraan hewan yang digunakan. Oleh karena itu, pada pelatihan ini para peserta selain mendapatkan berbagai materi terkait etika penggunaan hewan laboratorium; handling-housing-treatment hewan model; dan hewan model alzeimer, parkinson, kanker paru, dan hipertensi, mereka juga berkesempatan untuk melakukan praktek langsung terkait materi-materi yang diberikan. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para dosen, peneliti, dan teknisi laboratorium yang terlibat dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam penelitian mereka sehingga mendukung program SDGs no 3 (kehidupan sehat dan sejahtera) dan 4 (pendidikan berkualitas). Kegiatan ini juga menjadi langkah penting dalam meningkatkan kualitas riset berbasis hewan coba di Indonesia, serta mendorong pengembangan model preklinis yang lebih efektif untuk mendalami penyakit manusia.